Pendahuluan
Sastra anak merupakan karya tulis berupa cerita, dongeng, dan puisi yang memang dirancang untuk pembaca anak-anak. Fungsi sastra anak bukan sekadar memberikan hiburan, melainkan juga menjadi media pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai moral, pengenalan budaya, dan pembentukan sikap positif. Supaya pembelajaran sastra anak lebih bermakna dan relevan, perlu dikaitkan dengan kearifan lokal yang ada di sekitar anak (Ibda & Wijayanti, 2022). menegaskan bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan pemahaman anak terhadap budaya lokal sekaligus membentuk kepribadian yang baik.
Sastra Anak dan Manfaatnya untuk Pendidikan
Karya sastra anak memiliki beberapa kekhususan, yaitu menggunakan bahasa yang mudah dipahami, kalimat yang tidak rumit, dilengkapi dengan ilustrasi menarik, serta mengangkat tema yang dekat dengan dunia anak. Lebih dari itu, sastra anak dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengajarkan perilaku terpuji, tata krama, dan mengembangkan daya kreativitas. Bahwa sastra anak mengalami perkembangan yang pesat dari masa ke masa, dan kegunaannya semakin meluas, khususnya dalam bidang pembentukan karakter (Rindayanti dkk., 2024). Dengan demikian, sastra anak bukan hanya bacaan untuk mengisi waktu luang, tetapi juga alat pembelajaran yang sangat berguna.
Kearifan Lokal sebagai Materi Pembelajaran
Kearifan lokal merupakan sistem nilai dan tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat, seperti dongeng daerah, legenda, atau cerita mitos (Sugiarti & Lestari, 2023). menjelaskan bahwa cerita rakyat Indonesia kaya akan ajaran tentang tatanan sosial, kedudukan pria dan wanita, serta prinsip-prinsip kehidupan yang baik. Apabila cerita-cerita tersebut digunakan sebagai materi pembelajaran, anak dapat mempelajari sastra sambil mengenali kekayaan budaya bangsanya. Langkah ini juga berkontribusi dalam upaya pelestarian warisan budaya supaya tidak punah.
Kendala dalam Penerapan
Meskipun konsep pembelajaran sastra berbasis kearifan lokal menarik untuk diterapkan, masih terdapat beberapa hambatan. Pertama, ketersediaan bahan ajar yang mengintegrasikan cerita-cerita lokal masih terbatas. Kedua, para pengajar sering menghadapi kesulitan dalam menghubungkan cerita tradisional dengan kondisi kehidupan anak masa kini (Oktaviana dkk., 2022). menyarankan perlunya pengembangan bahan ajar yang inovatif, contohnya buku pembelajaran dengan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences), agar anak lebih antusias dalam mempelajari sastra.
Penutup
Penerapan pembelajaran sastra anak dengan mengintegrasikan kearifan lokal merupakan strategi yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan memperkenalkan kekayaan budaya kepada anak. Para pendidik dapat merancang kegiatan pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan supaya anak merasa terhubung dengan cerita yang dibacanya. Melalui cara ini, sastra anak tidak hanya berfungsi sebagai bahan bacaan, tetapi juga menjadi media pembentukan karakter dan pelestarian budaya bangsa.
Referensi