Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernikahan, Bisa Membuat Seseorang Menjadi Egois?

11 Juli 2018   06:02 Diperbarui: 11 Juli 2018   06:51 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam waktu dekat, Janette akan menikah. Segala persiapan telah dilakukan. Kini Janette sedang menunggu kedatangan Surya, calon suaminya, dari Aussie. Janette sangat mencintai Surya. Bertahun-tahun menjalin hubungan dengan putra konglomerat itu, ia mantap menerima lamaran Surya.

Begitu cintanya Janette pada Surya. Sampai-sampai pada hari kepulangan Surya dari Aussie, Janette lupa kalau Hellena, adiknya, sedang membutuhkan perhatiannya setelah mengalami kecelakaan. Janette lebih memilih menjemput Surya di airport dibandingkan menjaga Hellena di rumah sakit.

Kontras dengan Janette, Calvin, blogger dan pengusaha sukses super tampan itu, memutuskan tidak menikah. Calvin mementingkan Rosa, kakaknya yang mengidap kanker. Rosa sangat membutuhkan perhatian dan dukungannya, baik moral maupun finansial. Calvin menyadari prioritas. Demi Rosa, ia takkan menikah.

Pilihan telah dijatuhkan. Calvin memutuskan mendampingi dan merawat Rosa. Padahal kakaknya itu sama sekali tidak cantik. Rosa juga wanita yang kasar, jahat, keras hati, dan materialistis. Meski begitu, Calvin tetap konsisten dan tulus dengan keputusannya.

Nah, lihat itu Kompasianers. Bandingkan dua ilustrasi di atas. Young Lady cantik juga sedang membandingkannya.

Tak selamanya pernikahan berdampak positif. Ada pula pernikahan yang melahirkan sisi negatif.

Kata orang, khususnya makhluk zalim bernama laki-laki, menikah itu enak. No way buat Young Lady cantik. Enak di pria, belum tentu enak di wanita. Enak untuk sebagian orang, belum tentu enak bagi sebagian lainnya.

Mungkin banyak pria menganggap pernikahan itu membawa kenikmatan dilihat dari segi seksnya. Bukankah begitu adanya kezaliman pria? Hanya memanfaatkan wanita sebagai boneka seksnya, pelayannya, atau yang melahirkan keturunannya? Setelah itu, ya sudah. Belum tentu pria akan tetap setia seperti lagunya Calvin Jeremy. Peluang mereka untuk beristri dua terbuka lebar. Itu kan yang dimaksud menikah itu enak?

Tidakkah menikah sama dengan memalingkan hati seseorang? Pernikahan membuat individu tidak bebas. Indikasinya cenderung ke arah egoistis. Prioritas menjadi bergeser. Bisa saja lupa keluarga. Berganti jadi ingat terus dengan pasangan hidup.

Pernikahan membuat seseorang menjadi egois. Pasangan yang menikah karena terlanjur nyaman dan cinta, dibutakan cinta, kelak menjadi sangat egois. Mereka tak hanya dibutakan cinta, tetapi juga dibutakan ego.

Bergesernya prioritas membuat mereka yang telah menikah sering melupakan keluarganya. Kepentingan pasangan di atas segalanya. Terlebih bila sudah memiliki anak. Lebih egois dan lupa keluarga lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun