Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Data yang Berubah-ubah dan Sikap Gegabah dalam "People Power Ala-ala"

14 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 15 Mei 2019   00:10 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari ini Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo dan Sandiaga Uno menghelat sebuah pertemuan untuk membuka data kecurangan di Pilpres 2019 versi mereka. Sandiaga Uno pun hadir meskipun sempat selalu absen di setiap agenda deklarasi kemenangan. 

Di kesempatan ini, Prabowo menyatakan dirinya murni ingin memperjuangkan keadilan demi rakyat, bukan demi ambisi pribadinya. Sandiaga pun meneruskan dengan pidatonya yang membakar semangat para pendukung yang hadir dengan pernyataan "akan berjuang sampai titik darah terakhir."

Dalam pertemuan ini BPN menunjukkan data hasil rekapitulasi formulir C1 yang mereka miliki dan menyebutkan kemenangan pasangan Prabowo-Sandiaga di kisaran angka 54%. Yang janggalnya, mereka menyatakan kemenangan mutlak sampai rencana menggerakkan kekuatan massa untuk sebuah angka kemenangan yang berasal dari 444ribu TPS dari sekitar 810ribu TPS yang ada. 

Sebuah pengakuan yang cukup nekad menurut saya dengan data yang dimiliki hanya di kisaran angka 50 persen dan masih sangat bisa fluktatif. Padahal, di hari pertama pemungutan suara, BPN melalui deklarasi Prabowo sempat mengklaim kemenangan kubu mereka di angka 62% suara pemilih. Dan saya pun tau, data di hari itu yang mereka jadikan bekal untuk deklarasi baru di kisaran di bawah 10%.

Gegabah, mungkin kata itu yang bisa mewakili langkah yang dipilih oleh BPN ini. Mereka selalu membuat sebuah pernyataan publik dengan tergesa di saat menerima masukan berupa data atau informasi lainnya. Yang terjadi saat ini adalah rakyat disuguhkan sebuah tontonan yang membingungkan. Bahkan seorang pendukung Prabowo saja bisa akhirnya jadi meragukan karena inkonsistensi data dan pernyataan yang kubu BPN sampaikan.

Klaim kemenangan dengan tambahan pengakuan terzalimi dengan kecurangan masif, sistematis dan struktural telah mempengaruhi polah tingkah pendukung Prabowo-Sandiaga yang terpicu. Hermawan Santoso adalah seorang pemuda asal Poso yang bermukim di Bogor yang menjadi satu di antara sekian pelaku ujaran kebencian dan ancaman yang dibekuk oleh kepolisian. 

Bahkan, selain kasus ucapan ancaman untuk memenggal kepala presiden Jokowi, polisi juga sedang mengembangkan penyelidikan kemungkinan adanya keterkaitan pelaku dengan kelompok teroris jaringan Poso. Andaikan benar iya memang satu di antara kelompok teroris itu berarti benar kecurigaan banyak orang bahwa kubu Prabowo Sandiaga telah disusupi jaringan terlarang. Tapi itu hanya kemungkinan, bisa saja tidak tapi harus diwaspadai.

Eggi Sudjana pun kini menghabiskan malam dalam masa penangkapan untuk penyelidikan akibat ulahnya mengucapkan kata-kata yang mengarah kepada aksi makar di kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta beberapa waktu lalu. Eggi Sudjana bahkan meminta keadilan dari seorang presiden Jokowi agar ia tidak dikenakan masa penahanan.

Beberapa kasus terpola sama. Pelaku mengucapkan ancaman, sumpah serapah, berita bohong dan fitnah tapi ketika terciduk akan segera meminta maaf dan menciut nyalinya bak pesakitan.

Pernyataan Sandiaga untuk berjuang hingga darah penghabisan merupakan seruang yang kurang elok disampaikan di masa KPU masih bekerja untk menghitung suara rakyat. Padahal, setiap aksi kecurangan yang mereka klaim punya ruang untuk dibuktikan di muka publik. Mereka pun memilih untuk melawan KPU yang bahkan belum mencapai angka final dalam pengolahan data hingga hari ini.

Data C1 milik BPN sebesar 50 persenan dari total C1 masih berpeluang sangat fluktuatif. Dalam masa ini, BPN justru telah mengambil keputusannya sendiri untuk menolak penetapan KPU kelak. Di tanggal 22 Mei 2019 jika pendukung Prabowo akan turun ke jalan bukan mustahil pendukung 02 juga akan turun untuk melawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun