Mohon tunggu...
lathifatus syifaa
lathifatus syifaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan

"Sebaik-baik manusia adalah oang yang bermanfaat bagi orang lain"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Santri dalam Nilai Pancasila: Tidak Santri Tiada Ngantri

28 Oktober 2022   19:35 Diperbarui: 28 Oktober 2022   19:43 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kegiatan mengantri saat mengaji. https://uninus.ac.id/

Pesantren merupakan lembaga pendidikan asli (indigenous) Indonesia, yang mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan lembaga-lembaga pendidikan lain (Baharun, 2017). Di mana Kiai sebagai tokoh utamanya dan masjid sebagai pusat kegiatannya, pesantren mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai kehidupan santri selama 24 jam penuh. Didukung dengan sistem peraturan yang ada membuat santri dalam pengawasan pengurus dan kiai serta Pendidikan yang ditanamkan juga mendukung sesuai aliran ahlusunnah wal-jama'ah. Namun pada zaman sekarang, dunia pesantren memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Seorang santri pada zaman sekarang, bukan hanya mereka yang mengaji dan mengampu kitab kuning semata, tetapi juga mampu melahirkan para alumninya yang berkompeten. Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, pesantren memiliki komponen-komponen penting dalam perkembangannya. Sebagai lembaga pendidikan islam, Pesantren mampu memadukan nilai-nilai keislaman dengan budaya yang berkembang dari zaman dahulu hingga saat ini. Pesantren diharapkan mampu menjadikan seorang santri menjadi alumni pesantren yang memiliki karakter sebagai seorang yang bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan kemampuan yang memumpuni saja, tetapi juga diharapkan dapat menjadi santri yang berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur.

Di dalam pesantren diajarkan hidup bersosial, toleransi, dan menghargai, agar kelak saat sudah kembali di kampung halaman untuk menghadapi masyarakat secara langsung santri tidak kaget dan mampu bersosial dengan baik. Mungkin saat masih menjadi santri, kita merasa terbebani, capek, terkekang, suka mengeluh, dituntut untuk baik-baik saja dalam hal apapun. Sebenarnya itu semua memiliki dampak baik dibelakangnya, dengan kita terbiasa melakukan itu semua walalupun terpaksa akan melatih sedikit demi sedikit untuh hidup yang disiplin, menghargai waktu, dan tidak leha-leha.

Kata santri dan antri merupakan ciri khas anak pessantren. Kata "santri" adalah julukan bagi seseorang yang menimba ilmu di pondok atau pesantren. Sedangkan, kata "antri" adalah budaya disebuah pesantren. Santri dan antri dua kata yang berkaitan. Dimana ada santri, disitu pasti ada budaya antri. Antri adalah salah satu ciri khas yang ada pada diri seorang santri. Nilai-nilai pembentukan karakter yang akan muncul seperti: akhlakul karimah, solidaritas, kesabaran, kemandirian, ketulusan, keberanian, gotong royong, tanggung jawab, saling menghargai satu sama lain. Budaya antri sangatlah mendominan dalam melatih jiwa-jiwa tersebut. Oleh sebab itu, sudah tidak asing lagi menjadi sesuatu yang wajib bagi para santri untuk mengantri.

Budaya antri mungkin terlihat sepele, tetapi ini penting karena menggambarkan karakter dan budaya suatu bangsa. Bagaimana kita bisa berharap orang mau peduli, mau berbagi dan mau memberi jika untuk antri menunggu giliran saja tidak mau. Asing antri ditengah keramaian menjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh sebagian besar masyarakat, rasa jenuh dan lelah sering kali dirasakan kala mengantri. Namun, hal ini tidak berlaku untuk seorang santri. Selain jauh dari orang tua, santri dituntut menjadi seorang yang mandiri karena harus tinggal bersama dengan banyak orang. Maka dengan hidup bersama dengan banyak orang, mau tidak mau para santri harus terlibat dalam budaya mengantri. Nama seorang santri bukan suatu yang asing lagi dikalangan masyarakat. Selain namanya yang begitu familiar, santri kerap kali dikaitkan dengan salah satu ciri khasnya pesantren yaitu "budayakan mengantri".

Keterbatasan sarana dan prasarana di lingkup pesantren, menekankan untuk setiap santri wajib tertib dengan peraturan yang ada, salah satunya dengan mengantri, seperti contoh ketika hendak melakukan kegitan mengaji al-qur'an, kita sebagai santri diwajibkan untuk mengantri terlebih dahulu agar tertib, jadi siapa yang datang lebih dulu maka ia mendapat giliran mengaji awal begitupun sebaliknya, mereka yang datang terlambat atau mendapat antrian belakang maka akan mendapat giliran ngaji belakang juga. Begitupun ketika hendak mandi, kita sebagai santri juga harus mengantri terlebih dahulu untuk mendapatkan giliran mandi, sama halnya jika kita sebagai santri hendak mengambil jatah makan, mencuci, dan sebagainya. Kita sebagai santri juga sudah terbiasa melakukan hal tersebut dengan mengantri. Dalam hal ini dapat diambil pelajaran bahwasannya, cara memperoleh sesuatu itu tidak ada yang instan atau harus ada usaha terlebih dulu, sama halnya dengan usaha kita sebagai santri untuk memperoleh jatah makan, antrian mandi, dan sebagainya dengan usahanya yaitu mengantri.

Berbicara mengenai "antri" dalam lingkup pesantren, tentunya sudah menjadi sebuah tradisi atau budaya di pesantren. Yang menjadi faktor utama adanya antri ini, biasanya disebabkan karena keterbatasan fasilitas yang ada yang tidak sebanding dengan jumlah santri yang ada. Hal tersebut tidak menimbulkan dampak negatif tetapi justru memberikan dampak positif bagi santri. Karena dengan begitu, dapat diambil hikmah dari adanya antri tersebut, seperti melatih kesabaran, menghargai orang lain, tidak egois atau tidak memikirkan diri sendiri, dan masih banyak lagi.

Kebiasaan baik santri yang pada umumnya dilakukan, yaitu:

  • Santri selalu bangun sebelum Subuh. Hal ini biasa dilakukan untuk mengantri mandi,  sholat malam(tahajjud), salat witir, membaca Al-Quran dan menghafal kitab-kitab dan pelajaran.
  • Santri terbiasa membaca Al-Quran setelah shalat. Santri selalu membaca Al-Quran setelah selesai salat fardhu maupun salat sunnah, membaca Al-Quran menjadi keseharian santri.
  • Membaca kitab (Kitab Fiqih, bahasa, maupun akidah).
  • Taat kepada Allah, Orang tua, dan Kiai.
  • Hafalan nadoman nahwu dan tasrifan shorof.
  • Mengabdi, adalah menjalankan perintah dari kiai dengan rasa ikhlas agar mendapat berkah ilmunya

Kebiasaan buruk santri yang sulit dihilangkan, yaitu:

  • Ghosob, adalah meminjam barang tanpa izin. Barang yang biasa dipinjam adalah sandal, sarung, baju, jilbab dan sebagainnya.
  • Ngopi, adalah rutinitas yang sering dilakukan santri yang kegunaannya untuk menahan mengantuk demi pelajaran, organisasi, ataupun untuk mengaji.
  • Ngantri, adalah perkumpulan santri dalam satu majlis. Mulai dari makan, mandi, wudhu, mengaca, menyetrika dan sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun