Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Eid Mubarak Tahun Lalu, Diusir dari Rumah Retret

14 Juni 2018   03:53 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:26 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kenapa sih banyak orang suka Eid Mubarak? Apa menariknya hari raya Eid Mubarak? Hanya hari kemenangan setelah sebulan penuh beribadah puasa. Belum tentu juga bulan puasa ibadahnya maksimal. Bisa saja lebih banyak maksiat dan dosanya dari pada ibadahnya.

Young Lady benci Eid Mubarak. Bahkan Young Lady takut dengan hari raya satu itu. Hari raya dimana seluruh keluarga berkumpul dan seakan menyatu. Namun, nyatanya hanya raga mereka yang menyatu. Jiwa mereka melayang di tempat lain, terkunci di smartphone yang mereka pegang.

Masih segar dalam ingatan Young Lady momen Eid Mubarak tahun lalu. Keluarga besar berkumpul di rumah Young Lady. Paginya sih normal-normal aja. Shalat Ied, salaman, maaf-maafan, trus wefi cantik di teras. Masing-masing foto sekeluarga-sekeluarga, lalu foto bersama semuanya. Sempat juga ada gelaran open house. Kecil-kecilan saja, hanya antar kenalan my mom and my dad di sekitar rumah. 

Setelah bermaafan dan makan bersama, tibalah saat yang paling mengecewakan: tiap orang di rumah itu, sibuk dengan gawainya masing-masing. Mereka sibuk chatting, video call dengan orang terdekat mereka yang jauh sana, dan mengobrol mesra dengan yang jauh. Gadget membuat yang jauh jadi dekat, yang dekat jadi jauh. Hanya Young Lady cantik satu-satunya yang tidak memegang gadget.

Lama Young Lady hanya duduk diam di sofa. Young Lady duduk dengan cantik sambil memperhatikan aktivitas para penghuni rumah. Kegiatan mereka saat Eid Mubarak bukannya bercengkerama dengan anggota keluarga yang dekat dalam jangkauan mereka, malah sibuk menjalin komunikasi mesra dengan yang jauh di sana lewat jagat maya. Itulah yang sangat membuat Young Lady kecewa. Telah bergeserkah esensi kehangatan keluarga di hari raya?

Satu prinsip Young Lady: bila berada bersama orang-orang yang dicintai, no gadget. Gadget selalu dalam keadaan nonaktif tiap kali Young Lady bersama orang-orang tercinta.

Bermain gadget ketika ada kumpul keluarga atau sedang bersama orang yang dicintai sama sekali tak menghargai kehadiran mereka. Selain itu, fokus perhatian akan terbagi. Begitu menurut Young Lady.

So, Young Lady punya alasan kuat untuk kabur dari keluarga besar. Dari pada hanya diabaikan, lebih baik mencari suasana baru di hari pertama Eid Mubarak. Actually, Young Lady juga punya agenda sendiri di hari pertama Eid Mubarak. Ada seseorang yang ingin ditemui. Seseorang yang ingin Young Lady temui sehari sebelum memulai kegiatan retretnya.

Tepat pukul 14.00, Young Lady kabur dari keluarga besar. Young Lady datangi rumah retret yang berjarak lumayan jauh itu. Mana lokasinya tidak di pinggir jalan raya lagi. Harus berjalan cukup jauh untuk mencapainya.

Turun dari mobil, Young Lady telah merasakan keganjilan. Seperti ada yang mengawasi. Ada apa ini? Firasat mulai tak enak, tapi Young Lady meneruskan langkah. Berusaha tenang seakan tak merasakan apa-apa.

Lama, Young Lady menunggu di depan rumah retret itu dengan sabar. Ternyata sosok yang dicari sedang beraktivitas di luar dengan teman-teman dan pembimbingnya. Ok fine, tak apa-apa. Lebih baik di sini dari pada hanya di rumah dan melihat sikap apatis bertaburan dari segala arah.

Kata Letto, cinta bersabarlah. Young Lady tidak keberatan harus bersabar. Yang penting bisa bertemu hari ini, sebelum keesokan hari dan seterusnya tak bisa ditemui karena harus retret. Toh memang ada tujuan khusus untuk bertemu dengannya. Young Lady ingin mendapat jawaban, itu saja.

Finally, datang juga. Dia bersama teman-teman dan pembimbingnya. Nah, ini yang ditunggu. Lagi, keanehan terjadi. Sang pembimbing tetiba lebih dulu menghampiri Young Lady sambil mengulurkan tangan. Ia ucapkan selamat Eid Mubarak. What? Dari mana ia tahu siapa dan apa keyakinan Young Lady? No way, ini pasti ada yang tidak beres.

Senyumnya seperti penuh kemenangan. Makin tak enak hati kecil ini. Setelah mengobrol sebentar dengan si pembimbing, Young Lady dibolehkan menemui dia. Kami bahkan bicara berdua di ruang tamu.

Detailnya masih tergambar jelas di ingatan. Young Lady dan laki-laki muda itu duduk berhadapan di kursi rotan. Ada bantal kursinya juga. Kami bicara. Ganjil, sikapnya tak seperti biasa. Tidak lagi hangat, tidak lembut. Lelaki itu bahkan sangat dingin. Ini bukan yang dikenal Young Lady.

Young Lady tatap wajahnya. Menunggu ia memberi jawaban. Dan...jawabannya sungguh menyakitkan. Bukan tak terduga, tapi melukai. Haruskah jawabannya seangkuh, sedingin, dan sekasar itu? Hati Young Lady terluka. Berbulan-bulan ia memikirkannya, namun ternyata ia menjawab dengan begitu kasar. Bukan jawabannya, tetapi caranya yang melukai hati ini.

Menit berikutnya, ia melakukan sesuatu yang mengejutkan. Kompasianers mau tahu apa yang dilakukannya? Ya, laki-laki itu mengusir Young Lady dengan kasar. Belum pernah, sekalipun belum pernah, Young Lady diusir seseorang dari suatu tempat. Paling parah ditolak pimpinan sebuah universitas negeri dari ruang kerjanya yang mewah tahun 2015 lalu. Tapi, kali ini Young Lady diusir seorang laki-laki. Laki-laki yang katanya mendalami kerohanian dengan serius, calon pemuka agama, calon pemimpin umat, tetapi berani sekali mengusir seorang wanita.

Tak hanya mengusir, ia juga mengambil tas Young Lady tanpa izin dan mengangkatnya keluar rumah retret. Begitukah cerminan seorang calon pemuka agama yang baik?

Young Lady cantik hanya bisa terdiam dan menggigit bibir. Tak kuasa berkata apa pun. Hati terasa sangat pedih. Ingin menangis, tapi tak mungkin. Young Lady terlalu angkuh untuk menjatuhkan air mata di depan seorang lelaki yang hanya bisa berbuat kasar pada perempuan.

Alhasil Young Lady meninggalkan rumah retret dengan galau. Hati ini amat sakit. Apa salah Young Lady? Memangnya Young Lady serendah itu sampai-sampai layak diperlakukan begitu kasar? Hati dan sikap sudah begitu lembut selama ini, lalu balasannya adalah kekasaran? Young Lady setengah menyesal bersikap baik, hangat, dan lembut pada semua orang. Honestly, Young Lady tidak suka diperlakukan kasar. Young Lady lebih suka diperlakukan dengan lembut. Sekali diperlakukan kasar, langsung terasa ada yang sakit di sini dan susah sekali sembuhnya. Sulit sekali melupakan perbuatan kasar yang pernah dilakukan orang-orang yang pernah melakukannya.

Berjam-jam Young Lady tidak pulang ke rumah. Toh tidak ada yang peduli, tidak ada yang mau peduli. Saat malam tiba, Young Lady masih ada di jalan. Dingin, dingin sekali. Young Lady ingat persis suasana malam itu. Dinginnya malam tak sedingin luka hati Young Lady. Sakit sekali rasanya dimata-matai, diawasi, diperlakukan kasar, dan diusir.

Itulah alasan Young Lady tidak suka hari raya Eid Mubarak. Young Lady terlanjur trauma. Sungguh, di hati ini ada rasa takut. Takut bila pengalaman yang sama terjadi lagi di lokasi dan pelaku yang berbeda. Kasus yang sama terus terulang lagi, dikhawatirkan dengan akhir yang sama. Young Lady benci Eid Mubarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun