Pada tahun 2009, penjualan Ring Back Tone (RBT) lagu-lagunya menghasilkan pendapatan ratusan juta rupiah yang disumbangkan langsung ke kas klub. Â
"Waktu itu lumayan besar, alhamdulillah bisa membantu dana Arema," kenang Wahyu dengan penuh syukur. Â
Ini membuktikan bahwa karya-karyanya tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga nilai ekonomis yang signifikan bagi klub. Â
Namun, ironisnya, di balik kesuksesan dan kontribusi finansial yang besar tersebut, Wahyu mengaku belum pernah menerima royalti atau bentuk apresiasi formal lainnya dari manajemen Arema FC.
Â
Wahyu memahami profesionalisme manajemen dan keberadaan sponsor utama klub, namun ia berharap karya-karyanya yang telah berkontribusi besar bagi Arema FC mendapatkan perhatian dan penghargaan yang layak. Â
"Walaupun karya ini kecil, ini tetap sebuah karya yang harus dihargai dan diapresiasi," tegas Wahyu. Â
Ia sedikit kecewa melihat antusiasme Aremania milenial yang justru lebih memperhatikan dan mengapresiasi karya-karyanya dibandingkan dengan respon dari pihak klub itu sendiri.
"Anak-anak sekarang malah lebih memperhatikan dan mengapresiasi," tambahnya dengan nada getir.
sedikit
Kekecewaan ini bukan hanya soal materi, tetapi juga soal pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya selama bertahun-tahun.
Â
Lebih dari sekadar menciptakan lagu, Wahyu juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan Aremania. Â
Ia sering diundang untuk tampil di berbagai acara, mulai dari ulang tahun Aremania hingga hajatan-hajatan lainnya. Â
Ia juga tak segan tampil di tempat-tempat umum seperti mall dan stasiun, demi mendekatkan musiknya kepada para penggemar. Â
Baginya, ini adalah bentuk pengabdian dan kecintaannya kepada Arema FC. Â
Dedikasi dan pengorbanannya ini patut diacungi jempol.
Â
Mimpi Wahyu untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi bagi dunia musik Malang sangat besar. Â