Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Vanilla, Sang Anggrek Komoditas Seksi yang Tak Terawat

16 Mei 2019   07:05 Diperbarui: 16 Mei 2019   18:46 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ellevation Coffee Traders (Sumber: www.monadnockoilandvinegar.com)

Saya ingat saat ayah saya (almarhum) menunjukkan bunga vanilla dan ayah saya pelan memotong biji 0 vanilla dengan pisau kecilnya yang tajam dengan hati hati. Baru sekarang saya menyadari bahwa vanilla memang memerlukan perhatian dalam pemeliharanaannya.

Di tahun 2019, Balai Karantina Pertanian Yogyakarta melaporkan bahwa Yogyakarta mengekspor sekitar 270 ribu ton di tahun 2018. Di tahun 2019, sekitar 1,2 sampai 2,4 ton per bulannya dieksport. 

Balai memprediksi pahwa pada tahun 2019 kita dapat menjadi eksportir terbesar Vanilla. Namun, Balai juga melaporkan bahwa kinerja ekspor turun naik. Bahkan, pernah mengalami defisit pada akhir akhir ini. Artinya, kita mengimpor vanilla. Ini menyedihkan sebetulnya. Balai tersebut mengangkat isu pentingnya perbaikan kinerja ekspor. 

Saya rasa, bukan hanya kita berpikir soal kinerja ekspor, tetapi perlu memperhatikan budi daya dan keberadaan tanaman vanilla itu sendiri. Saya jarang atau hampir tidak pernah mendengar adanya wilayah dengan vanilla yang luas dan terawat baik.

Ekspor komoditas vanilla ditujukan ke Republik Chechnya, Antigua, Barbuda, Tahiland, Bulgaria, German, Denmark, India Perancis, Belanda, Korea Selatan, Filipina dan Singapura.

Entah mengapa, saya kok merasa khawatir soal keberadaan tanaman ini. Ini karena sejarah dan catatan negara kita yang memang tak pandai untuk merawat. Terlebih areal lahan vanilla atau panili pun dilaporkan terus menurun.

Produksi Vanilla (Ditjen Perkebunan 2014)
Produksi Vanilla (Ditjen Perkebunan 2014)
Data menunjukkan bahwa areal lahan vanilla hampir seluruhnya adalah dari hutan rakyat (BPS). Data sejak tahun 2000 sampai dengan 2014 yang diperbarui pada tahun 2017 menunjukkan bahwa saat ini lahan vanilla adalah sekitar 13.000 hektar. Ini menurun drastis dari luas lahan pada tahun 2007 yang selua 31.000 hektar (BPS, 2017). 

BPS juga mencatat produktivitas tanaman vanilla turun drastis sejalan dengan berkurangnya lahan. Sayangnya data statistik perkebunan kita lebih banyak mencatat hasil perkebunan kelapa sawit dan sangat terbatas informasi yang tersedia untuk komoditas vanilla.

Luas Lahan Kebun Vanilla Indonesia (BPS 2017)
Luas Lahan Kebun Vanilla Indonesia (BPS 2017)
Vanilla Perlu Perhatian!

Dari sini, mungkin kita bisa pula menarik simpulan bahwa perhatian pemerintah pada komoditas seperti vanilla perlu ditingkatkan. Pertama, vanilla adalah komoditas unggulan. Kedua, hampir semua vanilla dikelola oleh hutan rakyat. Ini tentu akan menguntungkan petani rakyat kita.

Bagaimana bila kita rekomendasikan kepada presiden terpilih nanti untuk memilih menteri pertanian yang perduli pada petani rakyat, khususnya petani rakyat Vanilla? Apa saja yang perlu jadi perhatian Menteri Pertanian? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun