Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Jangan Bawa Kermit", Sebuah Media Katarsis

2 September 2017   09:46 Diperbarui: 2 September 2017   22:53 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Cuplikan kisah di atas dialami pula oleh banyak orang. Tak sedikit orang yang mempunyai benda kesayangan. Biasanya, mereka sulit terpisahkan dengan benda kesayangan itu. Memiliki benda kesayangan identik pula dengan orang yang berkepribadian introvert, romantis, dan melankolis.

Benda apa pun berpotensi menjadi benda kesayangan. Baju, tas, sepatu, boneka, jam tangan, aksesoris, piano,  selimut, bantal, bahkan mobil sekali pun. Entah karena nilai historis atau faktor kenyamanan belaka.

Senangnya punya benda kesayangan. Kita bisa memeluknya, menciumnya, dan mengusap-usapnya dengan lembut. Kita juga bisa mengajak bicara benda kesayangan kita. Hati terasa tenang saat berada di dekat benda kesayangan.

Memberi nama untuk benda kesayangan? Mengapa tidak? Saya sering melakukannya. Bahkan menamai benda kesayangan juga menjadi kebiasaan Nabi Muhammad. Pedang kesayangan Rasulullah diberi nama Dzulfikar. Kuda piaraannya dinamai Luhaif.

Ternyata memiliki benda kesayangan ada manfaatnya. Benda kesayangan dapat menjadi media katarsis. Istilah katarsis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti penyucian diri dengan cara melepaskan ketegangan. Katarsis dipopulerkan oleh Sigmund Freud, pelopor psikoanalisis. Selain melepaskan ketegangan, katarsis dapat menyalurkan emosi yang terpendam. Bukankah emosi yang terpendam secara berlebihan tidak baik bagi kesehatan?

Ada banyak teknik katarsis. Curhat menjadi teknik katarsis yang paling mainstream. Dengan curhat, perasaan seseorang menjadi lebih lega. Ada pula yang menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan harapan baru setelah curhat. Ketika seseorang curhat dan menceritakan masalahnya, sebaiknya jangan langsung memberikan solusi. Berikan mereka kesempatan untuk melepaskan emosi yang terpendam. Tiap orang butuh pelepasan emosi. Biarkan mereka melakukan teknik katarsis. Memberikan solusi saat seseorang masih memendam emosi tidak banyak gunanya. Orang cenderung meneruskan keluh kesah mereka dan mengabaikan saran kita. Tunggu dengan sabar sampai ia melepaskan seluruh emosinya. Sabarlah sedikit sampai proses katarsisnya selesai. Setelah ia tenang, barulah berikan solusi. Bila solusi diberikan dalam keadaan tenang, orang akan lebih mudah menerima dan menurutinya. Bahkan, ada kalanya orang curhat hanya ingin didengarkan. Semata ingin melakukan teknik katarsis dengan melepas perasaan, bukannya minta solusi.

Media katarsis lainnya adalah menulis. Perasaan seseorang dapat tercurah lewat tulisan. Menulis dapat melepaskan emosi bagi mereka yang melakukannya. Misalnya, kita kesal dan gemas dengan masalah politik yang tak kunjung selesai. Emosi dan kekesalan yang terpendam di dalam hati bisa kita tumpahkan lewat tulisan. Dari sinilah proses katarsis bekerja. Melepaskan emosi dan kekesalan yang terpendam dalam tulisan. Menulis dapat membantu menyalurkan emosi. Dari pada menjadi penyakit, lebih baik dikatarsis saja dengan menulis.

Bermain musik juga layak dijadikan media katarsis. Contohnya saat bermain piano. Musik dimainkan, perasaan dicurahkan lewat alunan musik yang kita mainkan. Jemari bergerak membawakan sebuah lagu. Ekspresi perasaan dan emosi ada di sana. Piano atau alat musik lainnya bisa menjadi media katarsis yang efektif.

Ada pula metode katarsis yang kekinian: update status di media sosial. Ya, media sosial dapat pula dijadikan media katarsis. Update status berarti menceritakan perasaan atau kesan kita pada suatu hal. Ada proses pelepasan emosi di sana. Metode katarsis yang satu ini sedang populer di masa kekinian.

Dalam hypnotherapy, terdapat satu langkah yang melibatkan teknik katarsis. Seperti dijelaskan Charles Tebbet dalam bukunya, Miracles on Demand, terdapat empat langkah terapi. Posthypnotic suggestion & immagery, release emosi, discovering the root cause, re-learning and re-writing history. Saat release emosi itulah terjadi proses katarsis dimana emosi yang terpendam dilepaskan. Hypnotherapy sendiri memanfaatkan kondisi hipnotic state atau trance. Ketika memasuki tahap release emosi, klien akan mengalami proses katarsis. Perasaan dan emosinya yang semula terpendam mulai dilepaskan.

Katarsis sangat baik untuk menekan risiko penyakit Psikosomatis, stress, dan depresi. Lalu, apa hubungannya katarsis dengan benda kesayangan? Komunikasi dengan benda kesayangan merupakan salah satu media katarsis. Tanpa kita sadari, ketika kita memeluk, mencium, membelai, dan mengajak bicara benda kesayangan, kita sedang melakukan teknik katarsis. Medianya adalah benda kesayangan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun