Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Marketing Angkatan Covid, Alasan Tertawa Tahun Ini

26 Desember 2020   23:54 Diperbarui: 26 Desember 2020   23:56 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.instagram.com/humornya.dadang

Pandemi meni perubahan besar bagi kehidupan semua orang. Pada masa new normal, hal-hal yang tak biasa menjadi biasa, terutama dari pola berinteraksi sesama manusia. Virus yang menular melalui droplet dari orang yang terinfeksi ini bisa dihindari dengan metode jaga jarak. Penggunaan masker disarankan agar droplet tak terhirup. Alhasil, proses komunikasi tatap muka tak lagi efektif dan dirasa lebih optimal bila dilakukan secara online. Aplikasi percakapan online, baik lewat teks, audio, maupun video pun makin populer. Akibat COVID-19, seluruh aktivitas juga berubah, mulai dari belajar, bekerja, beribadah, bahkan berbelanja. Demi menghindari penularan virus, kegiatan-kegiatan tersebut pun dilakukan secara online. 

Perubahan besar bukan hanya terjadi pada pola kebiasaan sehari-hari, tetapi juga pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sebagian orang terinfeksi virus; ada yang sembuh, ada yang tidak. Wabah yang semula dinilai sepele, ternyata merenggut nyawa banyak orang. Bukan hanya nyawa, tetapi juga mata pencaharian. Ribuan orang menjadi pengangguran karena perusahaan tak sanggup untuk membayar karyawan. Daya beli menurun dan semuanya berputar di situ hingga membuat perekonomian merosot tajam. Sejumlah upaya dilakukan oleh pemerintah guna mengatasi masalah ini. Meskipun demikian, penyelesaian tidak semudah yang diharapkan. Pro dan kontra terdengar di sana sini. Semua pihak tampil memberikan pendapat yang dinilai paling tepat. Kalau sudah begini, saya biasanya akan meluncur ke Twitter. Seiring dengan linimasa yang memanas, meme-meme lucu juga bermunculan. Ada-ada saja memang warga +62. Super kreatif! Ya, tak apa-apa, toh Indonesia butuh ketawa agar relaks dari masalah yang datang bertubi-tubi.

Penjual Amatiran

Tak perlu jauh-jauh mencari contoh. Keluarga saya sendiri juga mengalami masalah sejak wabah COVID-19 menyerang. Kebetulan, saya dan suami bekerja di perusahaan yang sama. Saat akan bekerja, kami sekaligus mengantar anak ke daycare. Pulang dari kantor, barulah kami menjemputnya dan pulang bersama-sama. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, layanan daycare ditutup sejak pandemi. Di sisi lain, kami memang belum berani untuk menitipkan anak di daycare. Membayangkan mereka  berinteraksi tanpa menerapkan protokol kesehatan sangat mengkhawatirkan. Belum lagi perjalanan menuju tempat penitipan yang agak jauh dan rentan terpapar virus. Aduh, tidak! Dalam situasi itu, daycare tidak lagi menjadi pilihan yang cocok.

Sedikit terpaksa tapi sadar, kami memutuskan, salah seorang dari kami harus resign. Di saat begitu banyak orang yang kehilangan pekerjaan, mengapa harus langkah ini yang diambil? Karena, tidak ada lagi solusi yang sesuai dengan prinsip-prinsip utama kami sebagai keluarga. Menitipkan anak ke mertua, misalnya, selain tidak memungkinkan, risikonya juga termasuk tinggi. Ya sudah, bukan hanya nekat, tetapi juga percaya pada Pencipta Hidup, inilah yang bisa kami lakukan guna menjaga kondisi tetap aman. Namun, tentu ada konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu pemasukan yang berkurang. Agar tetap survive, kami harus melakukan sesuatu. Apa itu? Berjualan.

Menjual sesuatu atau menjadi seorang marketer tidak pernah timbul dalam benak saya sejak dahulu. Bahkan, saya cenderung menghindari aktivitas sejenis ini. Pertama, tipe introver seperti saya bakal kesulitan karena bertemu dengan banyak orang. Belum lagi, sifat yang tertutup membuat koneksi dengan orang lain sangat payah. Kedua, saya "terganggu" jika apa yang saya jual ternyata tidak memuaskan atau entah bagaimana tidak sesuai dengan ekspektasi orang lain. Ketiga, saya tipe orang yang membiarkan orang lain mencoba sesuatu tanpa intervensi dari pihak lain. Padahal, itu kan nggak mungkin. Sebagai penjual, saya harus melakukan segala cara supaya calon pembeli merasa yakin. Bahkan, sebisa mungkin memastikan pengguna mengambil kesimpulan bahwa produk itu benar-benar paling bagus. Saya berjualan dan tak memiliki semangat sama sekali.. 

Dalam kondisi ini, saya merasa Tuhan seperti sedang mengajak bercanda. Sesuatu yang dihindari justru mau tidak mau harus dijalani. Namun, bagi kami saat ini, membuat sesuatu, lalu berjualan, adalah cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari rumah. Mulai dari nol, wajar jika ada rasa gentar. Gentar pada mereka yang telah malang melintang di dunia usaha sejak dahulu. Sebagai marketer gadungan lulusan COVID, kami tertatih-tatih memulai langkah pertama, berharap bisa tetap bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat.

Tertawa Bersama

Tak terhitung entah sudah berapa kali kami ingin menyerah. Gonta-ganti produk juga beberapa kali. Namanya saja wirausaha newbie yang lahir dari keterpaksaan, di awal-awal  sudah babak belur. Konflik dalam rumah tangga? Wah, jangan ditanya lagi. Mulai dari hal sepele sampai yang prinsip, semua pernah dibahas. Mulai dari metode ngobrol baik-baik hingga sebaliknya. Mungkin benar kata orang; sebisa mungkin jangan membangun bisnis dengan anggota keluarga. Pasalnya, sulit untuk membuat batasan. Jika diingat-ingat, antara miris dan lucu sih saat kami berdebat soal mana produk yang baik dan tidak, apa metode jualan yang paling tepat, kapan harus menambah stok, dan macam-macam lainnya yang rentan menyebabkan salah pengertian. Sama-sama pemula dan tak berpengalaman. 

Hingga akhir tahun ini, kondisi penuh ketidakpastian masih terjadi. Semua orang harus menghadapinya. Walaupun terasa menjenuhkan karena keadaan tetap sama dari hari ke hari (bahkan ada yang bilang makin memburuk), adanya harapan membuatnya lebih baik. Harapan mendorong seseorang untuk melakukan sebuah tindakan. Mungkin awalnya tak berpengaruh, tetapi lama kelamaan menunjukkan dampak positif. Asal konsisten dan belajar dari pengalaman yang lalu-lalu, saya rasa kita semua bisa melewati masa ini dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun