Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukalah Hatimu

31 Juli 2017   08:19 Diperbarui: 1 Agustus 2017   02:19 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mereka melangkah meninggalkan bandara dalam diam. Diselimuti rasa ragu, Tuan Calvin menyelipkan jemarinya di dalam rengkuhan jemari Nyonya Calisa. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Aliran hangat menyusup ke hati Nyonya Calisa. Desiran aneh nan misterius menjalari jiwa dan perasaannya.

Pintu mobil dibukakan dengan gallant. Nyonya Calisa duduk di samping Tuan Calvin. Entah mengapa, ia melewatkan beberapa detik untuk menatap mata pria itu. Tuan Calvin balas menatapnya, tatapan lembut dan meneduhkan.

"Mau langsung pulang? Atau kamu ingin makan di luar dulu?" tawar Tuan Calvin di tengah perjalanan.

"Terserah kamu saja." jawab Nyonya Calisa, tatapannya terarah lurus ke ruas Jalan raya yang mereka lewati. Sekarang mereka sampai di Jalan Pajajaran. Tuan Calvin mengecek GPS.

"Kita ke Suis Butcher ya?"

Nyonya Calisa mengangguk. Tuan Calvin melajukan mobilnya ke Jalan Riau.

Di Suis Butcher, mereka menikmati steak. Lagi-lagi dalam diam. Wajah Nyonya Calisa terlihat sendu. Tertangkap jelas kesedihan di sana. Tuan Calvin dapat melihat itu semua. Ia memegang lembut tangan Nyonya Calisa, lalu bertanya.

"Kamu kenapa, Calisa? Ada yang membuatmu sedih? Ada yang mengganggumu selama mengajar di Ternate kemarin?"

Sesaat Nyonya Calisa tak menjawab. Kesulitan menemukan kata untuk menceritakan beban yang terpendam dalam dada. Tuan Calvin menunggu dengan sabar.

"Di sana, aku bertemu seorang mantan murid. Umur delapan belas tahun, dia sudah menikah. Dia menikah dengan pemuda pilihan orang tuanya. Gadis itu sama sekali tidak mencintai suaminya. Sebaliknya, dia justru masih mengingat cinta pertamanya. Cinta pertamanya seorang Frater, calon Pastor. Si Frater itu akan ditahbiskan sebulan lagi. Diskusi dengannya terasa menyedihkan. Aku mengalami kasus yang hampir sama. Ternyata aku belum kuat, Calvin."

Getar kesedihan terdengar dalam suara Nyonya Calisa. Cairan bening siap terjun bebas dari pelupuk mata. Melihat itu, Tuan Calvin ikut merasakan kesedihan. Kesedihan Nyonya Calisa adalah kesedihannya juga. Dalam gerakan slow motion, dipeluknya Nyonya Calisa. Dibawanya wanita cantik itu dalam rengkuhan hangatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun