Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mengapa Harus Ma'ruf Amin, Bukan Basuki Tjahaja Purnama?

10 Agustus 2018   07:59 Diperbarui: 10 Agustus 2018   15:32 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Wow wow wow. Pasti para haters yang hobinya memainkan isu SARA lagi excited nih ya. Merasa menang, kan? Karena tokoh agama yang digandeng sebagai Cawapres. Ok, silakan merayakannya.

Yang jelas, Young Lady cantik kesal, kesal, kesal. To the point aja ya, Ladies and Gentlemen. Young Lady mau melempar pertanyaan. Cukup satu pertanyaan saja.

"Why should Ma'ruf Amin?"

Eits, kurang satu lagi. Nambah satu pertanyaan lagi.

"Mengapa bukan Basuki Tjahaja Purnama?"

Nah, itu itu ituuuuu pertanyaannya, Dear.

Pak ganteng ayahnya Mas Gibran, Mbak Kahiyang, dan Mas Kaesang ini seperti menggandeng musuh. Musuh? Iya dong jelas. Kan beliau ini yang mengeluarkan fatwa penistaan agama untuk pak ganteng plus charming di Mako Brimob sana.

Sementara itu, kita semua tahu, kalau ayahnya Mas Gibran ini sahabatan sama ayahnya Nicolas Sean. Iya kan iya kan iya kaaaaaan?

Terlebih, ada sedikit drama komedi saat deklarasi Gibran's father itu. Iyalah, drama komedi. Pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa. Ada pemandangan tidak indah sebelum deklarasi. Ceritanya ada orang ganteng limited pakai kemeja putih yang baru dijahit. Ia menunggu di resto dekat pelataran. Hmmm ternyata di-PHP sama boneka-boneka partai. Kasihan ya. Bikin baper nggak sih?

Tapi yang lebih baper ya itu. Kenapa Daddynya Mbak Kahiyang malah menggandeng orang yang menjebloskan sahabat kentalnya ke penjara? Dan, kenapa, mertuanya Mbak Selvi Ananda tidak mengajak sahabat sejatinya saja buat jadi Cawapres?

Kalau dalam kisah-kisah romance, Pak Basuki Tjahaja Purnama ini tokoh protagonis yang bawaannya tersakiti mulu. Kayak lagunya Dea Mirella, tak seharusnya aku yang terluka. Karena diriku yang pertama mencintaimu. Tak seharusnya dia yang kauterima jadi milikmu, jadi yang kaumau. 

Kalau dilihat dari urutan kronologis, Pak Basuki Tjahaja Purnamalah yang pertama mencintai Pak Jokowi. Tapi....tapi...tapiiiii, oh Dear, mengapa Pak Ma'ruf Amin yang dipilih Pak Jokowi? Di sisi lain, kan ada Pak Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dulu mencintai. Anyway, pilihan Pak Jokowi pada Ma'ruf Amin secara psikologis telah melukai banyak orang.

Rasanya Young Lady cantik mau nyanyi lagunya BCL: kuingin marah, melampiaskan, tapi ku hanyalah sendiri di sini. Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa.

Iya, kecewa, kecewa, kecewaaaaaaaa. Ehm, atau Young Lady cantik kirim surat cinta lagi aja ya, ke pujaan hati Young Lady? Kayak awal tahun kemarin. Biarpun nggak dibalas, nggak apa-apa dong. Yang penting tersampaikan.

Tentu saja Young Lady kecewa mengapa bukan negarawan sejati seperti Pak Basuki Tjahaja Purnama yang terpilih? Padahal kalau dilihat dari sekian banyak nama, beliaulah yang paling pantas menduduki jabatan Wakil Presiden, berpasangan dengan Pak Jokowi. Mereka duet kece paling memesona di Indonesia.

Dibandingkan Ma'ruf Amin, Pak Basuki Tjahaja Purnama jauh, jauh, jauh lebih pantas mendampingi Papinya Mas Kaesang. Sudah terbukti dan teruji track recordnya selama ini. Ayolah jangan tutup mata. Tidak usah jauh-jauh. Ibu kota jauh lebih oke saat dipimpin pak Ganteng satu itu dari pada pemimpin yang sekarang. Itu bukti nyatanya.

Satu benang konklusi dapat ditarik: isu agama mudah sekali dimainkan di negara kita. Tangan-tangan partai terlalu besar untuk mengendalikan orang-orang baik. 

Menggandeng Ma'ruf Amin sebagai Cawapres sama saja berjudi dalam politik dan menguntungkan sebagian golongan saja. Memilih tokoh agama tertentu untuk duduk dalam pemerintahan sebenarnya kurang bijak menurut Young Lady. Bisa menciptakan perpecahan dan ujungnya tidak netral. Padahal netralitas sangat diperlukan dalam negara, apa lagi negara multikultural seperti Indonesia.

Enough. Young Lady tak mau lagi bicara panjang soal politik dan bernegara. Satu hal yang pasti: pak Basuki Tjahaja Purnama tetaplah pujaan hati Young Lady cantik selain "Calvin Wan". I love you, Mr. Basuki Tjahaja Purnama. Je t'aime, Monsieur Basuki Tjahaja Purnama. Ik hou van jou, Meneer Basuki Tjahaja Purnama. Tapi cintaku padamu tak sebesar cintaku pada "Calvin Wan".

**    

Paris van Java, 10 August 2018

Tulisan cantik, dari Young Lady cantik bermata biru dan bergaun putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun