Lagi-lagi saya menulis pengalaman spiritual, kali ini kisah perjalanan umroh yang coba saya ceritakan.
Ar Raudho' adalah nama sebuah tempat dimana paling banyak diburu oleh para jamaah haji dan umroh yang singgah ke Masjid Nabawi saat berada di kota Madinah Al Munawaroh. Bukan tanpa alasan, banyak keutamaan yang dijelaskan dalam nash-nash untuk tempat yang berada di antara mimbar dan rumah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Raudho' yang kini (2015) terletak masuk lebih dalam ke lingkungan masjid  menjadi satu dari beberapa tempat yang mustajab untuk ummat muslim memanjatkan doa-doa kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Yang menjadi keseruan saat hendak memasuki Raudho' ternyata bukan merupakan perihal yang mudah, apalagi jika suasana saat saya berjalan menuju Raudho' bertepatan  pada hari Jum'at. Biasanya jamaah akan lebih banyak ketika hari-hari besar.
Beberapa kali saya harus berdesakan dengan ratusan jamaah lainya agar dapat berada di barisan masuk ke dalam Raudho' agar bisa menuanaikan shalat dua rakaat di antara mimbar dan rumah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, serta mendapat kesempatan berdoa ditempat yang mustajab itu.
Kembali berdesakan, ditengah ratusan ribu jamaah ada yang yang tak lupa kami bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, berdzikir kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala, berdoa kebaikan, bertawadhu, menangis, atau berperasaan takjub atas kejadian kamis petang itu, termasuk saya di dalamnya.
 Sebelum memasuki halaman masjid Nabawi, tampak terlihat banyak anak-anak dan orang tuanya yang merupakan penduduk asli Madinah memperebutkan jamaah untuk menawarkan hidangan berbuka puasa yang telah mereka (penduduk Madinah) siapkan, gratis tanpa bayar. Mereka (penduduk Madinah) sangat meyakini bahwasanya hanya amal lah yang akan menyelamatkan mereka pada hari pembalasan nanti, wajar jika mereka saling berebut agar hidangan yang mereka sajikan dapat dimakan oleh jamaah yang datang. Tidak ada raut khawatir hartanya dimakan atau berkurang, justru sebaliknya, wajah mereka tampak sangat ceria ketika para jamaah menyerbu makanan mereka, apalagi jika yang mereka tawari adalah jamaah yang sedang berpuasa. MashaAllah...
Berbagai jenis makanan dan minuman pun  terhidang, ada Gahwa, Roti, Jabadi, dan Thamr adalah makanan-makanan khas yang hampir pasti tidak akan terlewat berada di dalam Masjid Nabawi. Sesaat muadzin mengumandakan seruan, para jamaah pun bergegas menyatap makanan yang ada, suasana makan bersama itu seakan antar jamaah sudah terjalin sebuah hubungan keluarga. Tak terasa ditengah kenikmatan, iqomat pun berkumdandang pas dan tepat setelah semua makanan dimakan habis, tanpa komando dan aba-aba segala perlengkapan dan sisa kegiatan makan rapih sekejap. Baik yang memberi makan dan yang diberi, semuanya bertanggung jawab atas kebersihan dan kenyaman rumah Allah. Allahuakbar...
Seusai shalat berjamaah, suasana masjid dipayungi lantunan doa nan meledak, sambil berkaca-kaca mata para jamaah pecah, semua memohon keridhoan Allah untuk mengampuni dosa-dosa, meminta kekuatan iman islam, segenap keinginan hati diutarakan semuanya ke "Raja Sang Pemilik Alam Raya", menangis tersedak-sedak, rasanya sangat amat tidak berdaya.
Mengisi waktu, saya hanya berdiam diri menunggu isya masuk dengan hanya sekedar salig menguatkan sesama lainnya. Di dekat Raudho' pun kita dapat kemudian berziarah ke kuburan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, dan Umar radhiallahu 'anhum.