Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan di Film "Nay" Karya Djenar Maesa Ayu

26 November 2015   17:50 Diperbarui: 19 Mei 2016   09:55 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ekspresi dan monolog Sha Ina Febriyanti sebagai Nay yang mampu membuat film ini hidup. "][/caption]

Film yang bagus adalah film yang mampu memberi kita sesuatu yang berisi dalam kepala setelah keluar menonton dari bioskop, bukan sekedar film yang mampu membuat kita tertawa karena kesialan tokohnya  atau menangis ikut kesedihan drama yang dibangun dalam cerita.

Film yang membuat kita berpikir Salah satunya adalah film Nay. Film karya Djenar Maesa Ayu, adaptasi dari novelnya berjudal sama NayFilm ini Membuat kita berpikir menjadi seorang perempuan tidaklah mudah. Dilihat dari sudut padang laki-laki, begitu juga dari sudut padang sesama perempuan. 

Tentu kita pernah bertanya “kenapa dilahirkan dengan keadaan begini, begitu, dengan keluarga seperti ini, kenapa tak seperti keluarga itu” tetapi bagaimana kita bisa memilih dilahirkan dari keluarga terhormat, berkecukupan serta memiliki ilmu agama yang kuat, bisa membimbing kita masuk surga.

Begitu juga dengan perempuan bernama Nay, tokoh utama film ke-2 Djenar ini.  Lahir dan hidup tanpa mengenal sosok ayah. Rasa rindu dan keingintahuan tentang sosok ayah kandung selalu dijawab dengan amarah oleh ibunya. Ketika beranjak dewasa ia pun jadi liar, suka merokok dan minum alkohol. Terlebih saat usia 9 tahun ia harus kehilangan keperawanan yang direnggut oleh pacar dari ibunya sendiri. Ketika ia mengadu tentang peristiwa itu. Ibunya bukannya melindunginya tetapi hanya diam saja lantas semua berlalu begitu saja. Tidak berlalu tetapi mengendap di hati serta di otak Nay seumur hidupnya.

Kekuatan film Nay adalah ekspresi dan monolog Sha Ina Febriyanti sebagai Nay. Akting Ine membuat film ini hidup. Terutama saat dia melakukan obrolan imajiner dengan ibunya sembari mengungkap masa lalunya yang kelam. Membuat penonton betah duduk meski selama 80 menit hanya di dalam mobil melintasi jalanan di Jakarta.

Semua cerita tertuang dalam perjalanan ketika ia ingin bertemu dengan Ben, pacarnya sekaligus ayah dari janin yang ia kandung. Namun ternyata sang pacar terlalu tergantung kepada ibunya.

Reaksi ibu sang pacar ketika tahu  janin yang dikandung Nay adalah cucunya, ia meragukan, bukan anaknya yang pertama kali meniduri Nay. Dan untuk membuktikan semuanya itu hanya tes DNA. Dari percakapan Nay dan ibu pacarnya lewat telepon itu membuktikan. Bahkan menjadi seorang perempuan tidaklah mudah dari sudut pandang sesama perempuan.

Sedang sahabat sekaligus manager Nay  bernama Adjeng dengan setia menjadi tempat curhat sepanjang perjalanan ke rumah Ben. Nay adalah seorang aktris yang mendapatkan tawaran berperan dalam produksi layar lebar. Tawaran ini bisa hangus, mengingat kondisi Nay yang sedang mengandung. Meski dengan lembut mencoba memberi nasehat dan berusaha menenangkan Nay, Adjeng secara halus ingin Nay menggugurkan kandungannya demi masa depan Nay dan anak itu sendiri.

Namun di sisi lain Nay percaya dia bisa menjad iibu yang jauh lebih baik daripada ibu yang ia punya. Dan ia juga tak akan membiarkan janin yang ia kandung lahir tanpa seorang ayah. Ia mencoba kembali menelpon mantan kekasihnya dan sudah dapat diduga ia mendapat penolakan ketika mengetahui ia hamil.

Film Nay,penonton diajak berputar-putar di jalan utama Jakarta sambil mencari solusi dari permasalahan yang di hadapi Nay. Masalah yang dihadapi Nay merupakan persoalan yang tidak hanya dialami kaum urban Jakarta. Tetapi semua perempuan yang mengalami pelecehan seksual. Jika kita membaca berita pasti kita akan menemukan banyaknya pelecehan terhadap perempuan bahkan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun