Maaf ya, aku sering menjadikanmu tokoh antagonis di cerita-cerita cantikku. Kau biasanya jadi rival bisnisnya "Calvin Wan". Kalau tidak, jadi penghalangnya Calvin dalam mendapatkan cinta. Bukan maksudku melekatkan image buruk padamu, Mas Cinta. Ini hanya permainan pikiran saja. Aku merasa, kau dan Calvin cocok jadi rival dalam cerita-ceritaku.
Kamu orang baik, Mas Cinta. Baik sekali. Mungkin benar. Orang baik lebih cepat dipanggil Tuhan, sebab ia sudah selesai menempuh ujian di dunia. Tuhan sangat mencintaimu, Mas Cinta. So, Ia memanggilmu lebih cepat.
Aku tak menyangka harus kehilanganmu dengan cara seperti ini. Di sini, aku hanya bisa berdoa. Semoga kamu mendapat tempat terbaik di sisiNya. Semoga kamu bahagia di alam sana. Jangan lupakan kami ya, Mas Cinta. Selamat jalan Mas Cinta, doa kami menyertaimu.
Ronald Wan, atau haruskah kau kupanggil "Calvin Wan",
Aku kehilangan orang baik, Ronald. Orang yang baik dan menawarkan persahabatan, kasih, serta persaudaraan. Umur manusia siapa yang tahu. Tapi kehilangan itu sakit, Ronald. Sepanjang siang hingga sore kemarin, aku tidak hanya menangisi Mas Cinta. Aku juga menangisi dirimu, keluarga terdekatku, dan orang-orang yang kucintai.
Ronald,
Berat sekali menghadapi kehilangan. Tiap kali aku kehilangan, rasanya separuh jiwaku juga ikut melayang. Aku selalu tak siap dan terbentur dalam kesedihan panjang tiap kali mendengar berita duka. Semakin dekat orangnya, semakin dalam aku kehilangan.
Ronald,
Mengapa minggu ini begitu banyak peristiwa mengerikan? Bom di tiga gereja, ledakan di kantor polisi, kematian Mas Cinta. Kenapa dalam satu minggu ada banyak rentetan peristiwa duka?
Ronald,
Aku masih ingin melihatmu lebih lama lagi. Aku masih ingin melewati hari-hari denganmu lebih lama lagi. Sama inginnya seperti aku ingin melewati hari bersama orang-orang lain yang kucintai. Hatiku dicengkeram ketakutan, Ronald. Takut sekali. Aku tidak bisa menjelaskan rasa takut ini dalam kata-kata. Yang jelas aku takut.