Mohon tunggu...
Nurul Laili
Nurul Laili Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Quitter never winner

From Allah to Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Spiritual yang Diabaikan dalam Orientasi Kesuksesan

22 Oktober 2019   23:12 Diperbarui: 19 April 2021   10:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Keempat, belajar pemecahan masalah (problem solving). Belajar pemecahan masalah atau yang sering disebut dengan problem solving pada ada dasarnya adalah belajar untuk memperoleh keterampilan, kemampuan, serta kecakapan kognitif untuk memecahkan berbagai suatu permasalahan secara logis dan rasional. Dalam penggunaan jenis belajar ini sering kali digunakan metode-metode ilmiah atau tahapan berpikir secara kritis dan sistematis. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prinsip, generalisasi, serta penalaran yang kritis untuk memperoleh problem solving yang baik dan relevan. Untuk jenis ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah, terutama pembelajaran eksakta yang membutuhkan percobaan dan penelitian. Maka dari itu guru yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah seperti diatas.

            Kelima, belajar rasional. Belajar rasional atau yang sering disebut dengan rational learning yaitu belajar dengan menggunakan suatu kemampuan berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya yaitu untuk memperoleh berragam kecakapan yang menggunakan prinsip serta konsep. Jenis belajar ini berkaitan erat dengan jenis belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan mempunyai suatu kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan sebuah pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional hampir sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah, seperti IPA dan IPS.

            Keenam, belajar kebiasaan (habitual learning). Kebiasaan diartikan sebagai sesuatu yang biasa dikerjakan atau dilakukan sehingga menimbulkan pengulangan. Belajar kebiasaan atau yang sering disebut dengan habitual learning yaitu suatu proses pembentukan kebiasaan baru untuk perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan dapat dilakukan melalui sebuah perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga dapat pula menggunakan hukum dan ganjaran yang sifatnya memaksa (mengikat). Tujuan belajar jenis ini adalah memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat, positif, serta selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Belajar kebiasaan selalu identik dengan keselarasan dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural. Meskipun jenis belajar ini lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan informal, namun tidak menutup kemungkinan pada pendidikan formal, seperti dalam pembelajaran agama dan PPKn. Belajar kebiasaan pada lingkup formal juga dapat dilihat pada penetapan aturan sekolah yang mengikat dan menuntut anak didiknya untuk membiasakan diri dengan aturan dan nilai norma yang berlaku dalam sekolah tersebut.

            Ketujuh, belajar apresiasi (appreciation learning). Apresiasi adalah penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu baik seni, budaya maupun yang lainnya. Belajar apresiasi pada dasarnya ialah belajar untuk mempertimbangkan nilai atau arti penting suatu objek yang mana diwujudkan dalam ekspresi penghargaan. Tujuannya agar individu mendapatkan dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills) sebagai kemampuan menghargai dan mempertimbangkan nilai penting objek. Misalnya yaitu apresiasi sastra, apresiasi musik, apresiasi kerajinan, dan apresiasi seni lukis. Dalam mengapresiasi mutu suatu karya sastra seorang individu perlu mengetahui "hakikat keindahan" (estetika) di samping mengetahui hal--hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa ungkapan, dan nilai ekspresinya. Bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi individu, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Quran.

            Terakhir, belajar pengetahuan atau yang sering disebut dengan studi. Pengetahuan adalah susuatu yang diketahui baik berkenaan dengan mata pelajaran di sekolah maupun umum. Pada dasarnya belajar pengetahuan adalah belajar untuk mendapatkan sejumlah pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan juga bisa diartikan sebagai suatu program belajar terencana untuk menguasai suatu materi pelajaran dengan melibatkan suatu kegiatan investigasi, penelitian, dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan yaitu agar individu mendapatkan atau menambah suatu informasi dan pemahaman terhadap suatu pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.  Misalnya yaitu dengan menggunakan sebuah alat laboratorium dan penelitian lapangan. Belajar jenis ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran di sekolah formal, seperti biologi, kimia, sejarah, ekonomi, dan lain sebagainya.

            Selain jenis belajar yang telah dipaparkan diatas, berdasarkan proses belajar, Prof. Dr. Nasution membagi jenis belajar menjadi lima. Pertama, belajar berdasarkan pengamatan (sensory type of learning). Jenis belajar ini adalah belajar yang didasarkan pada pengamatan sensoris terhadap objek--objek dunia sekitar. meliputi kegiatan melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan sebagainya. Belajar jenis ini sangat bergantung pada alat indra, yaitu mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kulit untuk meraba, lidah untuk mengecap, dan hidung untuk mencium. Contohnya, mula-mula seorang anak hanya mengenal ibunya, lalu berkat pengamatan lingkungan sekitar, kemudian anak mulai mengenal anggota keluarga, tetangga, alat--alat rumah tangga, dan sebagainya. Demikian pula belajar taraf tinggi, tidak terlepas dari faktor pengamatan, sekalipun sering juga dibantu dengan alat--alat, seperti mikroskop untuk melihat bakteri, teleskop, dan sebagainya.

            Kedua, belajar berdasarkan gerak (motor type of learning). Jenis belajar ini hampir sama dengan jenis belajar keterampilan, yaitu belajar yang didapat dari gerakan-gerakan motorik, berupa pelatihan atau yang lainnya. Belajar jenis ini pada dasarnya adalah suatu proses belajar yang bertujuan untuk memperoleh dan menguasai suatu keterampilan tertentu yang bersifat jasmaniah dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yaitu yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular), termasuk kecepatan dan kecakapan.

            Ketiga, belajar berdasarkan hafalan (momorize type of learning). Jenis belajar ini adalah belajar yang didasarkan pada kemampuan menghafal, yang tentunya sangat berkaitan erat dengan daya ingat. Belajar jenis ini pada dasarnya berkaitan erat dengan sistem indra, karena menghafal bisa melewati berbagai media, seperti suara, tulisan, rasa, kejadian, dan yang lainnya. Maka dari itu, jenis belajar ini membutuhkan konsentrasi yang kuat dan daya ingat yang lekat.

            Keempat, belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem solving type of learning). Jenis belajar ini sama seperti jenis belajar problem solving yang telah dijelaskan sebelumnya. Hanya saja disini Dr, Nasution lebih memberi penekanan pada metode ilmiah yang digunakan untuk memecahkan permasalahan didalam materi pelajaran seperti sejarah, biologi, ilmu alam, bahasa, dan ilmu pasti.

            Terakhir, belajar berdasarkan emosi (emotional type of learning). Belajar jenis ini  adalah belajar yang didasarkan pada kemampuan emotional, meliputi aspek-aspek kepribadian. Seperti halnya, ketekunan, ketelitian, kebersihan, sikap, minat, dan lain sebagainnya. Belajar emosional berkaitan erat dengan pemasalahan mental, tingkat kepercayaan diri, komunikasi, dan hubungan sosial dengan orang lain. Yang mana itu semua sangat mempengaruhi relasi dalam berbagai segi kehidupan, baik antar individu maupun kelompok. Oleh karenanya dibutuhkan jenis belajar ini, guna dapat mengasah empati, motivasi, instospeksi, serta mengelola dan mengepresikan emosi.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun