Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Masjid Ramli Musofa, Kusandarkan Cintaku

20 Mei 2018   17:34 Diperbarui: 21 Mei 2018   12:18 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Plak!

Seseorang memukul punggungnya keras-keras. Tepat ketika ia setengah jalan dalam posisi ruku'. Sakit, sakit sekali.

"Beraninya kamu shalat! Apa yang kaulakukan?! Mau meninggalkan ajaran agama kita?!"

Sebuah suara bariton menghentak kekhusyukannya. Disusul rasa sakit luar biasa di punggungnya. Ia sangat mengenali pemilik suara dan tangan itu.

"Hentikan! Hentikan, Calvin Wan! Mamamu baru saja meninggal! Sekarang, kamu mau menghancurkan hati Papa lagi?!"

**      

"Camera rolling...action."

Sesaat Calvin tersentak. Saatnya menjalankan pekerjaan itu. Menjadi model video clip, profesi yang sudah lama tak dilakoninya.

Calvin berpose. Demi mengoptimalkan aktingnya, ia mengingat kenangan-kenangan menyedihkan. Salah satunya kenangan bertahun-tahun lalu. Kenangan tersedih kedua dalam hidupnya. Yang pertama adalah kenangan meninggalnya Mama-Papanya.

Tak seperti kebanyakan model dan artis peran lainnya yang membutuhkan obat tetes mata, Calvin mampu berakting menangis dengan sangat natural. Sepasang mata sipitnya meenghamburkan dua titik bening. Aura kesedihan terpancar kuat darinya. Tanpa kesan dibuat-buat. Air mata, getaran badan, dan ekspresi kesedihannya sangat meyakinkan. Akting memukau seorang model sekaligus pengusaha dan blogger super tampan.

"Cut! Nice shot, Calvin." puji seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun