Tak punya pilihan lain, akhirnya Nina harus mengikuti pelatihan tersebut selama beberapa waktu walaupun sebelumnya ia sempat berusaha untuk kabur. Gagalnya keinginan Nina tak lain dipengaruhi oleh Pak Sakiran, seorang veteran pelaku sejarah di tempat pelatihan paskibraka.
Penggunaan dialek "Suroboyoan" yang medok ringan bercampur Indonesia pun terlihat ramah dan menyatu. Begitu pula dengan kisah Nina dan Vivi pun mengalir lancar di setiap scene-nya untuk ditonton audiens hingga film selesai. Dan dengan film ini, pesan moralnya tentu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme para remaja untuk pantang menyerah dalam meraih impian dan cita-citanya dalam setiap kehidupan.
Jiwa Nasionalisme dalam Setiap Pemain
Nilai nasionalisme yang tergambarkan dalam film Siap Gan memang tidak secara eksplisit terlihat. Namun, saya bisa menemukannya berdasarkan dialog dan karakter dari setiap tokoh.
Pertama, mari kita lihat dari beberapa cuplikan dialog Pak Sakiran sebagai seorang pelaku sejarah Veteran di tempat pelatihan paskibraka.
"Waktu dulu, Pakde paling bangga kalau pakai atribut Merah Putih"
Kalimat di atas terlontar ketika Pak Sakiran bertanya kepada Vivi terkait motif tas yang ia punya. Pak Sakiran menyayangkan ketika Vivi lebih memilih motif dengan bendera Inggris daripada bendera Indonesia (Merah Putih).
Melalui penggalan kalimat tersebut menunjukkan bahwa jiwa nasionalisme Pak Sakiran sangat tinggi dan ia bangga menjadi bagian dari warga negara Indonesia. Hal ini juga didukung karena dulu ketika masih muda ia pernah menjadi anggota tentara pelajar.
"Pakde masih banyak pekerjaan, ingin menjahit bendera"