Mohon tunggu...
Lia Sutiani
Lia Sutiani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tundukkan Wajahmu, Indonesia Menduduki Runner Up Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia

24 April 2019   12:10 Diperbarui: 24 April 2019   12:27 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampah bukanlah hal yang terdengar asing di telinga kita. Sampah sebagai barang yang dianggap tidak berguna dan tak bernilai selalu terbuang sia-sia. Sampah pun beraneka ragam jenisnya. Tapi, utamanya sampah hanya dibedakan menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik bukanlah suatu masalah besar karena mudah terurai. Masalah pokoknya sampah anorganik yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai bahkan ribuan tahun, sampah plastic contohnya.

Indonesia memiliki predikat tersendiri untuk sampah ini. Tak patut dibanggakan memang sebagai negara ke-2 penghasil sampah terbesar di dunia. Riset yang dipublikasikan di jurnal Science pada 13 Februari 2015 lalu mengungkap bahwa Indonesia merupakan penyumbang terbesar kedua sampah plastik di lautan. Data tersebut diperoleh lewat pemodelan dengan memasukkan faktor skala pembangunan ekonomi negara, jumlah rata-rata sampah yang diproduksi, cara pengolahan sampah, serta jumlah populasi yang bermukim di radius 50 km dari garis pantai.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Dr Novrizal Tahar mengatakan produksi sampah nasional mencapai sekitar 65,8 juta ton pertahunnya di mana 16 persennya adalah sampah plastik. Lebih parahnya, lagi sampah tersebut belum memiliki tata kelola yang baik sehingga berdampak buruk terhadap lingkungan. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan sebanyak 24 persen sampah di Indonesia masih tidak terkelola. 

Ini artinya, dari sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sedangkan, 7 persen sampah didaur ulang dan 69 persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari laporan itu diketahui juga jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60 persen, sampah plastik 14 persen, diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%).

Melihat kondisi tersebut, pemerintah memang tidak tinggal diam. Sudah banyak program untuk mengurangi penggunaan sampah yang sulit terurai terutama plastik. Kurangnya, program tersebut seolah hanya menjadi wacana bagi sebagian masyarakat karena kesadaran masyarakat yang rendah. Diperlukan sosialisasi serta pembinaan secara intensif ke sluruh masyarakat desa untuk mengubah kebiasaan membuang sampah sembarangan dan ketergantungan pada plastik. Ditambah pula, pemerintah harus bisa membangun sebuah sistem terintegritas dalam pengelolaan sampah. Pemerintah dapat mencontoh negara Jepang yang mana masyarakatnya diwajibkan membuang sampah di tempat sesuai dengan jenis sampah yang dibuang. Tentunya kita tidak mau bukan memberikan warisan pada anak cucu bangsa ini dengan tumpukan sampah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun