Latar Belakang
   Halo! Nama saya Leonard Purnomo Aji Sihotang, pria asal Padang yang sekarang adalah seorang seminaris di Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan. Kenapa saya menjadi seorang seminaris? Singkatnya saya ingin menjadi Imam. Tapi disini saya akan menceritakan perjalanan panggilan saya menjadi seorang seminaris.
Awal Mula Tertarik Menjadi Seorang Imam
   Saya berasal dari Paroki St. Fransiskus Assisi Padang, dimana para imamnya adalah Imam Xaverian. Saya pertama kali merasa tertarik menjadi seorang imam adalah saat saya bergabung ke T-SoM (Teens' School of Mission) Angkatan 3. T-SoM adalah organisasi remaja misioner yang berada di bawah KKI (Karya Kepausan Indonesia). Waktu itu, Imam Dirdios KKI Keuskupan Padang adalah Rm. Alfonsus Widhi, SX. Beliaulah yang mengajak saya untuk bergabung ke  T-SoM.
   Kegiatan-kegiatan yang saya ikuti dalam T-SoM adalah live-in di berbagai tempat seperti Pasaman Barat dan Mentawai, pendalaman iman, pembinaan untuk mendampingi anak-anak BIA (Bina Iman Anak), dan lain-lain. Saya juga mengikuti Jamnas Sekami 2023 melalui kegiatan T-SoM ini, dan disinilah saya pertama kali mengenal Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan. Pada masa-masa ini saya mulai tertarik menjadi seorang imam, tapi masih ragu-ragu. Kemudian, saya mengalami suatu peristiwa yang membulatkan tekad saya untuk masuk ke seminari untuk menjadi seorang imam.
Peristiwa yang Membuat Saya Bertekad Masuk Seminari
   Peristiwa yang membuat saya bertekad masuk Seminari adalah saat saya ikut persiapan Pernas (Pertemuan Nasional) T-SoM Angkatan 3 yang ke-4. Saat itu saya sedang membantu membagi kelompok dan stasi yang akan dikunjungi di Mentawai. Kemudian saya melihat nama saya di kelompok yang akan pergi ke Stasi Rogdog. Saya lalu bertanya kepada Romo Alfons, "Stasi Rogdog itu gimana tempatnya, Mo?" "Tempatnya ada di atas bukit, nanti kamu akan naik motor ke sana," jawab Romo Alfons. Karena saya merasa kalau itu tidak terlalu seru, maka saya meminta untuk dipindahkan ke kelompok yang akan pergi ke stasi-stasi yang perjalanannya harus melewati sungai menggunakan pompong (perahu kecil). Namun Romo Alfons menjawab "Heh, gak perlu pindah-pindah." "Sebagai seorang misionaris, kita harus selalu siap untuk diutus. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita diutus Tuhan sebagai    pekerja-Nya," lanjut Romo Alfons. Saat itulah saya merasa benar-benar terpanggil untuk menjadi pekerja Tuhan. Saya merasa malu karena saya ingin pindah waktu itu. Meski begitu, beliau tetap berbaik hati, karena setelahnya kelompok-kelompok tersebut diacak lagi, dan saya mendapatkan tugas ke stasi yang sesuai keinginan saya, yaitu Stasi Tiop, yang terletak di pinggir teluk dan harus menggunakan pompong untuk pergi ke sana.
Mengapa Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan?
   Sebenarnya, di Keuskupan Padang juga ada seminari, yaitu Seminari Menengah Maria Nirmala. Lantas mengapa saya masuk ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan? Awalnya, saya ingin mnedaftar ke Seminari Menengah Maria Nirmala. Namun saat sedang berkonsultasi dengan Romo Rektornya, beliau menasehati, "Sebaiknya jangan disini, Le. Parokimu tetanggaan soalnya. Nanti tiap hari ketemu orangtua, gimana formasinya bisa jalan? Coba daftar ke seminari di luar, deh." Mendengar itu, nama Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan langsung muncul di ingatan saya. Terlebih, ada teman se-paroki saya yang juga akan mendaftar ke sana. Dan ternyata, sebagian Imam Xaverian yang saya kenal juga bersekolah di Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan. Itulah alasan saya masuk ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan.
   Saat ini, saya adalah seorang seminaris MP Angkatan 114 di Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan. Bagi teman-teman yang ingin menjadi imam, ayo daftar ke Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan! Dijamin gak nyesel, deh! Itulah cerita perjalanan panggilanku menjadi seminaris, terimakasih sudah membaca.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI