Orang yang beriman itu juga berarti dia punya cinta. Orang yang hanya percaya sama Allah tanpa cinta pasti bosan juga.
Ada perbandingan antara cinta dan percaya. Ketika bangun tidur di shubuh hari mau pilih tidur atau bangun dan berjamaah ke masjid. Kita percaya bahwa berjamaah sholat Shubuh di masjid pahalanya besar, tetapi jika kita tidak cinta pada Allah maka kita akan berat untuk pergi ke masjid.
Untuk menguatkan argumen kembali yaitu apabila kita punya uang 200 juta mau pilih mana, pergi haji ONH + atau beli mobil X-Pander? Disinilah kecintaan kita diuji.
Penjelasan Allah dalam QS Ibrahim ayat 24:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) langit.Â
Keimananan kita ibarat seperti pohon yang baik. Akarnya teguh masuk ke dalam bumi. Tidak hanya kokoh tetapi buah itu memberi buahnya pada setiap musim atas kemauan Allah.
Filosofi pohon disini adalah bukti dari kecintaan kita kepada Allah, dimana kita menanamnya dengan benih terbaik, memupuknya, merawat dengan rutin dan akhirnya menghasilkan buah dari kualitas pohon terbaik. Itulah makna cinta kepada Allah. Jadi iman saja tidak cukup.
Apakah iman kita sudah baik atau belum? Bagaimana cara mengukurnya? Yaitu dengan mengetahui seberapa besar manfaat yang kita tebar kepada sekitar. Seberapa besar orang lain terbantu dengan kehadiran kita di dunia, khususnya lewat Islam. Hal itulah yang bisa mengukur level keimanan. Berapa orang yang mendapat manfaat kita hari ini. Â Nah, untuk melakukan itu harus didasari rasa cinta.
Kaitannya dengan memuliakan cinta dengan pernikahan adalah apakah ada suatu cinta yang bisa dilakukan oleh orang yang belum menikah seperti orang yang sudah menikah? Â
Susah bareng seneng bareng, mendidik anak Bersama, berkomitmen untuk bersama-sama dalam rumah tangga. Apakah hal seperti itu ada dilakukan seorang yang belum menikah. Â Pertanyaan yang lebih ekstrim dari Weemar Aditya apakah orang yang kumpul kebo siap merawat anaknya. Jawabannya tidak mungkin. Â Â
Weemar Aditya menegaskan, menikah bukan hanya tinggal bersama saja. Tetapi ada hal yang lebih besar di dalamnya. Dalam pernikahan, agar tidak membosankan harus kita tumbuhkan visi misi bersama. Memiliki tujuan akhirat yang sama meraih Jannah bersama dan mencari Ridho Allah.