Tahun dua ribu dua puluh dua merupakan tahun penuh berkah untuk saya. Saat dipanggil menjadi salah satu mahasiswa Pendidikan Profesi Guru ( PPG) tepatnya di bulan Agustus . Menjalani pekerjaan sebagai seorang guru di SMPS Fioretti Tigaraksa Kabupaten Tangerang membuat saya merasa pesimis dalam membagi waktu saya, karena belum pernah mengetahui tentang program PPG yang akan dijalani. Hari demi hari saya lalui dan saya menemukan sosok dosen bernama Pak Arif Sanjaya seorang dosen Filsafat di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau membimbing saya dan sembilan orang teman saya di kelompok dua dengan sangat sabar dan bijak. Proses perkuliahan berjalan secara Online dengan menggunakan platform google zoom. Dalam menjalani proses perkuliahan , pak Arif Sanjaya didampingi seorang guru pamong bernama Saroh Jarmin. Beliau sosok guru pamong sangat energik yang saya jumpai.
Dua bulan proses perkuliahan telah saya lalui. Tiba saatnya saya akan menuju pada kegiatan Praktik Pengajaran Lapangan ( PPL). Perangkat pembelajaran pun disiapkan. Dua belas Oktober merupakan pengalaman pertama saya menjalankan kegiatan PPL untuk program PPG yang sedang saya jalani. Perasaan cemas selalu menghantui pikiranku. Saya menyiapkan ruangan kelas sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai. Ini dilakukan untuk persiapan teknis perekaman agar tidak mengalami kendala. Saya pun berkordinasi dengan guru mata pelajaran sebelumnya untuk menggunakan waktu sepuluh menit tersebut. Perekaman dilakukan oleh seorang Peserta didik saya bernama Elvino , Peserta didik kelas IX A . Alhasil , kualitas gambar video rekaman jauh dibawah ekspektasi saya. Videonya buram, membuat saya makin gelisah. Untuk mengatasi kendala perekaman ini, saya pun menyiapkan treepot untuk membantu Elvino dalam melakukan perekaman.
Kegiatan pembelajaran berjalan tidak seperti biasanya. Peserta didik sangat aktif dan terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran. Baik terlibat secara individu maupun kelompok. Saya merasa model pembelajaran problem bassed learning tepat untuk meningkatkan semangat belajar Peserta didik. Materi pokok yang dipelajari kala itu adalah Cerpen. Pada kegiatan orientasi saya membacakan cerpen yang berjudul “ Jangan Bully Aku” Karya Steven Julius . Salah satu cerpen dari buku antologi cerpen alumni SMPS Fioretti angkatan lima belas. Peserta didik sangat antusias dalam mendengarkan cerpen tersebut. Entah mengapa? . Mungkin karena cerpenya karya kakak kelas mereka. Dalam diskusi kelompok, Peserta didik diberikan LKPD dengan langkah-langkah yang sudah disiapkan pada LKPD tersebut. Cerpen yang dibaca dan didiskusikan dalam kelompok berjudul “ Inilah Kehidupan “ Karya Emejliano Nggepo dari buku antologi cerpen alumni angkatan lima belas. Pembelajaran pun berakhir. Semua LKPD yang telah dipresentasikan kemudian dikumpulkan untuk saya koreksi.
Setelah saya mengoreksi LKPD , saya menemukan Peserta didik mengalami perubahan cara belajar, mengalami peningkatan. Hal ini tampak melalui nilai yang diperoleh dengan rata-rata 92 . Peserta didik juga menyampaikan respon positif berdasarkan refleksi kegiatan yang dilakukan. Peserta didik dapat mengikuti sintak pada model pembelajaran Problem Bassed Learning ( PBL) dengan media buku antologi cerpen dan langkah pada LKPD karena lebih rinci.
Selain itu, respon rekan sejawat sebagai observer menyampaikan bahwa best practices telah menunjukan keberhasilan melalui penerapan model pembelajaran sesuai dengan RPP dan kegiatan pembelajaran mengikuti sintak PBL, Peserta didik mulai aktif dalam diskusi sehingga menemukan solusi dari permasalahan yang disajikan, jumlah anggota kelompok heterogen, Peserta didik mulai terampil berbicara membuka, tanya jawab dan menutup presentasi.
Maka berdasarkan keseluruhan cerita best practices ini, saya mendapatkan pembelajaran agar terus berupaya melakukan perubahan demi kemajuan pendidikan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada murid sehingga terwujud pelajar profil pancasila dan merdeka belajar.