Dear Mas Cinta and Ronald Wan,
Berita yang kudapat siang ini sungguh tak terduga. Aku dengar berita kematianmu dari "Calvin Wan". Bayangkan itu, Mas Cinta.
Langsung saja kedua kakiku terasa lemas. Seluruh tulangku seakan terlepas. Mataku memanas, air mataku meleleh. Perih, perih sekali mengetahui kabar kematian itu.
Aku menangis. Aku menangis di pelukan "Calvin Wan". Kami sama-sama sedih karena kehilanganmu, Mas Cinta. Kepergianmu sungguh tak disangka. Kukira operasimu akan berhasil, Mas Cinta.
Calvin memintaku untuk tidak menangis lagi, karena mataku akan sakit. Pesan yang sama diungkapkan Bunda Dinda padaku. Aku sempat meminta "Calvin Wan" menyanyikan lagu Calvin Jeremy, Pemilik Hatiku. Tapi, kehilanganmu sangat menyedihkan.
Kutuliskan surat ini sambil mengingat lagunya Calvin Jeremy, Pemilik Hatiku. Sedih sekali kehilanganmu, Mas Cinta. Kau pernah menolongku selama sebulan, padahal waktu itu kau dalam kondisi sakit. Kau teman yang sangat menyenangkan. Humoris, periang, baik hati, dan terbuka. Duka dan lukamu tersembunyi di balik keceriaanmu.
Takkan kulupakan pertolonganmu selama sebulan aku off dari Kompasiana dan pindah ke portal lain. Kaubantu aku posting artikel lengkap dengan gambar-gambarnya, Mas Cinta. Kau sendiri yang menawarkan pertolongan padaku. Maafkan aku telah merepotkanmu,, Mas Cinta. Kamu juga yang menyematkan panggilan Young Lady untukku. Panggilan yang sampai sekarang masih kugunakan. Dan akan tetap kugunakan.
Mas Cinta,
Kadang-kadang punya mata hati tak ada ruginya juga. Sebenarnya, pagi ketika kau meninggal, aku sudah merasakan ketidaktenangan menyelinap di hatiku. Setelah Tahajud pray, aku tak bisa tidur lagi. Sulit sekali untuk memejamkan mata. Aku malah mencemaskan orang lain, Mas Cinta. Aku memikirkan Calvin. Aku cemas, cemas sekali. Dua jam lamanya kutunggu Calvin bangun. Kuungkapkan kecemasanku. Hatiku memeluk hatinya. Kautahu Mas Cinta? Aku dan Calvin berpelukan saat kau menghadap Allah. Firasatku memang mengatakan kekhawatiran hari kemarin. Di saat kau menghadap Illahi, di saat bersamaan ada dua hati yang berpelukan dan sesungguhnya menjadi saksi atas kematianmu. Walaupun sepasang manusia yang berpelukan itu sama sekali tak mengiranya.
Kau sosok teman, sahabat, dan saudara yang baik. Walau aku sering bersikap dingin dan tidak peduli, tapi kau tetap baik padaku. Kau ahu aku tak percaya pada laki-laki. Kau yang memintaku tetap tegar setelah si calon berjubah itu meninggalkanku. Terima kasih untuk supportmu, Mas Cinta.
Mas Cinta,