Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setya Novanto Berbalik di Atas Angin, MKD 'Pintar' Bermanufer, Publik Mati Ketawa

11 Desember 2015   12:54 Diperbarui: 12 Desember 2015   06:12 3558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan beredarnya transkrip rekaman, maka publik semakin tahu bahwa memang benar adanya  mafia Freeport.  Masyarakat pun bisa membaca, mendengarkan dan mengadili para oportunis di balik uang Freeport. Dengan disidangnyanya Setya Novanto maka masalah semakin besar. Ini bukan masalah Freeport saja, bukan hanya masalah Setnov dan Riza Chalid saja, tetapi lebih besar dari itu, Pemilu 2019. Dengan terbukanya mata masyarat bahwa Golkar dan Gerinda ternyata melindungi para makelar, maka masyarakat akan berhitung banyak hal untuk mencoblos kedua partai itu. Jika di kemudian hari kedua partai ini semakin jeblok, maka publik akan tertawa.

Momentum kasus Setya Novanto itu menjadi amat strategis bagi Jokowi. Pada situasi ini, Jokowi berhasil memunculkan ke are publik siapa itu Muhammad Reza Chalid, orang yang selama ini tidak terlihat yang memainkan banyak peran dalam politik Indonesia. Orang ini sangat berbahaya karena dengan uangnya ia bisa meggerakkan banyak hal untuk menjatuhkan Jokowi. Dengan membuka dalang besar di belakannya, maka Jokowi akan mendapat simpati rakyat untuk melindunginya dalam bertugas.

Jika MKD kemudian memutuskan Setya Novanto tidak bersalah, biarkan masyarakat yang menilai. Toh kasus catut itu sendiri telah menghancurkan nama baik Setya Novanto itu sendiri. Apapun keputusan MKD jelas sudah tidak berpengaruh lagi. MKD telah kehilangan momentum. Sekarang semua gerak-gerik mereka di MKD hanyalah dagelan dan tidak bermakna dan hanya menjadi bahan tertawaan. Kemarin, saat para hakim MKD pergi ke Kejagung untuk meminta alat bukti asli dan pulang dengan tangan kosong, publik pun  tertawa. Mereka sendiri mengatakan bahwa rekaman itu illegal, namun toh memburu rekaman aslinya. Ilegal tetapi diburu haha.

Hal yang paling lucu adalah laporan Setya Novanto yang ditolak oleh Bareskrim Polri. Polisi meminta pengacara Novanto melengkapi bukti berupa flash disk rekaman. Celakanya, justru Novanto tidak pernah mengakui barang bukti rekaman itu di sidang tertutup MKD. Jadi kalau Novanto mengakui rekaman itu sebagai barang bukti, maka kerja aparat untuk mengusut kasus itu semakin mudah. Namun jika tidak diakui maka laporannya ditolak oleh polisi karena kurang bukti. Laporan sekaliber ketua DPR ditolak polisi? Terlalu.

Jadi, sekarang masyarakat tidak perlu lagi mengharapkan hasil apapun dari sidang MKD itu, karena kasus itu sedang diusut oleh Kejagung. Publik hanya menunggu kapan Setya Novanto dijadikan tersangka oleh Kejagung. Jika kemudian MKD memutuskan bahwa Setya Novanto tidak bersalah, tentu saja publik akan tertawa. Ya, publik akan tertawa sendiri, betapa di republik ini logika terbalik-balik, yang benar bisa menjadi salah, dan yang salah bisa menjadi benar. Logika itulah yang membuat publik mati ketawa. Kebenaran dijungkirbalikkan di depan publik.

Salam Kompasiana,


Asaaro Lahagu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun