Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"I'm Ok", Bukan Makna Sebenarnya

23 Februari 2018   05:26 Diperbarui: 23 Februari 2018   05:42 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering kali Young Lady menulis cantik karena ingin cari perhatian. Intinya, ingin diperhatikan saja. Mungkin saat itu sedang kesepian, bosan, atau menyesali sesuatu.

Situasi yang disebut terakhir itulah yang menggerakkan tangan Young Lady untuk membuat tulisan cantik ini. Menyesali yang terungkap kemarin. Rasanya Young Lady masih menyesal sampai sekarang.

Kemarin semuanya baik-baik saja. Sampai menjelang petang, Young Lady berhasil mengetahui sesuatu dengan cantik. Meskipun informasi yang didapat sama sekali tidak cantik.

Seorang pria charming, sebut saja namanya "Calvin Wan", telah disia-siakan oleh wanita yang tidak menyadari siapa "Calvin Wan" sebenarnya. Well, kira-kira begitu gambarannya. Rasanya Young Lady kesal bercampur gemas. Kesal dan gemasnya tetap cantik, as usual. Pikir Young Lady, wanita yang melewatkan sesuatu. Sedih, berempati, dan tak habis pikir. Sesal pun ada. Sebab merasa diri tak berguna dan tak sadar sikon.

Alhasil Young Lady menyentuh piano dengan asal-asalan. Permainannya salah-salah terus. Beberapa nada terjun bebas, keliru parah. Young Lady berlatih piano dengan sedih. Terbbayang seraut wajah di depan mata. Lagu yang coba dipelajari pun jadi kacau. Jeleknya tak terkira.

Mau menganggap ini berlebihan? Silakan saja. Mengutip Harper Lee dalam novelnya, To Kill A Mocking Bird, "Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya ... hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya." Kalau tak mau berusaha memahami, cobalah jangan menjustifikasi. Jangan menganggap ungkapan rasa yang diekspresikan dengan cantik ini berlebihan dan tidak pantas.

Pokoknya, Young Lady kesal sekesal-kesalnya. Gemas segemas-gemasnya. Sedih, gelisah, dan menyesal. Serasa Young Lady tak ada gunanya. Mengapa baru tahu sekarang? Mengapa harus terungkap setelah ditanya? Ingin rasanya Young Lady mengucir rambut, pakai gaun hitam, dan berbaring tak bergerak, tak bergerak, tak bergerak dengan kedua lutut sedikit tertekuk dan tangan bersedekap di bawah perut. Ingin rasanya sekalian kabur ke Antartika dan lompat ke Segitiga Bermuda.

Merasa begitu bodoh? Ya. Merasa tak dianggap? Sepertinya iya. Merasa seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa? Mungkin juga. Terpukul? Iya. Sedih dan berempati? Sudah pasti. Ingin membantu? Jelas. Ingin menegur wanita di ujung sana karena membuang rezeki? Sangat ingin. Ingin bertukar posisi dengan wanita antah berantah itu? Maybe.

Well, Young Lady sedih. Sedih karena belum bisa berbuat apa-apa untuk membantu. Sedih mendapati kasus seorang wanita menyia-nyiakan cinta seorang pria yang baik. Sedih karena kesepian dan tak dianggap. Sedih karena tak pernah dicintai pria baik dan tulus. Kesedihan itu berkumpul menjadi satu, membentuk awan mendung yang menyelimuti hati. Hati yang cantik berselimut awan mendung.

Ironisnya cinta. Orang yang begitu jauh untuk digapai, justru sangat dicinta dan diharapkan. Sedangkan yang dekat dan selalu ada, justru tak dilihat. Apakah itu tak lepas dari sifat manusia sendiri yang cenderung tak puas?

"Calvin Wan" begitu, Young Lady jadi ikut sedih. Jadi bertanya-tanya dalam hati. Apa yang dilakukan "Calvin Wan" ketika ia sedih? Apakah "Calvin Wan" bermain piano dan menyanyikan Masih Berharap dari Isyana Sarasvati? Mungkinkah belakangan ini lanjutan buku yang dibacakannya pada Young Lady itu dibacakan dengan hati terluka dan kesakitan karena luka itu belum hilang? Menambah rasa khawatir dan empati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun