Oleh : Lefina Manuri, S.M
Mahasiswa Progran Studi Magister Manajemen,
Universitas Pamulang
Disiplin kerja dalam manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu indikator utama kualitas dan produktivitas organisasi. Namun di Indonesia, implementasinya masih menghadapi tantangan besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan kerja, yang diukur dari kehadiran tepat waktu dan kepatuhan terhadap aturan kerja, hanya mencapai 61,4% di sektor formal, dan lebih rendah lagi di sektor informal. Salah satu penyebab utamanya adalah belum adanya pemahaman yang seragam mengenai definisi "disiplin kerja". Ada yang mengartikan disiplin sebatas kepatuhan terhadap jam kerja, sementara yang lain menekankan aspek moral, tanggung jawab, dan dedikasi. Perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, dan pengalaman kerja turut memperluas celah definisi ini, sehingga manajemen SDM di berbagai instansi mengalami kesulitan dalam menetapkan standar kedisiplinan yang adil dan efektif.
Pentingnya disiplin kerja tidak bisa dilepaskan dari loyalitas seorang karyawan terhadap organisasi. SDM yang disiplin cenderung memiliki loyalitas tinggi, yang tercermin dari kesadaran diri dalam bekerja, konsistensi dalam menyelesaikan tugas, serta komitmen terhadap nilai dan visi perusahaan. Loyalitas bukan hanya soal lamanya masa kerja, melainkan seberapa besar seseorang merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi. Dalam konteks MSDM, disiplin kerja yang dibarengi dengan loyalitas menciptakan ekosistem kerja yang stabil, efisien, dan minim konflik. Oleh karena itu, organisasi perlu mengembangkan pendekatan MSDM yang tidak hanya menekankan pada aturan, tetapi juga pada pembinaan karakter dan penguatan nilai-nilai etika kerja.
Lebih jauh lagi, kedisiplinan yang dibangun atas dasar loyalitas akan berdampak pada keberlanjutan organisasi. Karyawan yang disiplin dan loyal umumnya mampu menjadi motor penggerak dalam tim---mereka bukan hanya patuh terhadap instruksi, tetapi juga proaktif mencari solusi, menjaga reputasi perusahaan, dan menjadi contoh bagi rekan kerja lainnya. Ini menunjukkan bahwa disiplin bukan sekadar aturan yang ditegakkan dari atas, tapi juga nilai yang tumbuh dari dalam diri karyawan. Dengan membangun budaya kerja yang menekankan pentingnya kedisiplinan sebagai bentuk loyalitas, manajemen SDM di Indonesia akan lebih mampu menghadapi tantangan perubahan zaman, termasuk tantangan digitalisasi, fleksibilitas kerja, dan meningkatnya ekspektasi tenaga kerja muda.
Fenomena keberhasilan SDM yang menjunjung tinggi disiplin kerja kini semakin menjadi sorotan publik, terutama di era media sosial. Banyak contoh nyata individu yang meniti karier dari bawah dan berhasil meraih posisi strategis karena konsistensi dan kedisiplinannya. Sosok seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani sering dikaitkan dengan etos kerja tinggi dan kedisiplinan luar biasa, yang menjadi inspirasi bagi banyak profesional muda. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang memiliki sistem MSDM berbasis disiplin---seperti Gojek, Telkom Indonesia, hingga startup-startup digital yang berkembang pesat---menunjukkan bahwa kedisiplinan bukan hanya membuat organisasi berjalan lancar, tetapi juga menjadi nilai jual di mata publik. Hal ini membuktikan bahwa disiplin kerja, yang dulu dianggap sebagai kewajiban internal, kini menjadi identitas profesional yang dihargai di berbagai sektor.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI