Mohon tunggu...
L H
L H Mohon Tunggu... profesional -

seorang ibu yang senang membaca & menulis ------------------ @ di Kompasiana ini TIDAK pernah pakai nick lain selain nama asli yg skg disingkat menjadi LH.----- di koki-detik pakai nick 'srikandi' \r\n\r\n----------------\r\nMy Website: \r\nhttp://www.liannyhendranata.com\r\n\r\n----------------\r\n\r\nmy twitter : \r\nhttp://twitter.com/#!/Lianny_LH\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keuangan Keluarga, Refleksi Kekompakkan Jiwa Pasangan

2 Oktober 2011   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hidup di jaman sekarang, dimana segala transaksi berdasarkan jumlah uang, sehingga standar kebahagiaan banyak dikaitkan dengan jumlah uang yang dimiliki. Begitu pentingkah uang dalam hidup anda?

Kiasan yang mengena mengatakan ‘uang bukanlah hal terpenting dalam hidup, tetapi segala yang penting dalam hidup, semua memerlukan uang’

Urusan uang dalam rumah tangga banyak membawa masalah tersendiri untuk anggota keluarga, boleh dikatakan, melihat kekompakan jiwa dalam suatu keluarga adalah bagaimana keluarga tersebut bersikap atas masalah keuangan yang muncul dalam rumah tangganya.

Jika sejak awal kita tidak memiliki komitmen untuk menjabarkan pengaturan yang jelas, bagian mana yang harus pihak istri urus, dan bagian mana yang pihak suami urus, suatu hari akan bermasalah hubungan hanya karena urusan uang.

Banyak orang berpikir idealnya, dalam rumah tangga, keuangan keluarga adalah bentuk keuangan bersama, dimana suami atau istri menyatukan penghasilannya dan boleh menggunakannya dengan leluasa. Tetapi sejalan dengan waktu banyak masalah dengan bentuk keuangan bersama ini, banyak pihak suami atau istri yang merasa pihak satu dengan lainnya tidak adil dalam mengizinkan mereka menggunakan keuangan milik bersama tersebut.

Sebagian besar perempuan, beranggapan jika keuangan suami mereka kuasai, maka suami tidak akan mempunyai kesempatan untuk berbuat macam-macam yang menyakiti perasaan keperempuannya, seperti mentraktir teman-teman perempuan sekantornya, bahkan berselingkuh. Tentu saja pemikiran seperti ini sangat naïf, sebab banyak lelaki yang merasa tertekan di rumah tangganya, mencoba keluar dari permasalahan ini dengan ekspresi yang ‘salah’, seperti berbohong tentang jumlah penghasilan yang sebenarnya, atau gaji yang diumumkan pada istrinya adalah sejumlah uang yang merupakan gaji pokok, sementara pendapatan sampingan yang dia peroleh dirahasiakan agar punya ‘power’ sebagai lelaki dimata pergaulannya.

Beberapa klien mengatakan, uang disaku seseorang merupakan ‘kekuatan’ tersembunyi, maka tingkah laku pasangan terutama pihak istri yang memegang kendali keuangan secara ketat, membuat pasangannya ‘melemah’ dalam harga diri.

Arogan >< Adil

Masalah keleluasaan pemakaian uang terlihat sepele, tetapi besar efeknya, jika jiwa pasangan terluka dengan hal-hal keseharian tentang keuangannya ini akan mengakibatkan hal-hal yang jauh dari pemikiran.

Sebagai contoh kasus, seorang klien datang menceritakan, bagaimana saat ini dia tidak ada keinginan untuk bertemu dengan istrinya, memilih hidup terpisah dengan bekerja diluar kota, ketika saat kumpul pun, dia kehilangan gairah untuk melakukan hubungan intim, yang mana hal yang lumrah seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri, terlebih untuk pasangan yang dijauhkan oleh jarak untuk waktu lama.

“Bila hubungan kejiwaan Anda dengan pasangan tidak harmonis, kondisi impotensi mungkin isyarat dini yang diberikan tubuh untuk mengatakan bahwa di antara Anda ada masalah pelik yang harus diselesaikan,” demikian Herb Goldberg, psikolog klinis mengatakannya dalam buku The Inner Male.

Butuh waktu lama untuk mengetahui akar dari permasalahan klien tersebut, yang pada akhirnya terungkap bahwa rasa ‘muak’untuk bertemu sang istri, disebabkan olehhal-hal yang berurusan dengan keuangan,dimulai dengan susahnya meminta persetujuan pengeluaran uang untuk keperluan pribadi, sampai pada rasa tidak adil dengan penggunakan uang milik bersama tersebut.

[caption id="attachment_133591" align="aligncenter" width="300" caption="doc. Corbis"][/caption] Adil adalah kata kunci untuk semua hal yang menjadi milik bersama, termasuk kepemilikan uang ini, jika kita hanya mementingkan pihak sendiri dan menggunakan cara-cara egois, maka efek selanjutnya adalah masalah dalam keakraban hubungan, kemesraan sebagai pasangan bisa sirna hanya karena hal-hal seperti ini. Sikap arogan membentuk seseorang untuk membuat apapun untuk memperlihatkan bahwa dia ‘lebih’ dari siapapun, dalam hal ini, salah satu pihak dari pasangan tersebut, memperlihatkan arogannya, sebagai ‘lebih’ berkuasa dalam pengaturan kekuangan. Pepatah mengatakan : “Tiada jebakan yang paling kejam dari kehancuran seseorang adalah sikap arogannya!” Beberapapendapat para istri tentang keuangan keluarga ini, sebagai contoh ada pendapat yang berkata demikian Kasihan sekali, suami lelah kerja tapi uangnya dirampas semua, sehingga jika ada perlu harus meminta. Sebaiknya serahkan sebagian ke istri untuk keperluan 'operasional', dan pegang sebagian untuk keperluan pribadi suami” tetapi ada juga yang berpendapat seperti ini: “Sebaiknya digabungkan semua pengeluaran, termasuk uang jajan keperluan masing-masing dikeluarkan, dengan persetujuan bersama. Ada juga yang menerapkan Keuangan kami sendiri-sendiri,sampai kami tidak tahu berapa persisnya pendapatan pasangan, dan tidak pernah mau tahu berapa saldo tabungan dari diri kami masing-masing” Apapun bentuk keuangan keluarga, itu mencerminkan kekompakan manajemen emosi yang menelungkupi jiwa masing-masing antar pasangan tersebut. Hal ini lebih diperjelas dan diperuncing jika sudah memiliki anak yang menuntut pengeluaran dalam jumlah besar secara rutin.

Banyak perpisahan dan perceraian dari pasangan nikah, merupakan urusan yang sangat emosiaonal yang menenggelamkan mereka ke dalam konflik. Konflik penggunaan keuangan merupakan suatu aspek kritis yang keberfungsian kekompakan dalam keluarga, yang seringkali lebih berat dilaksnakan dari pada pengaruh struktur keluarga itu sendiri.

Memahami seseorang adalah kebutuhan dasar manusia. Dalam cara yang sangat sederhana, pemahaman dapat berfungsi sebagai definisi cinta dan dasar dari keintiman pasangan. Luangkan waktu untuk memahami keterlukaan perasaan pasangan, agar perceraian bisa dihindarkan.

Katakan apa yang ingin Anda lakukan berdua. Memulai percakapan tentang perencanaan adalah cara untuk mengirim pesan bahwa keputusan tidak sepenuhnya ada di tangan satu pihak. Anda juga harus mengatakan kepada pasangan, apa yang anda rasakan dan inginkan perubahan, Tunjukkan keingintahuan Anda tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan pasangandengan bertanya dan mengajukan pertanyaan tentang gambaran kebutuhan pasangan, serta memberikan waktu dan ruang baginya untuk menjawab membuatnya merasa dihargai.

Hal ini akan sangat baik terkait untuk dilakukan, dengan kualitas komunikasi demi hubungan di masa depan. Memahami adalah sebuah uluran tali kasih sayang yang menghubungkan Anda berdua dengan cara yang lebih dalam. Sulit untuk mendeteksi proses awal yang membuat hubungan kita merenggang antar pasangan. Oleh karena itu, kita mungkin merasa terkejut, ketika tiba-tiba dihadapkan pada suatu kenyataan, bahwa dalam kenyataannya, kita sudah sangat ‘jauh’ dan terasa hidup dengan orang asing yang tidak Anda kenali lagi. Seorang terapis keluarga Harville Hendrix, menyebut pemahaman sebagai 'mirroring'. Itu merupakan kemampuan komunikasi yang sangat penting demi keutuhan cinta pasangan.

Penulis: Lianny Hendranata www.liannyhendranata.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun