Mohon tunggu...
lailaaa
lailaaa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya olahraga dan membaca, saya termasuk orang yang suka bercanda, tapi juga mudah tersinggung. Saya suka hal" yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

pentingnya bahasa krama alus di era digital

9 Oktober 2025   22:10 Diperbarui: 9 Oktober 2025   22:10 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam kebudayaan Indonesia bahasa merupakan unsur penting bagi kehidupan karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa akan terus mengalami perubahan. Tingkat kemajuan kebudayaan suatu masyarakat tercermin dari penggunaan bahasanya. Sebagai bagian dari kebudayaan nasional, bahasa memiliki aturan yang kompleks, baik dari segi tata bahasa (paramasastra), tingkatan bahasa (unggah-ungguh basa), maupun kekayaan kosa katanya. Hal inilah yang membuat bahasa Jawa sebagai bahasa pertama berbeda dengan bahasa-bahasa (daerah) lainnya. 

  • Menurut Chaer (2012) secara gamblang menjelaskan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang tersusun atas lambang dan bunyi, bersifat penengah, bermakna, konvensional, unik, universal, produktif, beraneka ragam, hidup, manusiawi, digunakan sebagai alat interaksi sosial, dan berfungsi sebagai identitas penuturnya. Lebih lanjut, Chaer menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari bahasa lain. Bahasa juga berperan sebagai alat interaksi sosial yang membantu seseorang mengekspresikan diri dan membangun identitas dalam kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa adalah sarana penting dalam komunikasi dan identitas diri.

    Di era digital saat ini diamna perkembangan komunikasi dan informasi dapat tersebar secara cepat, tanpa harus kita cari tahu berita" yang ada di sosial media dapat terekspos secara global. Jadi segala informasi dapat terlihat oleh kalangan manapun. Media sosial adalah aplikasi yang menggunakan internet untuk memfasilitasi interaksi sosial dan memastikan adanya interaktivitas. Melalui media sosial, pengguna dapat berkomunikasi, bekerja sama, berkolaborasi, dan membangun jaringan sosial virtual dengan orang lain. Pengunaan media sosial memengaruhi bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dan dalam konteks pemerolehan bahasa, Media sosial memiliki potensi untuk mempromosikan keberlanjutan bahasa dan mendukung pembelajaran yang efektif. Belakangan ini banyak konten dari media social menggunakan kalimat kurang baik yang seringkali ditirukan oleh anak-anak, khususnya usia Sekolah Dasar. Hal ini  membuktikan bahwa media sosial merupakan  alat komunikasi yang sangat cepat menyebabkan anak-anak berkata yang kurang baik. Padahal pada usia dini anak seharusnya dididik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar kedepannya dapat menerapkan bahasa tersebut.

    Media sosial juga memiliki beberapa peranan penting dalam pemerolehan bahasa anak usia Sekolah Dasar seperti meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bahasa, mendukung pembelajaran bahasa, membantu pembelajaran kolaboratif, meningkatkan keterampilan komunikasi, mempersiapkan anak untuk masa depan. Secara keseluruhan, media sosial memiliki potensi untuk mempromosikan keberlanjutan bahasa dan mendukung pembelajaran yang efektif pada anak usia Sekolah Dasar. Dengan menggunakan media sosial secara efektif, kita dapat membantu anak mengembangkan keterampilan bahasa dan komunikasi yang diperlukan untuk bertahan di era digital saat ini dengan tujuan membentuk generasi penerus yang unggul dan berkarakter. Bahasa Jawa, sebagai salah satu bahasa daerah yang kaya akan tradisi, memiliki kedalaman makna dan struktur yang kompleks, khususnya dalam penggunaan bahasa halus. Namun, generasi muda saat ini cenderung lebih terpapar oleh budaya dan bahasa asing, sehingga pemahaman mereka terhadap bahasa Jawa halus semakin menurun. Bahasa Jawa yang merupakan hasil budaya dari suku Jawa yang berupa curahan pemikiran dan adaptasi terhadap rasa ingin berkomunikasi dengan sesamanya adalah kebanggaan tersendiri bagi suku Jawa. Terlebih lagi, bahasa jawa merupakan cerminan dari karakter yang dipunyai oleh suku Jawa sehingga pepatah mengatakan "Bahasa mencerminkan Bangsa". Bahasa Jawa krama adalah bagian terpenting dari keindahan bahasa Jawa (Pramesti & Wiranti, 2023). Bahasa Jawa halus, atau krama inggil, merupakan bagian integral dari budaya Jawa yang mencerminkan nilai-nilai sopan santun dan penghormatan dalam interaksi sosial. Namun, dalam konteks generasi muda saat ini, terdapat fenomena yang memprihatinkan terkait pemahaman dan penggunaan bahasa ini. Penggunaan bahasa Krama hapus belakangan ini, terjadi penurunan drastis. Banyak anak-anak, remaja bahkan orang dewasa pun masih belum memahami bahasa Krama alhasil mereka ketika berbicara dengan orang yang lebih tuapun menggunakan bahasa ngoko, yang seharusnya bahasa ngoko ini digunakan saat kita berbicara dengan teman sebaya. Hal ini disebabkan oleh pemahaman dan penggunaan bahasa Jawa krama yang kurang di kalangan generasi muda, khususnya para siswa, dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas (Azizah & Subrata, 2022). Krisis penggunaan bahasa Jawa halus di kalangan anak-anak dan remaja semakin nyata, terutama di lingkungan keluarga yang lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini berpotensi mengikis identitas budaya mereka dan merusak warisan tradisi yang telah ada selama berabad-abad. Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi bagi orang Jawa, namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin canggih bahasa Jawa menjadi punah seakan tergantikan dengan bahasa lain. penggunaan bahasa ini mengalami perubahan. Masyarakat yang terbuka terhadap perubahan cenderung mengikuti perkembangan tersebut. Akibatnya, aturan-aturan pengucapan dalam Bahasa Jawa, yang seharusnya sesuai dengan tingkatan yang berlaku, menjadi tidak teratur dan rancu. Penurunan ini yang sekarang dirasakan oleh masyarakat jawa.

    Berikut merupakan Faktor-faktor Penyebab Penurunan Bahasa Krama:
    Faktor Internal:
    1. Kerumitan Tata Bahasa: Sistem multi-strata bahasa Krama (Krama lugu, Krama wredha, Krama mudha) serta kesulitan dalam membedakan berbagai bentuk kosa kata (Krama desa, Krama andhap, Krama inggil) membuat generasi muda kesulitan menguasainya.
    2. Pembentukan Kosa Kata: Pola dan kerumitan dalam pembentukan kosa kata bahasa Krama menjadi tantangan tersendiri.

  • Faktor Eksternal:
    1. Lingkungan Keluarga: Orang tua yang tidak lagi menggunakan atau mengajarkan bahasa Krama kepada anak-anaknya menyebabkan anak kurang terbiasa dan kesulitan saat ingin menggunakannya.
    2. Lingkungan Sekolah: Kurangnya pembelajaran bahasa Jawa Krama yang optimal di sekolah juga menjadi penyebab.
    3. Pengaruh Lingkungan: Penggunaan bahasa Indonesia, bahasa gaul, dan bahasa asing dalam lingkungan tempat tinggal dan pergaulan dapat mengganggu penggunaan bahasa Krama.
  • Pergeseran Sosial dan Budaya:
    1. Migrasi dan Globalisasi: Mobilitas penduduk ke perkotaan menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris lebih sering, sehingga penggunaan bahasa ibu berkurang.
    2. Anggapan Negatif: Bahasa daerah seringkali dianggap kuno dan kurang bergengsi oleh sebagian generasi muda, sehingga mereka lebih memilih bahasa yang dianggap modern.
    3. Kurangnya Kebanggaan: Sikap tidak bangga atau rasa malu menggunakan bahasa daerah menyebabkan penurunan frekuensi penggunaannya.
  • Dampak Pembelajaran:
    Kurikulum: Mata pelajaran bahasa daerah yang hanya diberikan pada jenjang SD dan SMP, serta dihilangkan pada jenjang SMA/SMK, mengurangi intensitas pengajaran dan pemahaman bahasa daerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun