Â
JANGAN MEMBENARKAN YANG BIASA, TETAPI MEMBIASAKAN YANG BENAR
Diskusi ringan yang sangat berarti bagiku, mungkin juga bagimu.
Kritisi Budaya pemborosan menjadi tantangan dalam Masyarakat Sumba Timur.
Ungkapan salah satu pemerhati situasi anak-anak Sumba adalah Tunggu Takandjanji salah seorang eks karyawan WVI saat ini.
Ia menegaskan bahwa saat itu kami tidak dalam maksud dan tujuan untuk menghilangkan budaya Sumba, sama sekali tidak! Tegasnya.
Ia memberi contoh kongkrit yang dilihat, ada mayat-mayat yang belum dikuburkan dan itu sudah bertahun-tahun. Apa sebabnya? Tentu karena tidak ada biaya. Jika tidak ada biaya mengapa disimpan di bale-bale (rumah adat Sumba/rumah panggung). Jelas tidak ada biaya.
Kami mengkritisi budaya pemborosan. Mari kita berpikir dengan hati, untuk masa depan anak-anak kita. Siapa lagi yang harus berpikir dan berbuat jika bukan kita orang (suku) Sumba. Mari kita berani keluar dari kemelut yang ada, yang seakan itu baik-baik saja pada hal itu bagai jerat yang dipasang pada leher kita. Demi generasi kita ke depannya, mari kita berani melakukan sesuatu yang benar.
Inilah kata jitu bagai slogannya
"Mari kita membiasakan yang benar dan jangan membenarkan yang biasa" Tegas Tunggu Takandjanji dalam diskusi ringan itu. Kamis (18/08/2022)