Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menguak Sisi Psikologis Haryono, Otak Pembunuhan Salim Kancil dan Peran Media Massa

2 Oktober 2015   08:58 Diperbarui: 2 Oktober 2015   10:24 38734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haryono, Tersangka pembunuhan Salim Kancil (Courtesy MetroTV)

Ambisi besar, ingin berkuasa, kaya, dihormati, disegani, ditakuti, licik, kejam, jahat, menindas, berdarah dingin, cerdik dan punya kemampuan bekerja sama, itulah karakter yang terdapat dalam diri Haryono, Kepala Desa Selok Awar-Awar, Lumajang Jawa Timur, tersangka otak utama pembunuh Salim Kancil dan Penganiaya Tosan. Sebelum diberitakan heboh oleh media massa nasional, Haryono seolah-olah kebal dari jeratan hukum, aman dari incaran polisi dan tak mempan dari pemberitaan media massa lokal.

Kehebatan strategi dan daya magis Haryono yang murah senyum, tercermin dari keamanan, perlindungan dan ‘agen intelijen’ mematikan dalam diri tim 12  yang dia miliki. Haryono adalah Kades yang kelima yang memimpin desa Selok Awar-Awar berpenduduk 2537 kepala keluarga (KK). Sebagai seorang pemimpin, Haryono tidak memimpim desanya dengan tulus, adil dan penuh pengabdian. Sebaliknya Haryono memanfaatkan posisinya dengan  cerdik, licik dan rakus dengan mengekploitasi kawasan Pantai Watu Kecak yang berada di Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur untuk memperkaya dirinya.

Haryono sebelum menjadi kepala desa, dia telah bermimpi bak konglamerat kaya. Logikanya sederhana. Sumber kekayaannya yang tak terbatas adalah pasir. Dalam insting ekonomi Haryono, pasir adalah barang yang selalu dibutuhkan oleh kegiatan  pembangunan entah itu jalan, rumah, jembatan atau apa saja. Pasir adalah barang yang mudah diperoleh, tidak busuk dan marketnya tinggi. Pasir ada di daerahnya, tinggal ditambang, diangkut kepada pembeli dan jadilah uang. Sangat sederhana. Apalagi tambang hasil tambang pasir liar yang dilakukan oleh Haryono telah siap ditampung oleh PT Indo Modern Mining Sejahtera (PT IMMS).

Haryono sadar benar bahwa tambang pasir yang merupakan sarang tawon masyarakat Selok Awar-Awar, ingin juga menguasainya. Karena itu para pesaing harus disingkarkan. Caranya harus memiliki angkatan bersenjata kecil yang termanifestasi dalam diri tim 12, tim suksesnya saat mencalonkan diri sebagai kepala desa. Nah di sini Haryono mengadopsi pepatah nenek moyangnya dulu: Siapa kuat, dialah yang menang.

Haryono yang telah bermimpi menjadi konglamerat, merancang strategi yang nyaris berhasil, yang pernah dilakukan DN Aidit, otak pemberontakan G30S/PKI. Menurut Aidit untuk menguasai Indonesia, kuasailah pulau Jawa. Untuk menguasai pulau Jawa, kuasai Jakarta. Untuk menguasai Jakarta, kuasai istana. Untuk menguasai istana kuasailah pasukan Cakrabirawa, pengawal khusus Presiden Soekarno kala itu. Jadi untuk menguasai Indonesia, kuasailah pasukan Cakrabirawa.

Filosofi kudeta DN Aidit diadopsi dengan sedikit penyesuaian oleh Haryono. Untuk menjadi konglamerat kaya, kuasailah tambang pasir. Untuk menguasai tambang pasir, kuasailah jabatan kepala desa. Untuk mengamankan posisi kepala desa yang licik mengeploitasi tambang pasir, bentuklah tim 12 yang beranggotakan 40 orang. Untuk mengamankan tim 12, kuasailah polisi. Strategi Haryono ini selama beberapa waktu berjalan dengan mulus.

Aksi Haryono yang melakukan tambang pasir, aman dari jeratan hukum, polisi setempat dan gangguan orang lain yang menjadi saingannya. Setiap ada laporan masyarakat kepada aparat hukum tidak digubris alias tidak dianggap karena memang sudah ‘dikuasai’ oleh Haryono. Haryono juga dibiarkan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang yang memang lokasi tambang Haryono berada dalam konsensi PT IMMS. Pemberitaan media tentang aksi Haryono terlihat suam-suam kuku dan kurang mendapat perhatian media massa nasional. Akibatnya usaha pencegahan kematian Salim Kancil pun tak dapat dilakukan.

Oleh karena tidak diberitakan media secara besar-besarnya, maka Kapolda Jatim dan Kapolri, pun para menteri di Jakarta tak mendengar sama sekali. Jadilah Haryono mulai bermetaforsa di desa Selok Awar-Awar dari orang kaya kecil menjadi semakin kaya. Haryono sudah bisa menggaji tim 12 dengan gaji bulanan Rp. 3,5 juta. Selain itu, Haryono sudah mampu menggaji preman harian dengan bayaran Rp. 50.000 per/hari untuk mengamankan hilir mudik angkutan pasirnya.

Adalah Salim Kancil dan Tosan yang berani mengusik sepak terjang-Haryono. Salim kecil yang percaya diri karena mempunyai ilmu kebal, mulai berani sendiri menghentikan aksi tambang Haryono dengan alasan merusak lingkungan dan melanggar hukum. Namun Haryono yang mempunyai karakter rakus, berani, kejam dan tak berperi kemanusiaan, langsung membungkam aksi Salim Kancil. Sebelumnya Haryono dengan sangat remeh sudah mengirim pesan sangat jelas kepada Salim Kancil agar berhenti mengusiknya. Peringatan itu juga langsung disertai ancaman pembunuhan. Namun Salim Kancil tidak berhenti, karena itu Haryono, bak seorang komandan,  memimpin langsung rapat darurat penyingkiran Salim Kancil.

Rabu, 26 September 2015, terjadilah tragedi pembunuhan Salim Kancil. Bak musuh kuat, Salim Kancil didatangi oleh tim 12 Haryono. Mereka menangkap Salim Kancil yang sedang bermain dengan cucunya, lalu menyeretnya secara keji dengan tali yang biasa digunakan untuk mengikat sapi ke Balai Desa Selok Awar-Awar, kantor Kepala Desa. Di kantor ini, aksi brutal tim 12 berlangsung. Di sini Salim Kancil disiksa sama seperti yang terjadi dalam film horror. Ia disetrum dan bahkan digergaji di hadapan sejumlah anak kecil yang sedang sekolah PAUD. Karena Salim masih hidup dengan ilmu kebalnya, Salim pun kemudian dibawa ke pemakaman umum. Di sana Salim disiksa dengan sangat keji dan biadab hingga benar-benar tewas. Usai Salim Tewas, tim 12 bagai dirasuki roh kesetanan, mereka kemudian mencari korban lainnya, Tosan dan menganiayanya hingga luka parah. Namun nasib kematian Tosan belum waktunya, Tosan sekarang masih hidup dan masih dirawat di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun