Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Polisi Berdarah Bali Ini Betah di Tanah Batak (Bincang-bincang Kompasianer)

20 September 2014   20:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:07 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14111954741934011533

[caption id="attachment_360334" align="aligncenter" width="471" caption="AKBP IKG Wijatmika (dok.kompasianer)"][/caption]

Tapanuli Utara itu luar biasa! Ucapan itulah yang dicetuskan Kapolres Tapanuli Utara AKBP IKG Widyatmika mengawali bincang-bincang khusus dengan citizen reporter Kompasiana.Com Leonardo Simanjuntak Mardaup (Joentanamo), di kamar kerjanya beberapa waktu lalu,menjelang serah terima jabatannya dengan AKBP Henky V Kalele. Kapolres berpenampilan kalam dan berwibawa ini didampingi Kasubbag Humas Polres Taput Aipda W Baringbing, menyebut rasa syukur mendalam ditempatkan di Tapanuli Utara. “Saya merasa bangga dan senang pernah bertugas di sini.

Satu daerah yang bagi saya luar biasa dengan ragam daya tarik yang pasti selalu saya kenang. Rasanya saya betah dan kurang lama ditugaskan di sini” kata Kapolres yang sebelumnya menjabat Wadan Sat Brimob SU pada 2010. Berikut bagian penting dari bincang-bincang tersebut:

Kapolres yang ditugaskan memimpin Polres Tapanuli bagian Utara, Polda Sumut, sejak September 2010dengan Skep tertanggal 18 Agustus 2010, mengaku rasa syukur itu mencuat setelah merasakan harmonisasi lingkungan alam, masyarakat, dan sisi-sisi kultural orang Batak di Tapanuli Utara, yang memberi nuansa kesejukan di hati.”Ternyata meski daerah ini mayoritas menganut agama Kristen, tapi kerukunan beragama di sini
saya temukan sungguh luar biasa. Saya kira benar, kalau daerah ini disebut suatu barometer toleransi dan kerukunan beragama,” ujar Kapolres yang 2 tahun 9 bulan bertugas dan menyatu dengan alam dan masyarakat Tanah Batak.

Orang nomor satu di Polres Taput ini mengurai pengalaman empirisnya selama hampir tiga tahun di Taput, betapa orang Batak itu menerima dirinya begitu familiar. Meski beda suku dan agama, tak menjadi penghalang baginya
untuk berbaur terutama dalam konteks mengimplementasikan amanah yang diemban sebagai aparat hukum.” Terus terang, banyak yang saya petik di daerah ini, termasuk belajar tentang adat istiadat yang dibingkai Dalihan Natolu.

Saya kagum dengan Dalihan Natolu, yang saya kira tak ada pada etnik lain. Ini juga bagian dari keluarbiasaan yang saya sebutkan,” ujar Kapolres yang di tengah kesibukannya membuka pintu untuk bincang-bincang khusus, tak hanya bidang tugasnya selaku Bhayangkara, juga tentang filosofi hidup,  dan lebih detail tentang keluarga dan prinsip pribadi.

Lalu, apa pandangan perwira polisi asal berdarah Bali ini mengenai Polri? “Sesungguhnya, Polri itu sudah mereformasi diri, banyak yang telah dilakukan bagaimana agar polisi itu makin profesional, terkait dengan fungsi strategisnya selakupelindung,pengayom, dan penegak hukum. Itu akan terus berproses, meski kita takmenutup mata dan telinga masih adanya kecurigaan atau kurang percaya. Toh upaya perbaikan itu terus berjalan meski ada kala, ada oknum yang mungkin melakukan pelanggaran, namun antara oknum dan institusi harus dibedakan.”
Kapolres yang dominan bertugas diBrimob ini mengakui, rasa curiga atau tak percaya pada polisi itu mungkin saja terwujud jadi fitnah. Contoh soal, kalau ada anggapan bahwa Kapolres itu tebang pilihmenindak judi togel, bahwa saya ada terima stabil atau apa.”

Saya tegaskan, sesuai dengan komitmen saya yang anti judi selama saya di sini saya tak pernah sepeser pun terima apa-apa terkait judi dan semacamnya. Kalau ada yang bilang begitu, jelas fitnah, dan fitnah itu berat hukumnya di dunia dan akhirat. Bahkan saya tegaskan pada Kapolsek kalau ketahuan neko-neko, saya copot dia.
Saya terbuka pada kritik, karena kritik yang positif mendorong saya untuk maju
dan berbuat lebih baik ke depan.”

Widyatmika yang pernah bertugas di Sei Wampu, Medan, 2009, menyebut sudah menangkap ratusan orang yang terlibat praktik judi, terutama togel. Ada yang sudah jera, mungkin ada juga yang belum jera. Tapi, Polres Taput akan terus bertindak, seraya melakukan pembinaan.” Saya banyak menerima SMS dari ibu-ibu rumah tangga menyampaikan terima kasih atas tindakan yang kami lakukan terhadap judi, meski di pihak lain pasti ada yang tak senang.

Kasihan orang susah-susah, isteri kerja keras, suami malah main judi. Pada hal judi tak bisa
bikin orang jadi kaya. Itu terjadi karena ada orang kepingin yang instan-instan, maunya jangan bekerja dapat duit. Itu yang salah dan harus disingkirkan dari bumi Bona Pasogit Tapanuli Utara yang kita cintai, apalagi
daerah ini sudah melekat motto kota wisata rohani. Maunya masyarakat menghormati motto itu, menjaga kondisi yang sudah aman tenteram tetap terjaga.

Kapolres berpostur tinggi ini komit dengan mottonya “ professional, jujur, rendah hati, berwibawa”, agar polisi mendapat simpati dan dihormati masyarakat.” Itu yang saya terapkan disini. Jangan sakiti rakyat, karena polisi tumpuan harapan masyarakat. Dan mudah-mudahan, irama saya ini sudah diikuti banyak anggota. Secara perlahan
pembinaan terus jalan, tentu tak semudah membalik telapak tangan. Itu terus berproses, terutama dengan pelbagai masalah yang makin kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun