“Mengapa aku begitu lemah sampai-sampai meneruskan keturunan pun tak bisa? Aku memang tidak berguna. Kamu bisa memilih pria lain yang jauh lebih sehat dan sempurna.”
“Itu bukan salahmu, Dear. Aku akan tetap di sisimu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Meski vonis mandul itu berlaku untukmu selamanya, aku akan tetap mencintaimu.”
Ironi yang terjadi dalam hidup bukanlah kesalahan kita. Jangan pernah menyalahkan diri kita sendiri. Jangan menyesali keadaan yang sudah terjadi. Cobalah belajar menghargai hidup dan diri kita. Belajar mencintai dan menerima diri kita sendiri. Berdamai dengan diri sendiri, berhenti membenci diri kita hanya karena ironi dalam hidup.
Di sini pulalah tugas orang-orang yang peduli dan mencintai kita untuk menguatkan serta memberi dukungan. Kuatkanlah orang-orang yang terpuruk karena ironi dalam hidupnya. Yakinkan bahwa ia sama sekali tidak salah. Tunjukkan kasih sayang dan ketulusan kita padanya. Pastikan kita selalu ada saat ia terpuruk menghadapi ironi dalam hidupnya.
- Obati luka hati
Tak hanya membuat hati pedih. Ironi pun menggoreskan luka hati. Obatilah luka hati kita. Mintalah bantuan pada Psikolog, Konselor, pembimbing spiritual, dan Terapyst untuk membantu mengobati luka kita. Salah satu kunci untuk mengobati luka hati akibat ironi dalam hidup adalah membuka diri pada orang-orang yang punya kemampuan untuk menyembuhkan. Terbukalah pada mereka, maka mereka akan membantu kita. Sebaliknya, bila kita tidak jujur dan terbuka, sulit bagi mereka untuk mengobati luka hati kita. Ceritakan ironi yang menghimpit hidup kita, lalu ikuti prosedur pengobatan serta nasihat-nasihat mereka.
- Carilah kebahagiaan baru
Setelah luka hati kita rterobati, saatnya mencari kebahagiaan baru. Kebahagiaan bukanlah sebuah dosa. Kita berhak mencari kebahagiaan dalam hidup. Dapatkan kebahagiaan dengan cara-cara positif. Misalnya, mencari pekerjaan sesuai passion, berbisnis, melakukan hobi, menemukan pasangan hidup yang kita cintai, memakan makanan favorit kita, membeli barang yang kita sukai, berkumpul dengan teman-teman, liburan bersama keluarga, mendengarkan musik, dll. Kebahagiaan bisa diraih dari hal kecil maupun hal besar. Akan tetapi, jangan sekali-kali mencari kebahagiaan dari hal negatif. Banyak cara positif untuk mencapai kebahagiaan tanpa perlu merusak dan menjerumuskan diri kita ke dalam hal negatif.
Kompasianer, sudahkah kalian menyikapi ironi dalam hidup?