Mohon tunggu...
Latifa Hanum
Latifa Hanum Mohon Tunggu... Freelancer - just me

Ada suara yang suka bercerita, di dalam kepalaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramalan Kematian

16 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 16 Juni 2019   06:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa sudah subuh, Bu?" tanyaku.

"Bukan. Itu ada rame-rame apa di luar?"

Kutajamkan telinga. Benar, ada keriuhan di luar. Dengan mata masih setengah terpejam, aku bergegas keluar dari selimut, mencari-cari jaket, sarung dan payung. Istriku membuntutiku keluar. Di depan rumah, kutanya Pak Bagas yang tengah tergopoh menuju suatu tempat.

"Ada apa, Pak?"

"Loh, Pak Bekti enggak ikut ronda? Itu, pos ronda ditabrak truk, Pak."

"Astaghfirullah...,"

Aku segera membuntuti Pak Bagas. Mendesak, menyempil di antara payung-payung warga yang berkerumun, mencari celah mendekati pos ronda. Sebagian korban sudah dievakuasi dengan mobil Pak RT. Yang kulihat hanya Asto yang kakinya patah tertekuk ke arah yang salah, mengerang saat diangkat ke atas pick up.

Truk yang menabrak masih di tempatnya. Mukanya penyok setelah menabrak pohon asam di samping pos ronda. Katanya, si sopir diduga sudah tewas minum oplosan sebelum menabrak pos ronda.

Tak lama polisi dari polsek datang lalu membuat batas dari pita kuning. Semua warga masih bergerombol, mendengung, mengobrol.

"Budi bablas." Kata seseorang di tengah kerumunan.

"Katanya Budi sudah diramal Mbah Pono bakal sial hari ini." Seseorang lagi bicara, entah siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun