Mohon tunggu...
Dian Herdiana
Dian Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Kota Bandung

Mencari untuk lebih tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PKM Mahasiswa STIA Cimahi di Desa Cimanggu, Program Literasi Perdesaan

14 Januari 2020   13:57 Diperbarui: 14 Januari 2020   14:08 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan PKM STIA Cimahi, 2019. | dokpri

Pendahuluan

Literasi yang ada di Indonesia masih belum menjadi sebuah budaya yang dianggap sebagai sebuah kebutuhan (Suragangga, 2017). Survei yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016 mengenai budaya membaca yang ada di negara-negara ASEAN menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki budaya membaca paling rendah dengan nilai 0,001. Hal ini mengandung artian dari 1000 (seribu) orang penduduk hanya 1 (satu) orang yang gemar membaca (Nopilda & Kristiawan, 2018).

Minimnya budaya literasi juga dialami oleh generasi muda yang masih dalam proses pendidikan, bahkan salah satu kajian menunjukan bahwa anak-anak Indonesia hanya membaca buku sebanyak 17 halaman selama satu tahun atau 1 (satu) halaman dalam setiap 2 (dua) minggu (Wandasari, 2017). Hal ini tentu menjadi keprihatinan bahwa generasi muda yang diharapkan mampu menjadi generasi yang unggul secara praktis tidak memiliki budaya literasi yang baik dan tidak menganggap literasi akan mampu membawa perbaikan bagi individu maupun bagi masyarakat di masa yang akan datang.

Pemahaman tersebut di atas menkonstruksikan pemahaman bahwa literasi memiliki peranan yang penting baik bagi kehidupan pribadi, masyarakat juga bagi negara, sehingga gerakan literasi perlu diupayakan oleh semua pihak baik secara individu, secara berkelompok maupun secara nasional melalui instrumen kebijakan literasi nasional (Andina, 2017; Permatasari, 2015)

Atas dasar pentingnya meningkatkan literasi masyarakat sekaligus menjadikan literasi sebagai sebuah budaya, maka dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Cimahi Angkatan 2016 menyusun rencana gerakan literasi perdesaan sebagai salah satu program yang didasarkan atas kewajiban kalangan akademisi untuk turut serta menjadikan literasi sebagai budaya yang ada di masyarakat perdesaan.

Hasil Kegiatan

Program Literasi Perdesaan | dokpri
Program Literasi Perdesaan | dokpri

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan program gerakan literasi perdesaan dilaksanakan di Desa Cimanggu Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat selama 2 (dua) bulan dari bulan Juli 2019 sampai dengan bulan Agustus 2019. Kegiatan pelaksanaan gerakan literasi perdesaan yang dilakukan oleh Mahasiswa STIA Cimahi di Desa Cimanggu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sosialisasi dan Advokasi Gerakan Literasi Perdesaan Kepada Pemerintah Desa

Gerakan literasi perdesaan harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah desa. Hal ini dikarenakan pemerintah desa sebagai pemegang kewenangan penyelenggaraan pemerintahan di tingkat desa. Salah satu wujudnya dapat berupa pemberian dukungan kepada gerakan literasi perdesaan yang tidak hanya ditujukan kepada kebijakan pembangunan infrastruktur literasi perdesaan tetapi juga dukungan dalam menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan literasi perdesaan tersebut.

Atas dasar permasalahan tersebut maka mahasiswa dalam melaksanakan program literasi perdesaan yaitu mengunjungi pemerintah desa terlebih dahulu sebelum kelompok sasaran lainnya. Dalam kunjungan tersebut pemerintah desa yang dipimpin langsung oleh Kepala Desa menerima mahasiswa yang menyampaikan mengenai arti penting literasi perdesaan yang ada di Desa Cimanggu. Tanggapan yang diberikan pihak pemerintah desa secara umum mengapresiasi adanya gerakan literasi perdesaan yang digagas oleh mahasiswa dalam rangkaian program pengabdian kepada masyarakat.

Lebih lanjut pihak pemerintah desa memaparkan mengenai berbagai permasalahan mengenai literasi perdesaan yang ada di desanya, salah satu permasalahan yang coba diselesaikan oleh mahasiswa yaitu mengaktifkan kembali perpustakaan desa yang hampir satu tahun tidak beroperasi. Komitmen pemerintah desa lainnya yaitu akan mendukung setiap kegiatan literasi perdesaan yang dilaksanakan dalam program pengabdian kepada masyarakat dan akan mendorong pihak lainnya untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Hasil sosialisasi gerakan literasi perdesaan kepada pemerintah desa dapat dikatakan berhasil, hal ini dibuktikan selain kepada dukungan secara moral dan memfasilitasi penyelenggaraan gerakan literasi perdesaan, pemerintah desa juga turut menginstruksikan aparat pemerintah desanya untuk membantu menyukseskan gerakan literasi perdesaan tersebut seraya didukung dengan sumbangan fisik seperti penyediaan buku dan sarana lainnya yang dibutuhkan dalam gerakan literasi perdesaan.

Penyuluhan Gerakan Literasi Perdesaan bagi Masyarakat 

Gerakan literasi perdesaan yang ditujukan bagi masyarakat salah satunya dengan mengajak anggota Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang beranggotakan ibu-ibu dari Desa Cimanggu sebagai penggerak dan sasaran penyuluhan gerakan literasi perdesaan. Anggota PKK merupakan perhimpunan yang aktif untuk menyosialisasikan berbagai program desa khususnya yang berkenaan dengan program masyarakat dan keluarga. 

Dengan begitu diharapkan dengan adanya penyuluhan gerakan literasi perdesaan kepada ibu-ibu anggota PKK diharapkan akan mampu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya literasi yang nantinya tidak hanya akan menyosialisasikan kepada anggota keluarganya, khususnya anak-anak, tetapi juga gerakan literasi perdesaan akan mampu menjadi program dari PKK.

Tahap pertama pelaksanaan penyuluhan literasi perdesaan kepada anggota PKK yaitu dengan berbicara kepada ketua PKK mengenai tujuan dari pelaksanaan gerakan literasi perdesaan. Tanggapan yang diberikan oleh Ketua PKK yaitu mendukung sepenuhnya gerakan literasi perdesaan dan memberitahukan kepada anggota PKK untuk turut serta secara aktif dalam kegiatan tersebut.

Selama proses penyuluhan berlangsung, anggota PKK memiliki minat untuk melaksanakan kegiatan literasi perdesaan. Anggota PKK menyadari bahwa literasi merupakan kegiatan yang baik dan bahkan harus dijadikan sebagai budaya khususnya bagi anak-anak yang ada di desa. 

Anggota PKK menyatakan bahwa gerakan literasi harus senantiasa digalakan oleh setiap unsur yang ada di desa agar dapat memberikan manfaat yang banyak kepada masyarakat. Meskipun demikian anggota PKK menyatakan bahwa gerakan literasi tidak akan mudah diterapkan dan akan dihadapkan kepada berbagai permasalahan.

Permasalahan terbesar dalam gerakan literasi perdesaan yang ada di Desa Cimanggu yaitu harus dihadapkan kepada kondisi sosial kemasyarakatan yang ada di desa yang tidak kondusif bagi gerakan literasi perdesaan. 

Salah satu anggota PKK menyatakan bahwa mata pencaharian masyarakat yang bercocok tanam yang mana sebagian dari masyarakat sudah berada di ladang dari pagi hingga sore dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan gerakan literasi yang dilaksanakan akan menjadi indikator bahwa masyarakat akan sedikit yang menaruh perhatian akan permasalahan literasi perdesaan. Di satu sisi, sikap masyarakat dianggap wajar dikarenakan pekerjaan utama untuk berkebun merupakan hal yang harus didahulukan.

Atas dasar pemahaman tersebut maka mahasiswa tidak menetapkan harapan yang tinggi akan perubahan sikap masyarakat akan gerakan literasi perdesaan. Adanya pelaksanaan program yang dilakukan mahasiswa harus senantiasa berasal dari kebutuhan masyarakat, sehingga program tersebut memiliki potensi yang besar untuk berhasil, hal ini dikarenakan masyarakat desa memiliki karakter untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang memiliki keterkaitan langsung dengan mata pencahariannya (Herdiana, 2018).

Permasalahan lainnya dalam gerakan literasi perdesaan yaitu pandangan masyarakat yang memandang bahwa gerakan literasi tidak memiliki korelasi dengan pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga literasi oleh sebagian besar masyarakat dipandang akan tepat apabila diterapkan bagi anak-anak yang masih berada di bangku sekolah, bukan kepada masyarakat yang sehari-harinya bekerja di ladang.

Sebagian anggota PKK memiliki latar belakang sebagai tenaga pendidik di sekolah yang ada di Desa Cimanggu, sehingga kegiatan tersebut sekaligus dijadikan ajang untuk memberikan penyuluhan kepada kalangan akademisi agar kegiatan literasi yang ada di sekolah-sekolah digalakan dan ditingkatkan agar menjadi sebuah gerakan yang memberikan manfaat bagi anak-anak.

 Dari kegiatan sosialisasi dan penyuluhan gerakan literasi perdesaan yang dilakukan kepada anggota PKK, maka didapat hasil bahwa sebagian besar anggota PKK menyatakan dukungan dalam gerakan literasi perdesaan dan menyadari akan pentingnya literasi, meskipun demikian gerakan literasi perdesaan yang dilakukan dinilai tepat bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah, sedangkan untuk masyarakat umum yang ada di desa kurang tepat dikarenakan mata pencaharian mereka sebagai petani tidak memiliki korelasi langsung dengan gerakan literasi perdesaan yang dilakukan di desa.

Penyuluhan Gerakan Literasi di Lingkungan Bermain Anak-Anak 

Anak-anak merupakan sasaran yang ideal dalam gerakan literasi perdesaan, hal ini dikarenakan aktivitas mereka yang dalam proses belajar memerlukan berbagai referensi guna menunjang pengetahuan mereka. Adanya sikap yang menjadikan literasi sebagai sebuah kebutuhan dan budaya akan memberikan banyak manfaat bagi anak-anak dan pemuda (Irianto & Febrianto, 2017).

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi memberikan berbagai kemudahan kepada anak-anak dan pemuda untuk mengakses literasi yang tidak hanya secara tradisional dimana mereka mendatangi perpustakaan atau membeli buku yang menunjang proses belajar mereka. Berbagai buku elektronik dan bahan bacaan lainnya tersedia secara daring (online), baik itu yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh organisasi swasta dan bisnis. (Akbar & Anggraeni, 2017)(Silvana & Cecep, 2018).

Berdasarkan kepada fakta empiris di Desa Cimanggu dapat dikatakan bahwa anak-anak kurang memanfaatkan literasi secara digital untuk meningkatkan pengetahuan dan menunjang pembelajaran mereka. Anak-anak justru memanfaatkan akses internet sebagai tempat mereka bermain dan mencari hiburan seperti dipergunakan untuk bermain game online atau aktif dalam situs jejaring sosial seperti facebook dan instragram.

Kondisi seperti ini sejalan dengan beberapa pendapat pakar seperti Lombogia, Kairupan, & Dundu (2018); Sari, Ilyas, & Ifdil (2017); Zaidannas (2017) yang kesemuanya menyatakan bahwa akses internet tidak benar-benar dimanfaatkan oleh anak-anak dan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Bahkan internet memiliki dampat buruk bagi anak-anak dan pemuda yang salah satunya menurunkan minat mereka untuk belajar dan memberikan sifat kecanduan terhadap konten negatif.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggugah ketertarikan kepada literasi yaitu mengajak anak-anak yang ada di Desa Cimanggu untuk secara bersama-sama belajar dan bermain. Kegiatan belajar dan bermain dilakukan di posko mahasiswa yang mengundang anak-anak secara sukarela untuk datang. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setelah anak-anak pulang dari sekolah sampai dengan sore hari.

Hasil dari gerakan literasi terhadap anak-anak di Desa Cimanggu dinilai berhasil dikarenakan banyak anak yang secara intens mengikuti proses belajar dan bermain yang dipandu oleh mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing, serta mampu meningkatkan minat anak-anak untuk membaca dan belajar setiap hari.

Berdasarkan kepada fakta empiris di Desa Cimanggu dapat dikatakan bahwa anak-anak kurang memanfaatkan literasi secara digital untuk meningkatkan pengetahuan dan menunjang pembelajaran mereka. Anak-anak justru memanfaatkan akses internet sebagai tempat mereka bermain dan mencari hiburan seperti dipergunakan untuk bermain game online atau aktif dalam situs jejaring sosial seperti facebook dan instragram.

Kondisi seperti ini sejalan dengan beberapa pendapat pakar seperti Lombogia, Kairupan, & Dundu (2018); Sari, Ilyas, & Ifdil (2017); Zaidannas (2017) yang kesemuanya menyatakan bahwa akses internet tidak benar-benar dimanfaatkan oleh anak-anak dan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Bahkan internet memiliki dampat buruk bagi anak-anak dan pemuda yang salah satunya menurunkan minat mereka untuk belajar dan memberikan sifat kecanduan terhadap konten negatif.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggugah ketertarikan kepada literasi yaitu mengajak anak-anak yang ada di Desa Cimanggu untuk secara bersama-sama belajar dan bermain. Kegiatan belajar dan bermain dilakukan di posko mahasiswa yang mengundang anak-anak secara sukarela untuk datang. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setelah anak-anak pulang dari sekolah sampai dengan sore hari.

Hasil dari gerakan literasi terhadap anak-anak di Desa Cimanggu dinilai berhasil dikarenakan banyak anak yang secara intens mengikuti proses belajar dan bermain yang dipandu oleh mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing, serta mampu meningkatkan minat anak-anak untuk membaca dan belajar setiap hari.

Memperbaiki Taman Bacaan Masyarakat

Perpustakaan desa tidak hanya berperan sebagai tempat bagi masyarakat memperoleh informasi, tetapi juga dapat membangun nilai sosial, nilai sejarah dan nilai lainnya yang ada di masyarakat (Alam, 2015; Rohman & Sukaesih, 2017; Yusup & Saepuddin, 2017). Oleh sebab itu keberadaan perpustakaan desa perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan menjadi lebih baik hingga memberi banyak manfaat kepada masyarakat.

Nilai strategis perpustakaan desa nyatanya tidak sejalan dengan kondisi praktis yang ada. Desa-desa yang ada, khususnya di Kabupaten Bandung Barat tidak memiliki perpustakaan desa, sekalipun memiliki namun kondisinya terbatas seperti tidak adanya buku-buku yang relevan dan terbaru, tidak adanya pustakawan serta, jauhnya akses perpustakaan dari lingkungan masyarakat dan berbagai permasalahan lainnya (Rohanda, Prahatmaja, & Rosfiantika, 2014; Sukaesih, Witoto, & Sumiati, 2013).    

Permasalahan tersebut di atas sejalan dengan apa yang ada di Desa Cimanggu. Berdasarkan kepada fakta yang ada di Desa Cimanggu dapat dikatakan bahwa perpustakaan desa dahulunya ada, namun dikarenakan minimnya faktor pemeliharaan dan pengembangan serta tidak adanya pustakawan menyebabkan perpustakaan desa menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya yang sudah terjadi hampir 1 (satu) tahun terakhir.

Permasalahan tersebut di atas dijadikan dasar oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Admnistrasi (STIA) Cimahi untuk mengaktifkan kembali perpustakaan desa dengan mengambil tema kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu berkoordinasi dengan pemerintah desa mengenai rencana perbaikan TBM yang bertempat di salah satu ruangan di kantor desa. 

Selain mahasiswa menggali permasalahan yang menjadi hambatan dalam pengembangan TBM yang dahulu ada dan tidak berjalan seperti tujuan awal, mahasiswa juga menggali potensi apabila TBM kembali dibuka dan dijalankan dengan harapan masyarakat yang ada di desa bisa mengakses informasi melalui TBM.

Langkah awal yang dilakukan mahasiswa setelah disetujuinya TBM yang bertempat di salah satu ruangan kantor desa yaitu mendata kebutuhan apa saja yang harus ada dalam perpustakaan desa, khususnya buku-buku penunjang kegiatan literasi masyarakat. Setelah mahasiswa mempersiapkan TBM maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan diskusi dengan aparat desa mengenai operasional TBM, hal ini dilakukan agar TBM dapat berjalan memberikan layanan literasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan perpustakaan desa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Perbaikan TBM yang dilakukan oleh mahasiswa terkendala oleh kesediaan anggaran untuk pengadaan sarana TBM seperti kursi, meja, rak buku serta komputer. Meskipun demikian pemerintah desa berkomitmen untuk menyediakan prasarana tersebut yang akan dilakukan melalui upaya pengajuan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat.

Keterangan: Program PKM STIA Cimahi tersebut telah dibuatkan artikel dalam jurnal PPM (Pengambian Pada Masyarakat), dengan tautan sebagai berikut: Artikel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun