Plak!
Seseorang memukul punggungnya keras-keras. Tepat ketika ia setengah jalan dalam posisi ruku'. Sakit, sakit sekali.
"Beraninya kamu shalat! Apa yang kaulakukan?! Mau meninggalkan ajaran agama kita?!"
Sebuah suara bariton menghentak kekhusyukannya. Disusul rasa sakit luar biasa di punggungnya. Ia sangat mengenali pemilik suara dan tangan itu.
"Hentikan! Hentikan, Calvin Wan! Mamamu baru saja meninggal! Sekarang, kamu mau menghancurkan hati Papa lagi?!"
** Â Â Â
"Camera rolling...action."
Sesaat Calvin tersentak. Saatnya menjalankan pekerjaan itu. Menjadi model video clip, profesi yang sudah lama tak dilakoninya.
Calvin berpose. Demi mengoptimalkan aktingnya, ia mengingat kenangan-kenangan menyedihkan. Salah satunya kenangan bertahun-tahun lalu. Kenangan tersedih kedua dalam hidupnya. Yang pertama adalah kenangan meninggalnya Mama-Papanya.
Tak seperti kebanyakan model dan artis peran lainnya yang membutuhkan obat tetes mata, Calvin mampu berakting menangis dengan sangat natural. Sepasang mata sipitnya meenghamburkan dua titik bening. Aura kesedihan terpancar kuat darinya. Tanpa kesan dibuat-buat. Air mata, getaran badan, dan ekspresi kesedihannya sangat meyakinkan. Akting memukau seorang model sekaligus pengusaha dan blogger super tampan.
"Cut! Nice shot, Calvin." puji seseorang.