Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru || Penulis

~ Hujan kecil penghujung November ~

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melihat Sisi Baik dari Kejadian yang Kurang Baik

19 Mei 2021   19:27 Diperbarui: 19 Mei 2021   20:17 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Jurnalpos.online

Beberapa tahun yang lalu, kami mengalami sebuah musibah yang membuat kami bingung tidak tahu lagi harus bagaimana dan berbuat apa.

Yap, musibah yang tidak pernah kami duga-duga datang di siang hari bolong sontak membuat kami seketika merasa menjadi orang yang hina dan tidak berguna.

Semua barang porak poranda, semua hal yang telah kami rencanakan terpaksa harus kami batalkan, rumah yang telah lama kami tempati terpaksa harus kami tinggalkan, belum lagi dengan rentetan pertanyaan "Kenapa" yang dilontarkan anak-anak yang tidak bisa kami jawab dengan pasti.

Selama hampir satu tahun terakhir kami selalu dirundung sedih, dari menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa kami, sampai menyalahkan diri sendiri pun kerap kami lakukan. Hingga akhirnya kami tersadar, bila kami terus menerus menyalahkan diri dan orang, ujung-ujungnya bisa jadi kami juga menyalahkan Allah yang telah memberi musibah kepada kami. Nauzubillah.

Menyadari bahwa semua yang terjadi merupakan bagian dari irisan takdir yang harus kami lalui.

Perlahan tapi pasti, akhirnya kami mulai untuk membuka diri dan menerima semua yang telah menjadi takdir kami.

Mulai mencari dan mencoba memperbaiki atas kesalahan yang telah kami lakukan. Melakukan banyak hal yang positif dan banyak berdiskusi dengan orang-orang yang bisa memberikan masukan dan solusi, dan tentunya bisa memberikan energi positif juga pada kami.

Mengubah sudut pandang.

Kami menyadari bahwa segala hal yang terjadi pada kami tidak akan mudah hilang begitu saja dari ingatan. Bahkan kejadian yang amat sangat menyakitkan sekalipun. Jadi kalimat "Sudah lupakan saja kejadian itu biar nggak sakit hati lagi." Seolah-olah menjadi munafik.

Karena kita memang tidak akan pernah bisa melupakannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah melihat kejadian itu dari sudut pandang yang tidak lagi menyakitkan.

Menemukan banyak "hadiah" setelah kehilangan.

Yang semula kami pikir kami adalah orang yang paling sial, setelah beberapa waktu anggapan itu berubah menjadi kami lah ternyata orang yang paling beruntung.

Kalimat-kalimat positif terus kami gaungkan di hati dan pikiran kami, hingga akhirnya tanpa kami duga satu persatu "hadiah" itu datang.

Mulai dari teman-teman yang benar-benar ada saat kami dalam keadaan apapun, hingga kami bisa menemukan dan mengembangkan hal-hal baru yang tidak kami temukan di tempat sebelumnya.

Kejadian yang terjadi atas diri kami mengajarkan pada kami bahwa masih ada sisi baik atas apapun yang terjadi. Bila kita menyadari bahwa semua yang terjadi merupakan bagian dari irisan takdir yang harus dilalui, dan mengubah sudut pandang, bagaimana cara kita memandang kejadian itu.

Boleh jadi apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya.

Musibah itu awalnya penuh duka, namun perlahan tetapi pasti akan berganti menjadi sukacita dan bahagia, mengajarkan pentingnya bersikap optimistis karena kehidupan itu tidak selamanya dalam kesulitan dan kedukaan, menumbuhkan rasa kemanusiaan universal untuk berempati dan berbagi, dan musibah itu menjadi penggugur dosa.

"Tiada sebuah musibah pun yang menimpa Muslim melainkan dengannya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya." (HR al-Bukhari dan Muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun