Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Merah

8 November 2019   22:54 Diperbarui: 10 November 2019   08:39 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku merah (Foto Jambi. Independent. co.id)

Apalagi besok adalah hari ulang tahun Adimas. Adimas juga ingin menraktir Kendis.

Adimas sudah duduk hampir sejam dengan secangkir kopi Gayo yang sudah tandas, ketika Kendis masuk. Tadi ia sengaja memilih meja di dekat jendela sehingga bisa segera melihat Kendis datang. Kendis terlambat lagi. Bagi Adimas, keterlambatan 45 menit adalah kelewat batas. Tapi, kepada Kendis, Adimas tidak mampu berkutik.

Rambut Kendis yang hitam lurus sebahu tampak hanya disisir seadanya. Namun, bibir Kendis yang tersenyum dan wajah bahagianya sudah cukup membuat Adimas berbunga.

Mereka berdua saling mencium pipi dan duduk di kursi yang berdekatan dengan meja bulat. Adimas memanggil pramu saji untuk meminta menu untuk Kendis.

Setelah Kendis memesan jus jambu, Kendis membuka percakapan "Aku punya sesuatu untuk kamu.  "Aku sudah siapkan sejak lama", kata Kendis sambil matanya melihat ke luar jendela kafe. "Wah, apa itu?", Adimas cepat menyahut dengan semangat. "Sebentar, belum ada bersamaku. Sebentar lagi akan diantar seseorang", sahut Kendis.

"Seseorang?", Adimas penasaran. 'Iya, Seseorang', kata Kendis. Kendispun menelpon seseorang. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Seseorang, tetapi ia tak berhasil.

"Ada apa?", tanya Adimas. Ia mulai resah. "Ga papa. Sebentar ya", jawab Kendis, kembali memegang telpon genggamnya. Ahirnya Kendis terhubung dengan Seseorang di balik telpon. "Jadi, Buku Merahnya di mana? Bisa dikirim? Tolong jangan sampai rusak ya. Saya 'share location'. Sebentar saja Kendis berbicara, namun itu sudah cukup membuat Adimas tidak bisa menahan diri untuk bertanya penuh curiga. "Siapa sih? Kok kamu berahasia?", tanya Adimas. Padahal selama ini ia selalu menjaga untuk tidak mencurigai Kendis.

"Sesuatu yang penting harus disampaikan dengan cara yang benar", jawab Kendis datar, sedikit kaku.

"Apaan sih? Buku Merah apa?", Adimas makin curiga. Adimas sibuk menduga. Jangan jangan, Kendis.......

 Adimas tak berani melanjutkan pikirannya. 

Beberapa hari ini ia membaca di media sosial dan koran nasional soal hilangnya Buku Merah polisi tentang rekaman suatu kasus pencurian orang utan oleh jaringan internasional yang membawa korban cedera seorang polisi ternama.  Karena kasus itu melibatkan pula orang di parlemen dan pejabat tinggi, kasus ini dihalangi untuk diperkarakan di pengadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun