Mohon tunggu...
Laila Safira
Laila Safira Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Sukses Dunia Akhirat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Pesantren Mempertahankan Sifatnya yang Tradisional namun Tetap Modern?

9 Maret 2020   08:25 Diperbarui: 9 Maret 2020   09:22 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama : Laila Safira (U20194031)
Prodi : Sejarah Peradaban Islam
Semester : 2

Bisakah pesantren mempertahankan sifatnya yang tradisional namun tetap mengikuti perkembangan zaman?
Salah satu lembaga pendidikan di Indonesia yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain yaitu pesantren. Sebelum dikenalnya Pendidikan lainnya di Indonesia, pesantren telah hadir lebih awal. 

Oleh sebab itu pesantren dipandang sebagai lembaga pendidikan asli di Indonesia (Azra, 2000:87). Dan keberadaan pesantren di akui lebih lanjut (dari pemerintah sebagai bagian dari nasional) dengan disahkannya UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintahan No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup. Karena sifatnya yang tradisional ini, kadang berdampak pada perkembangan zaman di era milenial dimana pesantren menjadi kurang update mengenai perkembangan teknologi yang sudah banyak sekali macamnya. Hal ini menjadi nilai negatif bagi sebuah pesantren maupun santrinya.

Harusnya dengan zaman yang sudah semakin banyak perkembangan ini mereka bisa ikut serta berpartisipasi di dalamnya sebagai generasi milenial tentunya. Namun sifat pesantren yang tradisional masih membatasi santrinya dengan alasan mereka tidak mau nilai-nilai keislaman yang harusnya dimiliki setiap santri menjadi rusak akibat pengaruh zaman di era teknologi modern ini. 

Padahal jika hal ini terus diterapkan akan menjadikan santri menjadi kurang update ketika sudah benar-benar dilepas di lingkungan masyarakat. Bahkan mereka para santri bisa jadi kaget ketika mengetahui bahwa dia sudah tertinggal banyak tentang perkembangan teknologi. Lantas, bisakah pesantren tetap mengikuti perkembangan zaman namun tetap mempertahankan sifatnya yang tradisional?

Di sini saya akan menjawab pertanyaan diatas. Menurut pendapat saya, tidak semua pesantren itu kurang update karena seiring perkembangan zaman serta tuntutan masyarakat tentang pendidikan umum, sekarang banyak pesantren yang menyediakan pendidikan umum dalam pesantren. Supaya semua santriwan dan santriwati tidak ketinggalan zaman seperti pendidikan umum, teknologi, budaya dan seni. Maka munculah istilah pesantren salaf dan pesantren modern. 

Pesantren salaf adalah pesantren yang murni dan/atau mengedepankan ajaran ilmu agama melalui kitab-kitab klasik buatan ulama' salaf dan sekarang sebagian pondok salaf pun telah mengikuti zaman yang perkembangan nya pun sangat pesat dari zaman dulu sampai zaman sekarang  seperti ada pendidikan umum yang mana santri dan ustad/ustadzahnya tidak ketinggalan zaman tetapi tidak seperti pondok modern yang dua-duanya seimbang. 

Sedangkan pesantren modern adalah pesantren yang mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan sistem kelas dan kurikulum dan mayoritas lebih mengedepankan pelajaran bahasa internasional. Di mana ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan umum dari pada ilmu agama yang mana tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. 

Meskipun tidak dapat dipungkiri sudah banyak pondok-pondok pesantren yang berlabel salafi, namun sudah berevolusi dengan menyetarakan pendidikan kitab klasik dengan pendidikan umum kontemporer seperti bidang IT, SAINS dan lainnya.
Pondok pesantren modern tidak mempunyai kriteria yang pasti  tetapi beberapa unsur yang menjadi ciri khasnya pondok pesantren modern yaitu:

  1. Berbicara bahasa asing seperti bahasa arab dan bahasa inggris setiap berinteraksi dengan orang lain
  2. Memliki kurikulum Diknas atau kemenag
  3. Kurangnya pemahaman kitab kuning
  4. Tidak menggunakan sistem pengajian tradisional seperti sorogan, wetonan dan bandongan

Dari kualitasnya lancar berbicara menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris tetapi kurang dalam menguasai kitab kuning. Dan unsur di atas belum tentu terpenuhi semua pada pesantren modern, bahkan tidak semua pondok pesantren menjadi modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun