Mohon tunggu...
Nurlaili Maghfiroh
Nurlaili Maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswi 😊 -

PIAUD 2016 uin maulana malik ibrahim malang (FITK)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Berprasangka Buruk terhadap Diri Sendiri

20 Februari 2018   11:42 Diperbarui: 20 Februari 2018   11:47 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak hal yang bisa dijadikan panduan untuk memperbaiki diri. Tetapi, soal kekuatan dan kelemahan dalam diri hanya kuta sendirilah yang paling bisa mengetahuinya secara lebih pasti. Orang lain boleh tahu dan menilai tentang kita, tetapi yang terdalam tetap diri sendirilah yang paling mengetahui. Orang lain boleh saja memberikan penilaian apa pun terhadap kita, tetapi yang utama adalah upaya mengarahkan diri membentuk kualitas hidup yang baik.

Cukuplah kita berniat baik untuk menciptakan sebuah mutu hidup, karena dari situlah sumber dan awal mula kebaikan diri akan terus tumbuh. Dengan demikian, diri pun dengan sendirinya akan tergerak membentuk pribadi yang cenderung kepada pola-pola kebaikan.

Ketika hidup tidak cenderung lagi untuk hal-hal kebaikan, maka apa pun bisa diterima oleh diri, termasuk di antaranya membuang prasangka buruk (negatif) terhadap diri. Prasangka buruk adalah salah satu dari sekian faktor perusak kehidupan seseorang. Betapa banyak orang yang hidupnya menjadi sia-sia karena berprasangka buruk kepada dirinya sendiri.

Prasangka buruk terhadap diri misalnya menilai diri tidak kompetetif, bernasib jelek, jalan rezekinya ditakdirkan susah, atau menganggap diri terlalu lemah sehingga menyerah pada keadaan yang membuat dirinya justru terasing dan merasa tidak memiliki makna dan tujuan hidup. Kita seharusnya percaya bahwa setiap manusia itu dilahirkan dengan potensi yang besar. Mana mungkin Allah menciptakan manusia tanpa kekuatan dan kemampuan? Jika terbukti banyak orang yang menjadi lemah, hal itu tidak lain karena ia sendiri yang melemahkan dirinya, bukan tuhan apalagi orang lain.

Akan selalu ada kekuatan dalam diri masing-masing manusia bila digali, dikenali, dan dimanfaatkan secara baik. Namun, terkadang, manusia itu terlalu lemah dalam hal menggali kekuatannya. Marilah kita susun kembali mimpi-mimpi kita dan yakinlah diri bahwa mimpi tersebut dapat tercapai dengan usaha dan oleh kemampuan diri. Allah SWT. pasti akan ikut berperan dalam mempercepat keberhasilan seseorang yang dalam dirinya memiliki semangat, optimisme, dan rasa percaya diri.

Yakinlah bahwa di balik sebuah keberhasilan terdapat suatu nilai intuisi positif, dan hal itu muncul dalam diri orang-orang yang berpikiran cemerlang serta memiliki pandangan cerah dalam menjemput masa depannya. Jangan pernah berpikir bisa berlari, jika keberanian untuk bangkit saja tidak punya. Dalam jiwa orang-orang kuat terdapat rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan dirinya. Meskipun dalam kondisi terbatas, orang-orang seperti itu akan mencari penopang agar dirinya tetap menjadi kuat.

Berkaca kepada orang pincang, untuk menjadi kuat, ia membutuhkan tongkat untuk bisa berjalan dengan baik. Dan, orang yang ingin hidup mapan, berhasil, serta sukses dalam kehidupannya, ia harus berani menghadapi persaingan dan mau menempa diri menjadi orang berani, yakni berani dan mencoba dan menghadapi risiko apa pun.

Jika selalu memiliki prasangka - prasangka buruk terhadap diri, betapa pun kuatnya kita, berarti kita mengetahui kemampuan kita masih minim, belajarlah dan mintalah jalan kemudahan kepada Allah sebagai pemilik kehidupan dan penentu segala kebijakan. Semoga kita selalu menjadi orang yang kuat dan memiliki prasangka baik terhadap diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun