Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Telur Rebus Dikupas, Telur Asin Dibelah?

18 Oktober 2020   08:41 Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:10 2441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, saya berdoa di dalam hati semoga dia tidak membuka mulutnya lebar-lebar di depanku. Saya juga suka telur asin, tapi bukan bau mulut orang yang habis makan telur asin ... Apalagi dia makan telur asin itu begitu saja, bukan sebagai lauk nasi. 

Setelah dia selesai makan, saya menambah doa saya, semoga dalam sekian jam, pokoknya selama masih di hadapanku, dia tidak buang angin .... Tahu sendiri kan, aroma telur asin yang telah mengalami "pemrosesan berkelanjutan" ....

Pengantin baru, makan sepiring berdua terasa romantis. Makan telur asin sebiji dibagi berdua lebih mesra lagi. Tapi sehabis makan, jangan langsung ambung-ambungan ... Gosok gigi dulu. Kalau nekat french-kiss sehabis makan telur asin tahu sendiri akibatnya ...

Telur rebus dikupas, telur asin dibelah, telur dadar dipotong. Bagaimana bila jumlah telur lebih sedikit dari jumlah orang yang akan makan? Ini adalah trik favorit dari para ibu rumah tangga. Tiga telur ayam bisa untuk lima orang. 

Bahkan dengan sejumlah "kreatifitas" satu telur ayam bisa cukup buat lima orang. Dibanyakin diisi dengan potongan bawang, sayur, dan bisa juga tahu. 

Dalam pandangan seorang anak irisan dari sepotong telur dadar yang dibagi untuk lima orang itu tetap terlihat sama dengan sebiji telur. Bagaimana kalau hanya ada satu telur ayam untuk sepuluh orang? Ya sudah, kita bikin nasi goreng saja ... One for all. All in one wajan ....

Bila ada di antara panjenengan pembaca Kompasiana yang dulu semasa kecil pernah merasakan masa-masa susah, dan kini sudah hidup sejahtera, pernahkah merenungkan mengapa dulu ketika makan berlauk irisan dari sepotong telur dadar yang dibagi lima atau bahkan lebih dari itu, terasa lebih nikmat, daripada ketika sekarang mampu merasakan sepotong telur dadar utuh? 

Ketika kecil dulu sepotong telur asin mesti dibagi dua atau bahkan empat, tapi terasa lebih nikmat, dibandingkan ketika kini mampu makan telur asin utuh. Di saat manakah perasaan kita terasa lebih utuh, manakah yang selalu terasa kurang? Sebenarnya kita sama-sama sudah tahu jawabnya.

Mungkin kita sekarang sudah lebih banyak membaca kata-kata indah di buku suci atau bahkan menghapalkannya, kita sekarang sudah lebih banyak membaca kata-kata bijak di buku motivasi, kita sudah sering mengutip quote dari para guru spiritual untuk meng-update status social-media kita. Tapi mengapa dahulu kita lebih sering mengalaminya ketimbang hanya sekedar membacanya?

Baiklah para sedulur, kapan terakhir kali panjenengan berbagi belahan telur asin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun