Mohon tunggu...
Aji Latuconsina
Aji Latuconsina Mohon Tunggu... -

|Bukan Penganut Ajaran Agama Spilis (Sekulerisme - Pluralisme - Liberalisme) •Provokata @kutikata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hitam Kopiku, Tak Sehitam Dosaku

15 Februari 2018   21:29 Diperbarui: 15 Februari 2018   21:39 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hitam Kopiku, Tak Sehitam Dosaku

Tak kusangka cerita ini terhidang jelas di seukuran kakunya meja
gelas ini juga tak seharusnya menggantikan secangkir penuh ingatan tentangnya
sekiranya juga ada mangkuk berupa cangkir kopinya
entah berapa kali sudah kubuat dosa kepada dia

Begitu bening wajahnya hingga hitam melekat jelas di gelas kaca
wajahku pun turut merekat membayang romansa
aroma kopi menguap bias di hidungku mencium bau badannya
pahit dikenang tuk pelukan dan kecupan bertanda di gelas dan bibirnya

Seperti geliat nafsu tubuhnya begitu kuat kuingat
iblis-iblis berburu dosa dan malaikat turut giat mencatat
lidahku hampir kaku mengecap apa yang pernah kubuat
dalam satu dekapan erat dosaku dan kopiku terlalu hitam dan pekat

Setiap kali kopi kuteguk rasanya masa lalu kerap kubaiat
kuhayat semua rasa penyesalan di dada kembung berat
manis kopi hanya akan membuat aku tergoda olehnya dan penat
sengaja tak kutambah gula agar pahit melarutkan pikiran berkhianat

Semakin kuselami memoar ke dasar hasrat di gelas
rendezvous kian berkoar di nadiku kopi terasa selalu panas
aku sadar ini salah dan kulihat kekasih sejati memelas
kini pahit yang kucicipi bukan di lidah namun di langit-langit teratas

Bibirku ikut menghitam kelu, getir dan menggigil riwayat was-was
bercampur kopi dan air mata yang luluh tegas
nikmat candu kopi dan kisah salah kutebus dengan hati wis-was
lantas dosa kita kureguk habis dalam dada cadas

Maafkan dosa khilaf hamba ya Tuhan pemilik qalbi
dia pilihan abadi kan kupeluk erat walau gelas kian retak tak bertepi
dan niatku menghapus jejak nista tuk kembali bersuci
meretas tebalnya residu kopi, hitam kelam dan ampunan Ilahi

Wangi teh setangkai daun berkaca di gelas sloki
waterfall lumuri dinding hati melupakan panasnya kopi
ku katakan padanya, kau bukan kekasih abadi, kau pula bukan kopi atau ruang sepi
kau hanya hitam masa lalu terlampau tebal pekatnya dosa tak bertepi

_____________________
TT TUKEL STORI PARLENTE
"Hitam Kopiku, Tak Sehitam Dosaku"
Makassar, 15 Februari @kutikata2018
*ajilatuconsina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun