Mohon tunggu...
Laurensia Aptik
Laurensia Aptik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Belajar bersama membangun keluarga yang sehat jiwa raga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Self-Talk: Strategi Pengelolaan Diri yang Tidak Disadari

28 Oktober 2023   20:06 Diperbarui: 28 Oktober 2023   20:17 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Aku pasti bisa!"
"Aku sudah melakukan yang terbaik."
Pernahkah Anda mengucapkan kalimat-kalimat semacam ini kepada diri sendiri? Percakapan atau kalimat semacam ini terkadang diucapkan dalam hati untuk memberikan motivasi atau mengelola berbagai perasaan yang menjadi pergulatan ketika menghadapi tugas yang berada di atas kemampuan saat ini. Percakapan ini merupakan bentuk dari self-talk atau berbicara pada diri sendiri.

Self-talk atau inner speech merupakan salah satu kemampuan berbahasa untuk berbicara pada diri sendiri, baik dalam bentuk percakapan maupun kalimat. Kemampuan berbicara pada diri sendiri berkembang sejak seseorang mulai menguasai bahasa, umumnya di usia 3-4 tahun. Di masa kanak-kanak, self-talk berupa percakapan pribadi yang dapat didengar, dengan seiring berjalannya waktu, percakapan bersifat internal (tidak bersuara). Seseorang menggunakan self-talk secara internal sejak usia 6-7 tahun, terutama ketika menghadapi kegiatan atau tugas yang menuntut kemampuan kognitif. Sebagai contoh, seorang anak sedang belajar di sekolah dituntut untuk duduk dalam waktu yang lama dan mengikuti pembelajaran dari guru, situasi ini menuntut anak untuk dapat mengelola perilakunya sesuai dengan peraturan kelas dan kegiatan yang sedang diikuti. Apabila anak tidak dapat mengelola perilaku, maka perilaku yang tidak diharapkan muncul selama pelajaran akan dilakukan oleh anak.

Pada usia sekolah dasar, anak-anak biasanya bermain-main dengan pikirannya (berimajinasi) dengan mengarang cerita di pikiran atau membayangkan kembali hal-hal yang baru saja dialami atau dilihat. Apabila orang tua mengamati hal ini terjadi pada anak, inner speech (self-talk yang bersifat internal, sementara self-talk adalah konsep secara umum untuk menyebut berbicara pada diri sendiri) telah berkembang sepenuhnya pada diri anak dan dapat memanfaatkannya dalam berbagai situasi. Misalnya, anak terlihat diam dan tidak melakukan apa pun, namun pandangan matanya terlihat tertuju pada satu titik atau terlihat aktif berpikir atau tiba-tiba tertawa dan menceritakan sesuatu, ini menunjukkan anak sedang aktif menggunakan inner speech. Hal ini wajar terjadi pada anak-anak sebagai wujud sedang berkembangnya inner speech.    

Tanpa disadari, self-talk atau inner speech memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menghadapi situasi-situasi yang menantang dan memerlukan kemampuan berpikir, self-talk atau inner speech sering digunakan untuk mengelola perilaku, membuat perencanaan, menunda bereaksi terhadap masalah, dan juga mengatur fleksibilitas kemampuan berpikir. Di bidang pendidikan, self-talk atau inner speech diketahui berdampak pada pencapaian akademik atau keterampilan belajar tertentu ketika anak diberikan tugas yang tingkat kesulitannya satu tingkat di atas kemampuannya. Orang tua maupun guru dapat merancang kegiatan yang tingkat kesulitannya sedikit lebih kompleks daripada kemampuan yang dikuasai anak saat ini, sebagai contoh pada kegiatan mengarang, anak diminta merencanakan karangan dengan menggambar garis yang menjadi penanda dari setiap kata yang akan disusun oleh anak kemudian menuliskan setiap kata pada garis-garis yang tersedia. Setelah selesai mengarang, anak dapat memeriksakan hasil karangannya kepada teman sebaya untuk memonitor karangan yang sudah ditulis. Kegiatan semacam ini dikatakan sebagai scaffolded writing karena terdapat proses regulasi diri ketika menulis dan orang tua maupun guru dapat memberikan dukungan ketika anak mengalami kesulitan.
Kegiatan yang mengintegrasikan self-talk atau inner speech dapat membantu mematangkan keterampilan memanfaatkan self-talk atau inner speech pada anak. Keterampilan pengelolaan perilaku dan perasaan menjadi keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh anak maupun orang dewasa saat ini melihat kasus-kasus permasalahan kesehatan mental yang semakin banyak terjadi. Pemanfaatan self-talk atau inner speech yang positif, seperti "aku bisa menyelesaikan tugas ini", "coba dibuat daftar tugas yang harus dikerjakan minggu ini", dapat membantu menguraikan tugas dan memikirkan perencanaan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi. Self-talk atau inner speech menjadi salah satu keterampilan yang perlu diolah sejak dini, terutama memanfaatkan positive self-talk atau inner speech atau mengolah ketika negatvie self-talk atau inner speech muncul, sehingga dapat menjadi strategi pengelolaan diri dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin kompleks.

Sumber bacaan:
Bodrova, E. & Leong, D. J. (2012). Tools of the mind: Vygotskian approach to early childhood education. Columbus, OH: Merrill/Prentice Hall.
Vissers, C. T. W. M., Tomas, E., & Law, J. (2020). The emergence of inner speech and its measurement in atypically developing children. Frontiers Psychology, 11. Doi 10.3389/fpsyg.2020.00279.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun