Beban yang Ditanggung Bumi
Setiap foto yang kau simpan di cloud, setiap email yang kau biarkan di inbox, setiap video yang tersimpan di server---semua membutuhkan energi. Data tidak melayang di udara tanpa biaya. Ia hidup di dalam data center: gedung besar penuh dengan server yang menyala tanpa henti. Server itu butuh listrik, pendingin, perawatan. Dan listrik itu sebagian besar masih bersumber dari energi fosil yang menghasilkan karbon.
Menurut data berbagai lembaga energi, industri data center menyumbang emisi karbon yang hampir setara dengan industri penerbangan global. Bayangkan, hanya karena email spam yang tidak pernah kau buka, ada listrik yang terus menyala, ada karbon yang terus dilepas ke udara.
Ironis, bukan? Kita marah pada sampah plastik, kita kampanye soal kantong belanja ramah lingkungan, tapi kita jarang sadar bahwa setiap "like", setiap unggahan, setiap file tak terpakai juga punya jejak karbon.
Beban yang Ditanggung Diri Kita
Selain membebani bumi, sampah digital juga membebani diri kita. Coba rasakan: ponsel jadi lemot, laptop jadi berat, pikiran jadi sumpek karena notifikasi tak henti. Kita sering merasa "capek digital" tanpa tahu penyebabnya. Salah satunya adalah tumpukan yang kita biarkan.
Inbox penuh membuat kita malas membuka email. Galeri penuh membuat kita kewalahan mencari foto yang penting. File berantakan membuat kita kehilangan fokus. Semua ini menambah beban mental, meskipun tidak terlihat.
Sampah digital itu seperti kamar berantakan. Meski kau tutup pintu rapat-rapat, di dalamnya tetap kacau, dan hatimu tetap gelisah.
Selain membebani bumi, sampah digital juga membebani diri kita. Coba rasakan: ponsel jadi lemot, laptop jadi berat, pikiran jadi sumpek karena notifikasi tak henti. Kita sering merasa "capek digital" tanpa tahu penyebabnya. Salah satunya adalah tumpukan yang kita biarkan.
Inbox penuh membuat kita malas membuka email. Galeri penuh membuat kita kewalahan mencari foto yang penting. File berantakan membuat kita kehilangan fokus. Semua ini menambah beban mental, meskipun tidak terlihat.
Sampah digital itu seperti kamar berantakan. Meski kau tutup pintu rapat-rapat, di dalamnya tetap kacau, dan hatimu tetap gelisah.