Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Bandara Silangit Ganti Nama, Memicu Polemik dan Demo

12 September 2018   14:23 Diperbarui: 13 September 2018   10:52 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo warga Desa Pariksabungan tolak pergantian nama bandara Silangit. (Foto: Facebook)

8122018125449-5b98a9febde5751ebf666524.jpg
8122018125449-5b98a9febde5751ebf666524.jpg

What's in a name. Apalah artinya sebuah nama. Itu kata pengarang legendaris Inggeris William Shakespeare. Tetapi tidak bagi warga Desa Pariksabungan Kecamatan Siborongborong,Tapanuli Utara, Sumut. Bagi warga yang bermukim di lingkungan area Bandara Silangit Internasional itu, nama justru menjadi sesuatu yang amat penting,bahkan sakral.

Ringkas ceritanya begini. Dulu warga Pariksabungan (Silangit) menghibahkan tanah kepada Pemda Tapanuli Utara untuk dikelola menjadi bandara permanen. Dulunya,kata Pongat Simanjuntak mantan kades Pariksabungan, di area tersebut sudah digunakan sebagai lapangan terbang darurat pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Penyerahan tanah kepada Pemda Taput ketika itu (1995) tidak bersifat jual beli melainkan sebagai bentuk spontanitas masyarakat demi kemajuan daerah itu.  Sejumlah uang yang diterima warga pemilik lahan ketika itu disebut "pago-pago" yang dalam adat Batak lebih berupa sekedar tanda kompromistik bukan dalam konteks jual beli. Namun waktu itu masyarakat pemilik lahan di area bandara mengisyaratkan meski pun secara implisit,agar lahan tersebut benar-benar terwujud sesuai peruntukannya untuk keperluan lapangan terbang. Tidak tertutup kemungkinan,apabila ternyata lahan tersebut tidak berfungsi maka lahan ditarik kembali oleh warga Silangit. " Kami sangat senang dan bangga bahwa lahan yang kami serahkan terbukti tidak sia-sia, dan kini telah menjadi bandara internasional," ujar Pongat Simanjuntak salah seorang pemilik lahan.

Pada 1995 saat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara dipimpin Drs TMH Sinaga,pembangunan area bandara mulai dijamah walau dengan dana terbatas. Dan pada priode berikutnya kucuran dana untuk kesenpurnaan bandara terus meningkat, sampai akhirnya bisa dioperasikan sebagaimana mestinya terutama setelah manajemen bandara ditangani pihak Angkasa Pura II. Setelah era Presiden SBY dan Jokowi, pengoperasian bandara Silangit makin intens didukung sejumlah maskapai seperti Garuda, Sriwijaya Air, Batik Air, dan Air Asia.Bahkan akhirnya status bandara diresmikan Presiden Jokowi , ditandai penandatanganan prasasti Bandara Silangit Internasional pada bulan Nopember 2017.

Itu sebuah terobosan penting yang tidak terlepas dari peran tokoh Batak Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan dan pemerintah setempat. Arus transportasi udara dari dan ke Silangit makin ramai terutama dalam konteks visi meningkatkan kepariwisataan Tanah Batak yang mengusung branding Danau Toba. Tentu saja ini jadi suatu kebanggaan tersendiri bagi daerah seputaran Danau Toba dan Sumatera Utara dalam skup lebih luas. Kehadiran Bandara Internasional Silangit tentu memacu peningkatan perekonomian daerah termasuk dari sektor traveling/pariwisata. Sementara dari sisi efisiensi dan efektifitas perjalanan kenderaan darat dari Tapanuli ke Sumatera Timur,setidaknya telah terbukti sangat signifikan jika menggunakan jasa penerbangan Silangit-Kualanamu Air port, bisa memangkas waktu 5 sampai 6 jam. Ternyata,meski harus merogo kocek menambah biaya tambahan jika memilih jalur terbang, indikasinya cukup meyakinkan bahwa sebagian warga di kawasan Tapanuli  cukup mampu dilihat dari tren penumpang yang keluar masuk Silangit. Banyak warga kampung yang sebelumnya tak pernah  naik pesawat kini sudah lega menikmati penerbangan dengan ongkos relatif terjangkau.

PERGANTIAN NAMA SILANGIT

Itu sekilas tentang progress Bandara Silangit. Tenang-tenang saja setelah sekian bulan beroperasi dengan baik dan kondusif. Sementara arus transportasi udara dari dan ke Silangit makin ramai setiap harinya. Bahkan penambahan rute baru mengindikasikan kalau Bandara Silangit punya prospek gemilang.

Lalu, entah kapan munculnya ide itu dan siapa yang mencetuskannya ke permukaan, mulailah timbul riak-riak di permukaan gelombang yang tenang. Ada yang menggagas untuk mengganti nama Bandara Silangit menjadi nama Sisingamangaraja XII. Ide itu bisa dimaklumi dan diamini mengacu pada nama besar pahlawan nasional itu. Apalagi merujuk pada berbagai bandara di Indonesia yang menabalkan nama pahlawan atau nama legendaris lainnya menjadi nama baru bandara. Usulan merobah nama Silangit menjadi Sisingamangaraja XII sah-sah saja, dengan catatan jika usulan tersebut disetujui berbagai pihak sesuai peraturan yang ada.

 Tetapi, itulah soalnya. Ide atau usulan pergantian nama itu  ternyata tidak segampang melontarkan ide dan membuat proposal. Banyak yang setuju tetapi banyak pula yang menolak. Bahkan yang menolak tampaknya lebih militan dengan prinsipnya.

Di zaman teknologi informasi dengan keberadaan media sosial seperti fesbuk,semuanya serba mudah terpampang ke ranah transparansi. Begitu juga soal pergantian nama bandara Silangit telah memicu polemik cukup sengit di medsos dengan mengedepankan argumen masing-masing. Di sana berseliweran pula isu tak sedap bahwa ide pergantian nama itu sarat aroma politik dan interes kelompok. Untuk kepentingan apa dan kekompok mana tak begitu jelas diketahui. Yang jelas belakangan muncul surat dari Kementerian Perhubungan RI yang secara eksplisit sudah mengesahkan pergantian nama Bandara Silangit menjadi Bandara Sisingamangaraja XII. Sontak, kabar itu telah mengejutkan banyak pihak khususnya warga di kawasan Silangit yang menentang wacana itu sejak awal. Termasuk Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan juga terang-terangan menolak dan mendukung sikap warga yang menolak pergantian nama tersebut. Kabar tentang adanya surat resmi Kemenhub tentang pergantian nama itu juga memicu protes masyarakat Silangit Pariksabungan. " Kalau pun ada rencana pergantian nama itu apakah tidak perlu persetujuan kami selaku warga di sana? Ini sama sekali tidak. Kami tak pernah menandatangani suatu persetujuan tentang hal itu. Kalau pun ada persetujuan dari oknum di DPRD Taput, itu tidak sepengetahuan dan kesepakatan kami", kata warga lainnya dengan nada gusar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun