Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berburu Perangko dan Peribahasa di Perkemahan Tingkat Nasional

22 November 2017   01:13 Diperbarui: 22 November 2017   04:40 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu album perangko dan badge Kwarda hasil buruan di kemah tingkat nasional (doc.pribadi)

Sedari usia masih menjadi Pramuka Penegak ( 16 -- 20 ) hingga sekarang sudah menjadi anggota Pramuka Dewasa ( 26 tahun keatas ), seringkali di beri kesempatan mewakili Kwarcab Kota Cirebon dan Kwarda Jawa Barat untuk mengikuti kegiatan Kepramukaan di tingkat Nasional, seperti Perti Saka Kencana Nasional II di Cibubur Jakarta tahun 1992, Peran Saka Tingkat Nasional dan The 1st Word Comdeca ( Community Development Camp ) di Desa Lebak Harjo Kec. Ampel Gading Kab. Malang Tahun 1993, Jambore Nasional IX di Teluk Gelam Ogan Komering Hulu, Karang Pamitran Tingkat Nasional di Cibubur Tahun 2012, dan Jambore Nasional X di Cibubur Tahun 2016.

Di setiap event nasional itu, ada sebuah kebiasaan atau hobby sebagai kolektor yang tidak pernah sekali pun saya tinggalkan, yaitu pada saat berkenalan dengan kontingen dari daerah lain, kalau umumnya teman-teman yang lain saat berkenalan minta nama dan alamat serta saling tukar Badge Kwartir Daerah untuk kenang-kenangan, namun saya selalu saja disamping itu semua pasti ada embel-embel " 

Punya Perangko apa " sekiranya punya maka kita saling menukar prangko, karena di Pramuka ada wadah untuk para anggota Pramuka yang gemar mengumpulkan prangko yaitu " Pramuka Filateli Indonesia " dan dulu hampir di setiap cabang Kab./Kota ada perkumpulan tersebut, namun sejak era reformasi sudah tak terdengar lagi nasibnya, disamping itu juga ada tanda kecakapan tersendiri bagi kolektor prangko.

Kebiasaan lain yang hingga saat ini tak pernah luput pada saat bertemu dan berkenalan dengan kontingen daerah lain adalah saling tukar menukar kata-kata peribahasa yang sering di ucapkan di daerahnya, walau kadang teman baru tersebut tidak faham maksud dan tujuan dari saya meminta kata peribahasa daerahnya namun setelah di jelaskan barulah mengerti bahkan kadang berfikir lama hanya untuk sebuah pribahasa di daerahnya. Maka tak ayal di setiap buku panduan perkemahan selalu penuh oleh alamat dan peribahasa dari teman-teman yang baru di kenal tersebut.

Namun karena hampir semua peribahasa tersebut di tulis oleh yang bersangkutan, maka tak jarang tulisannya sulit di mengerti untuk dibaca bahkan ada tulisan yang hancur karena dimakan waktu, jadi pada saat nulis artikel ini, saya mencoba meraba-raba kembali tulisan teman-teman dari tahun 1992 hingga kegiatan terakhir saat ini di tahun 2016. Sebagian tulisan hancur dimakan waktu sebagian lagi bisa dibaca walau sambil meraba-raba baik tulisan pribahasanya maupun artinya, entah bener entah salah ya entahlah.

Karena memang kadang nulisnya sambil berdiri, sambil jongkok di punggung temenya bahkan ada yang sambil jalan menuju tempat kegiatan sambil nulis pribahasa, jadi wajar aja klo ada salah-salah nulis atau saya yang salah-salah baca, semoga Kompasianer yang daerahnya di sebutkan bisa bantu koreksi tingkat validasi kebenaran dari pribahasa tersebut, maklum karena saat perburuan saya masih remaja jaman dulu.

Hasil rabaan tulisan teman-teman tentang pribahasa yang sebagian besar tentang adat istiadat di daerahnya yang di tulis pada buku-buku kegiatan perkemahan tersebut misalnya teman-teman Pramuka dari daerah :

Nanggroe Aceh Darussalam

" Adat meukah reubong "yang artinya Adat memotong rebung, maksudnya adat itu boleh di penggal-penggal seperti rebung atau adat itu boleh di ambil yang pentingnya seperlunya saja

" matee aneuk na jeurat, matee adat pat tamita "yang artinya kalau matinya anak ada kuburannya, tapi kalau adat yang hilang kemana harus mencarinya.

Bali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun