Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) tahun 2025 yang ditempatkan di Desa Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian bertema "Pengendalian Hama Tikus dan Tungau Padi secara Terpadu dan Ramah Lingkungan". Kegiatan ini menjadi bentuk kolaborasi antara mahasiswa KKN dan Dosen Pembimbing Lapang dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
 Â
Acara edukatif ini menghadirkan para petani setempat serta dua narasumber ahli, yakni Dr. Juniawan, S.P., M.P. (Widyaiswara Kementerian Pertanian) dan Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S. (Guru Besar Entomologi, Fakultas Pertanian UB), dengan dipandu oleh Bapak Ito Fernando, S.P., M.P., M.Sc. selaku moderator yang memfasilitasi jalannya diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petani terhadap metode pengendalian hama secara berkelanjutan, khususnya hama tikus dan tungau padi yang selama ini menjadi masalah serius dalam produksi pertanian.Â
Dr. Juniawan, S.P., M.P. membuka sesi penyuluhan dengan mengajak masyarakat untuk aktif menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Ia juga memperkenalkan inovasi RUBUHA (Rumah Burung Hantu) sebagai solusi ekologis dalam menekan populasi tikus sawah. "Burung hantu adalah musuh alami tikus yang sangat efektif. Dengan membangun RUBUHA di sekitar sawah, kita bisa menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus melindungi hasil panen," jelas Dr. Juniawan, S.P., M.P.
Melanjutkan sesi tersebut, Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S. menyampaikan materi mengenai ancaman tungau padi yang sering kali tidak disadari petani. Ia mengulas dua jenis utama yang perlu diwaspadai, yaitu Steneotarsonemus spinki (Rice Panicle Mite) dan Oligonychus oryzae (Rice Leaf Mite). Menurutnya, meskipun ukurannya sangat kecil, tungau-tungau ini dapat menyebabkan malai padi kosong, kualitas gabah menurun, serta menularkan penyakit tanaman.
Prof Retno juga menjelaskan berbagai metode pengendalian tungau secara terpadu, seperti pemantauan lapangan secara rutin, pengendalian gulma, rotasi tanaman, serta pemupukan yang seimbang. Ia menekankan bahwa penggunaan akarisida kimia harus menjadi pilihan terakhir, dan menyarankan akarisida sistemik yang lebih efektif karena tungau sering bersembunyi di jaringan
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta yang juga seorang petani bertanya, "Terkait tungau pada tanaman budidaya, selain akarisida, adakah solusi lain untuk mengendalikannya?" Â tanaman. Â
Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S. pun menjelaskan bahwa pendekatan ekologi sangat dianjurkan, salah satunya melalui konservasi musuh alami.
"Menanam bunga di sekitar sawah bukan hanya memperindah lahan, tapi juga penting sebagai refugia, tempat singgah serangga predator seperti laba-laba, tungau pemangsa, dan serangga karnivora lain yang akan memangsa tungau-tungau pengganggu. Ini adalah cara efektif dan ramah lingkungan," terangnya.Â