Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hormati Gurumu, Sayangi Teman

11 Februari 2019   17:00 Diperbarui: 13 Februari 2019   22:07 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image credit: graphicstock

Di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman, guru dianggap sebagai profesi terhormat. Namun, negara negara di Eropa dan Amerika Latin pada umumnya pesimis dengan rasa hormat murid kepada guru guru. Juga, tampak bahwa budaya hormat ini masih kuat di Asia, termasuk di Korea Selatan dan Singapura. 

Yang menarik, survei itu juga menunjukkan bahwa murid di negara negara yang berada pada ranking tinggi tersebut di atas adalah punya kinerja murid terbaik terkait tes internasionalnya. Hal ini membuat peneliti menyimpulkan bahwa pengakuan yang baik dan tinggi atas guru mempengaruhi hasil kinerja murid. 

Di Cina, India dan Ghana, banyak keluarga menginginkan anak anaknya menjadi guru. Tetapi, di Rusia, Israel dan Jepang, anak anak tidak disarankan untuk memilih profesi guru. Bahkan, di Inggris, hanya 23% orang tua yang menganjurkan anak anaknya untuk menjadi guru. Kita perlu mencatat bahwa ranking Inggris pada survai ini adalah ranking 9 dari 10 yang terendah. 

Di kebanyakan negara yang diteliti, publik menaruh sebelah mata pada jam kerja guru. Hal ini bahkan terjadi di negara seperti Selandia Baru yang mencatat jam kerja terlama, dan di Panama atau Mesir yang mencatat jam kerja terendah.

Di semua negara yang diteliti, responden mengatakan keterkaitan gaji guru dengan kinerja murid menurun dibandingkan penelitian yang sama yang dilakukan 5 tahun yang lalu. Di Finlandia, terjadi 80% penurunan. Di Inggris terdapat penurunan dari 74% menjadi 34%. 

Studi menyimpulkan bahwa memang ada keterkaitan antara status sosial guru di masyarakat dan kinerja murid di sekolah. Menghormati guru adalah penting untuk hasil pendidikan, yaitu murid dan lulusan yang baik.

Ada Apa dengan Pendidikan di Indonesia?
Karena studi di atas menempatkan Indonesia pada ranking 5 tertinggi dalam hal respek kepada guru, kita pasti bertanya, mengapa ini berbeda dengan realitasnya? Apa yang kurang? Apakah metodologinya salah? Dan ini saya paling tidak suka dari hasil penelitian yang banyak diluncurkan di media - mereka tidak mengupas walau sedikit terkait metodologi.

Padahal ini penting untuk melihat apa yang mendasari hasilnya. Oleh karenanya, saya mencoba melihat aspek lain terkait relasi guru dan anak serta orang tua, di samping melirik pula sistem pendidikan yang ada.

Study on Teacher Absenteeism in Indonesia 2014 yang dilakukan the Asian Development Bank (ADB) pada tahun 2014 menghasilkan temuan bahwa Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat absentisme guru di sekolah yang sama dari 19 % pada 2003 menjadi 9,8% pada tahun 2014. 

Namun, persoalan absentisme guru atau guru membolos memang ada. Makna dari angka ini adalah, dari 20 sampai dengan 24 hari kerja guru, terdapat sekitar 2 sampai dengan 2,4 hari guru absen atau membolos. Studi ini memberikan rekomendasi terkait peran peran guru yang perlu diklarifikasi dan lingkungan sekolah perlu diperbaiki. 

Hal ini agar dapat meningkatkan proses belajar murid. Seperti diketahui, perhitungan jam kerja guru diatur pada Undang Undang no 7/2008. Minimal, soerang guru mengajar minimal mengajar minimal 24 jam dan paling banyak 40 jam untuk tatap muka dengan murid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun