Aku punya bank, tapi gedungnya terbuat dari air, teller-nya adalah ikan badut, dan mata uangnya adalah kehidupan. Setiap pagi, aku menyelam untuk 'mengambil bunga' dari tabungan di terumbu karang Barrang Lompo. Tapi tahun ini, buku tabunganku mencatat kerugian yang mengerikan: karang-karang itu memutih, ikan-ikan menghilang, rupanya "bank bawah laut"-ku nyaris bangkrut.
Langit biru yang mengarungi Barrang Lompo, Makassar, pagi itu terlihat bagai kaca pembesar yang menyoroti setiap gelembung kecemasanku. Aku berdiri di tepian, menjadikan jari-jari kakiku sebagai jangkar sementara bagi tubuh yang gamang. Aku masih ingat dulu terumbu karang di sini berwarna-warni, seindah kalung ibu saat pesta desa. Kini, banyak yang patah bagai mimpi yang pupus. Nelayan pulang dengan hasil tangkapan sedikit dan aku hanya bisa mendengar cerita tentang ikan besar yang dulu mudah ditemukan.
Jika dunia keuangan sering menyebut emas sebagai penyelamat, maka bagiku, emas itu bernama laut. Aku, Tasi Samalona, lahir di atas pasir yang dikecup gelombang, pada tanggal 8 Juni, bertepatan Hari Laut Sedunia. Selama ini, aku tumbuh besar ditemani angin pesisir dan tahu betul bahwa laut bukan sekadar tempat bermain, melainkan tabungan kehidupan kami. Hatiku sakit begitu mendengar kabar mengenai tabunganku yang perlahan terkuras—menipisnya denyut nadi lautan.
Aku hanya bisa terduduk menatap lesu ke permukaan air di depan seraya bertanya, "Kapan, ya, kamu sembuh? Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu kembali bahagia?" Tapi kemudian—Agustus 2025—datanglah beberapa tamu dari kota. Mereka datang bukan dengan membawa portofolio dan janji-janji di atas kertas, melainkan dengan bibit terumbu karang juga alat penyelam. Mereka memperkenalkan dirinya sebagai Tim ESG Pegadaian Kanwil VI Makassar.
"Kami nggak datang membawa emas yang disimpan di dalam brankas, kami justru membawa emas yang bernapas," ucap Kak Mandar, seorang laki-laki yang menyelam ke dasar lautan bersama nelayan. Emas yang ia maksud bukanlah logam, melainkan ratusan bibit terumbu karang hasil transplantasi yang menurutku jauh lebih berharga. Dan hari ini aku ingin bercerita, bagaimana Pegadaian datang bukan sekadar membawa logam mulia, tetapi juga menambal retakan besar di "bank bawah laut"-ku.
Aku menyaksikan sendiri bagaimana Tim ESG Pegadaian tak hanya mencatat dan mewawancara warga sekitar, melainkan ikut menyelam, menanam dan memantau keadaan Barrang Lompo dengan saksama. Mereka menanam ratusan bibit karang di seluruh area yang rusak, berharap mampu memulihkan ekosistem terumbu sekaligus menjaga keberlangsungan biota laut—penopang hidup kami, warga pesisir.
Menurut informasi yang aku dengar, kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)Â Pegadaian yang bekerja sama dengan lembaga yang berkompeten dalam bidang konservasi laut. Kepala Bagian TJSL Kanwil VI Makassar, Pak Muhammad Iswan, mengatakan bahwa Pegadaian tidak hanya berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat saja, tetapi juga menjaga alam sekitar tetap lestari.
"Bagi kami, menjaga kelestarian alam sama pentingnya dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan transplantasi karang ini, Pegadaian ingin berkontribusi nyata dalam pelestarian laut sekaligus mendukung Pulau Barrang Lompo sebagai kawasan ekowisata bahari yang berkelanjutan," ujarnya dalam suatu wawancara. Senyumku merekah, aku begitu senang dan bangga sampai rasanya tak dapat ku jelaskan. Aku senang ada pihak lain selain para warga Barrang Lompo yang peduli, bahkan rela mengambil tindakan besar untuk menyelamatkan "bank bawah laut" kami.
Pak Iswan juga menyatakan bahwa, "Transplantasi karang ini bukan hanya soal lingkungan, tapi juga tentang masa depan masyarakat pesisir yang bergantung pada laut. Kami ingin Barrang Lompo tetap menjadi kawasan bahari yang kaya biodiversitas sekaligus mendukung pengembangan ekowisata berkelanjutan." Aku setuju, dengan ekosistem karang yang sehat, laut akan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi berbagai jenis ikan dan biota lain. Hal itu secara langsung mendukung aktivitas nelayan sekaligus menjaga rantai ekosistem agar tetap seimbang.