Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saat Menulis Ya Menulis Saja

15 September 2014   03:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:41 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Belakangan sepertinya saya sudah terjebak dalam perilaku yangkurang terpuji, ngintipin lapak orang. Saya memang bukan follower 'Hits 80s 90s' yang fenomenal itu, cuma karena grup ini lagi trend dan bentuknya terbuka jadi bisa sesekali longok-longok dalem situ untuk nostalgia. Seneng aja rasanya saat melihat banyak kenangan masa kecil dulu rame dibicarakan di sana. Dan lagi para anggotanya niat bener uprek-uprek gudang ato bahkan berpose bareng mainan jadul mereka. Asli ngakak liatnya. Seru. Bener-bener ketularan virus gak bisa move on dari masa lalu deh saya.

Saat asik ngintipin lapak itu dan scroll wall-nya ke bawah, mulai deh saya temukan satu dua orang yang mulai gelisah. Dari kemaren sudah sempat baca sih, hanya saja kok hari ini keluhan yang sama ditulis orang lain yang berbeda. Kira-kira begini bunyinya,

‘Admin, sebenernya yang dimaui grup ini postingan yang seperti apa ya.

Kok saya aplot gambar bolak-balik kaga ada yang komen dan nge-like yah?

Kalo gini terusan saya mau cabut dari grup ajah.’

Nah lo, mulai, ujung-ujungnya kok jadi kayak beberapa yang saya temui di lingkup Kompasiana ya.

Kenali tujuan

Saat memutuskan bergabung di Kompasiana pertama kali, apa yang anda pikirkan? Pelarian? Dikenal orang? Atau sekedar mencari tempat bermain yang baru? Jawaban tiap orang mungkin berbeda ya, kalo saya pilihan nomor satu. Pelarian. Yup. Menulis bagi saya bukan hal yang baru. Sejak jaman hits-nya diary, hampir tiap hari saya curhat sama buku. Giliran muncul blog, saya yang buta blogging nekat juga buka lapak. Meski gak tiap hari posting, tapi beberapa bulan berjalan pengunjung blog saya sudah lumayan. Karena blog-nya beraliran rada serius tentang pendidikan anak non formal, mau nulis yang fiksi-fiksi dan curhatan gak penting kok sungkan. Jadilah saya memilih Kompasiana sebagai pelarian.

Karena menulis tanpa tujuan selain curhat atau ngayal fiksi, saya menulis tanpa beban. Nggak ada itu menulis dengan tujuan mencari bintang banyak-banyakan atau komen yang deras membanjiri tulisan. Jumlah hits juga nggak terlalu saya pikirkan. Lama hidup di blog sendiri sudah bikin perut kenyang pengalaman. Tulisan tanpa vote atau sepi pengunjung nggak pernah jadi beban buat saya. Jargon ‘menulis ya menulis saja’ sudah kayak harga mati. Saya menulis apa yang saya suka. Saya berbagi apa yang saya ingin bagi. Soal bermanfaat atau tidak, saya punya pemahaman sendiri. Tulisan nggak harus bersifat manual atau panduan yang jelas-jelas memang sangat bermanfaat. Kadang orang juga bisa belajar lewat curhatan, bahkan lewat fiksi. Sejatinya ada banyak celah dan jalan untuk belajar. Oleh karenanya pernah saya miris membaca tulisan seorang Kompasianer yang menghimbau sesama Kompasianer lainnya untuk menulis hanya hal-hal yang bermanfaat, bukan sekedar curhat. Haduh, macam pake kacamata kuda saja. Jika di Kompasiana hanya difungsikan untuk menampung berita dan beragam panduan, harusnya tidak ada itu kolom 'Catatan Harian' dan 'Fiksiana' yang jelas-jelas sudah bisa diduga kemana arah dan tujuannya.

Balik lagi, jika menulis dijadikan sebagai satu kebutuhan, maka jumlah hits dan banyaknya komentar harusnya bukan lagi jadi prioritas utama. Saya pernah menjumpai beberapa Kompasianer yang mutung menulis hanya karena saat itu counter jumlah hits seperti menemui ajalnya. Dia kecewa. Dan lantaran kecewa, ia menyerah ber-Kompasiana. Dari sini kita bisa belajar apa sebenarnya tujuan kita menulis di Kompasiana. Jika tolok ukur adalah jumlah hits, vote, atau komentar, bersiap-siaplah untuk kecewa. Sebab dalam dunia per-blogging-an, ada hukum tak tertulis yang berbunyi, jika anda rajin berkunjung ke lapak orang, maka orang tersebut akan melakukan hal yang sama. Jika anda terlepas dari hukum ini tapi lapak anda terus-terusan ramai berarti kemungkinannya ada tiga,(1) karena tulisan anda memang benar-benar bagus, (2) anda adalah public figur, (3) anda termasuk orang yang beruntung bisa nge-hits di Kompasiana. Ini semata hukum sebab akibat saja.

Pegang prinsip seperti kolumnis

Jika sudah berani menerbitkan tulisan, mengapa tak berpikir seperti seorang kolumnis saja? Saya adalah pembaca setia kolum ‘Parodi’ di Kompas cetak. Kolom yang diasuh oleh Samuel Mulia ini hampir tak pernah terlewatkan. Tiap minggu saya baca tulisannya. Bahkan satu tahun terakhir mulai saya buat klipping-nya. Nggak ada satupun yang tertinggal. Kalau anda pernah membaca kolom yang sama, anda akan memahami bagaimana seorang Samuel Mulia mengawali semua kisah-kisahnya. Saya pribadi ingin sekali menulis seperti dia. Menulis apa saja yang saya suka. Lihat gaya bahasanya, alurnya, hampir curhatan semuanya. Tapi toh tetap ada satu hal yang bisa kita ambil hikmah dari peristiwa yang dialaminya. Nggak semua tulisan Samuel Mulia saya suka (baca : setuju dengan pemikirannya), tapi tak membuat saya antipati padanya. Saya seorang pembaca yang berprinsip seperti seorang kuliner. Membaca seperti menghadapi seporsi makanan, kalo suka saya makan, kalo nggak suka saya tinggalkan. Nggak pake rewel dan komentar macam-macam.

Nah, balik lagi, untuk kegandrungan saya ini, tahukah Samuel Mulia? Di Kompas cetak nggak seperti Kompasiana atau media online lain yang ketahuan berapa jumlah hits dalam tulisannya. Nggak ada. Lantas, stresskah dia? Kok saya yakin enggak ya. Demikian juga jika kita menulis di Kompasiana. Satu prinsip saya yang nggak bakal berubah adalah bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Nggak percaya? Coba googgling dan masukkan kata ‘museum angkut batu malang,’ lihat result yang keluar. Tulisan yang pernah saya publikasikan dua bulan lalu di Kompasiana bisa nampang di halaman depan mbah Google. Tiap hari pasti ada yang nge-hit, nggak tau karena nyasar atau memang lagi butuh informasi. Dari hal kecil ini mulai terbukti bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Jadi urusan tulisan nggak ada tanggapan atau bahkan sepi pengunjung jangan sampai membuat hati galau lagi. Percayalah, ada banyak orang yang bingung mau ngapain di depan layar komputernya. Dan salah satu yang hingga hari ini dipakai orang untuk mendapat jawaban adalah mesin pencarian Google. Jika kata kunci yang ia masukkan mengarah ke materi anda, berbahagialah, tulisan anda akan bertambah satu lagi yang membaca. Jangan menyerah.

Tetap semangat menulis.

Salam Kompasiana.

.

#ibaratnya foto, ini tulisan selfie.. mohon maaf sebelumnya, xixiii..

.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun