Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Metamorfosa (1) - Arti Sebuah Kesuksesan

6 Juli 2021   14:48 Diperbarui: 6 Juli 2021   15:25 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar. Sumber : Olah pribadi di Canva

"Mungkin pendidikan saya kurang tinggi dan gaji yang saya terima belum begitu besar untuk bisa saya tabung."  Itulah satu kalimat yang saya ucapkan untuk mencoba mencari jawaban atas "ketidakpuasan" saya.

Lalu di tahun 2006 saya mulai mendaftar untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Mengambil program pendidikan S1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi di sebuah Universitas swastas di Bandung. Dengan berbagai pertimbangan kemudian saya putuskan untuk mengambil kelas karyawan dengan harapan saya bisa kuliah juga bisa sambil bekerja.

Selama delapan semester perkuliahan, saya sudah pindah bekerja sebanyak tiga kali. Dengan alasan yang masih sama, masih tidak puas atas semua yang telah dicapai saat ini.

Apakah karena kurangnya rasa syukur? Ataukah memang benar saya belum mencapai di sebuah titik kepuasan yang saya cari? Ah, entahlah. Yang jelas pada saat itu saya masih mencari dan mencari sebuah jawaban yang masih belum terpecahkan.

Merasa lelah, saya berbaring di tepi kasur setelah seharian penuh berjibaku dengan setumpuk pekerjaan di kantor ditambah dengan jadwal kuliah yang padat. Sejenak memejamkan mata dan mencoba untuk beristirahat dari hiruk pikuk kota Bandung.

Di dalam sebuah kamar gelap, saya membayangkan apa saja yang telah saya lalui hari ini. Seperti sedang menonton sebuah film dokumenter, semua kejadian yang sudah terjadi seakan-akan tergambar secara bergantian di dalam kepala. Saya tersenyum ketika mengingat kejadian lucu yang terjadi siang tadi atau sedikit menggerutu ketika teringat akan kejadian yang membuat saya menjadi kesal.

Namun lama kelamaan, saya menjadi seperti kembali ke masa lalu dimana semuanya baru dimulai. Teringat akan baru pertama kalinya datang ke Bandung, daftar kuliah D1 hingga akhirnya lulus S1 dan beberapa kali pindah pekerjaan sampai saat ini.

Ada satu hal yang membuat saya seperti ditampar oleh kehidupan. Bahwa ternyata tanpa saya sadari, saya sebenarnya juga sudah menjadi seseorang yang sukses. Ah, betapa bodohnya saya mengapa tidak saya sadari sebelumnya. Jawaban yang saya cari ada di dalam diri saya sendiri bukan di mereka.

Ternyata kesuksesan yang sesungguhnya adalah saya saat ini dibandingkan dengan saya sebelumnya. Bila saya yang sekarang adalah pribadi yang lebih baik, maka saya adalah orang yang sukses. Namun bila saya yang sekarang adalah pribadi yang lebih buruk dari saya yang sebelumnya, maka saya orang yang gagal.

Orang yang paling berhak saya bandingkan adalah saya dengan diri saya sendiri, bukan mereka. Karena bila kita terpaku pada mereka, kita tidak akan pernah mengetahui seberapa jauhnya kita telah melangkah. Atau seberapa jauhnya kita telah mengalami kemunduran.

Saya dan mereka berada di anak tangga yang berbeda saat memulai kesuksesan dengan tujuan dan skala prioritas yang berbeda pula. Akhirnya saya memilih untuk berhenti menjadikan orang lain sebagai patokan kesuksesan karena itu akan membuat saya semakin tidak merasa puas atas apa yang telah saya capai. Dan bisa jadi, menjadikan diri saya menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Astaghfirullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun