Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentafakuri Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Caro Emerald : Diva Retro Modern dan Segelas "Liquid Lunch"

5 Oktober 2025   07:38 Diperbarui: 5 Oktober 2025   07:38 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cantik dan Menarik Saat di Panggung | dok.officecharts.com

Di tengah banjir musik pop yang seragam, muncul seorang penyanyi asal Amsterdam yang berani meramu jazz swing, pop, dan elektro dalam satu gelas musikal yang memabukkan. Dialah Caro Emerald, atau Caroline Esmeralda van der Leeuw, yang dengan suara khasnya membuat pendengar seakan terseret ke lantai dansa tahun 1940-an,  namun dengan beat elektronik abad ke-21.

 From Amsterdam to World Stage

Lahir di Amsterdam pada 26 April 1981 di Amsterdam. Caro Emerald muda, sudah tertarik pada dunia musik. Ia memperdalam vokal jazz di Conservatorium van Amsterdam. Pendidikan ini membekalinya bukan hanya teknik bernyanyi, melainkan juga pemahaman tentang warna suara, improvisasi, hingga bagaimana membawa jiwa jazz ke ranah pop yang lebih luas.

Kariernya dimulai dari panggung-panggung kecil, sekadar proyek bernyanyi. Namun debut singlenya "Back It Up" (2009) langsung mencuri perhatian, disusul "A Night Like This" yang melesatkannya ke jajaran nama besar di Belanda dan Eropa. Album perdananya Deleted Scenes from the Cutting Room Floor (2010) bahkan memecahkan rekor chart, bertahan lebih dari 27 minggu di posisi puncak---melewati rekor Thriller milik Michael Jackson di Belanda. Dari kafe kecil ke panggung Eropa, Caro membuktikan bahwa musik yang jujur selalu menemukan jalannya sendiri.

The Shocking Miss Emerald dan Kejutan Segelas Liquid Lunch

Album keduanya, The Shocking Miss Emerald (2013), menampilkan Caro dalam citra yang lebih matang. Di sinilah lahir lagu "Liquid Lunch" -  sebuah anthem penuh humor dan energi, yang memotret kehidupan urban dengan gaya swing kontemporer.

"Liquid Lunch" bercerita tentang pagi yang berantakan setelah malam panjang penuh pesta. Alih-alih sarapan sehat, si tokoh memilih "liquid lunch"---minuman beralkohol sebagai pengganti makan siang. Liriknya ringan, jenaka, tapi cerdas. Ada kritik sosial terselubung tentang gaya hidup modern yang sering mengutamakan kesenangan instan ketimbang keseimbangan hidup.

Secara musikal, "Liquid Lunch" adalah pesta telinga: riff brass yang riang, beat swing yang cepat, serta vokal Caro yang penuh gaya, antara genit dan nakal. Lagu ini menjadi contoh bagaimana ia memadukan jazz klasik, big band swing, dan produksi elektronik modern. Tak heran, "Liquid Lunch" langsung populer di radio Eropa dan menjadi salah satu signature song Caro Emerald.

Ciri Khas Caro dengan Gaun Vintage Tahun 19440-1950 | Dok. youtube.com
Ciri Khas Caro dengan Gaun Vintage Tahun 19440-1950 | Dok. youtube.com

Citra Retro Modern yang Konsisten

Yang membuat Caro Emerald menonjol bukan hanya musiknya, melainkan juga citra yang ia bangun. Gaun vintage, tata rambut bergaya 1940-an, serta visual panggung yang menyerupai film noir menjadikannya sosok yang ikonik. Ia tidak sekadar penyanyi, melainkan kurator suasana retro modern yang lengkap.

Pilihan busana Caro sering mengambil inspirasi dari mode tahun 1940--1950-an. Gaun model swing dress atau pencil dress dengan potongan pinggang tegas dan rok yang jatuh elegan memberi kesan klasik, feminin, sekaligus timeless. Dengan begitu, penampilan Caro langsung membawa penonton ke suasana era lampau, bahkan sebelum ia menyanyi.

Gaya rambut victory rolls atau retro waves yang khas era perang dunia kedua menambah aura nostalgia. Rambut bukan sekadar bagian dari penampilan, tapi menjadi penanda era yang memperkuat kesan bahwa Caro sedang "menghidupkan kembali masa lalu" di atas panggung.

Film noir identik dengan bayangan kontras, pencahayaan dramatis, dan atmosfer misterius. Caro memanfaatkan elemen ini melalui tata lampu, backdrop, dan koreografi visual sehingga penonton merasa seperti berada di set film klasik. Nuansa ini mendukung musiknya yang memang kaya dengan jazz, swing, dan groove retro.

Yang membuat Caro menonjol bukan hanya apa yang ia nyanyikan, tetapi bagaimana ia menghadirkannya. Ia meramu musik, busana, tata rambut, dan atmosfer panggung menjadi satu paket pengalaman estetis. Itulah yang menjadikannya ikonik: ia hadir sebagai kurator suasana retro-modern, bukan hanya vokalis. Dengan kata lain, Caro Emerald menjual experience, bukan hanya sound.

Namun di balik itu, ada kerja keras tim produksinya, Grandmono, yang memadukan instrumen orkestra dengan sample digital. Caro dan timnya membuktikan bahwa nostalgia bisa menjadi produk kontemporer yang segar dan komersial.

Selalau Tampil Penuh Pesona | dok. denbeauvais.com
Selalau Tampil Penuh Pesona | dok. denbeauvais.com

Dari Caro Emerald ke The Jordan

Setelah satu dekade sukses dengan nama Caro Emerald, Caroline Esmeralda mengambil langkah berani. Pada 2022 ia meluncurkan identitas baru: The Jordan. Album Nowhere Near the Sky (2023) menghadirkan suara yang lebih eksperimental, gelap, dan introspektif; berbeda dari warna swing yang ceria. Transformasi ini menunjukkan keberaniannya untuk berevolusi, membuktikan bahwa ia bukan hanya ikon retro, tapi juga seniman yang terus mencari bentuk baru.

Nama Caro Emerald merupakan identitas yang melekat pada dirinya sejak 2009, kuat dengan nuansa retro-swing, vintage jazz, dan citra klasik 1940--50-an. Nama ini sudah identik dengan hits seperti A Night Like This atau Back It Up.

The Jordan (2022), nama baru yang dipilih Caroline sebagai persona artistik berbeda, semacam "reinkarnasi kreatif". Perubahan ini dilakukan karena ia ingin keluar dari "kotak retro" yang selama ini melekat padanya.

Walau tidak dijelaskan secara eksplisit oleh Caroline, nama The Jordan bisa ditafsirkan sebagai simbol kebebasan. Ada yang mengaitkannya dengan kawasan Jordaan di Amsterdam (tempat dengan sejarah seni dan musik yang kental), ada juga tafsir bahwa kata Jordan memberi nuansa lebih universal, spiritual, dan terbuka dibandingkan nama panggung lamanya.

Dengan meluncurkan identitas The Jordan, Caroline menegaskan bahwa ia bukan sekadar penyanyi jazz-retro, tapi seorang seniman yang terus bereksperimen. Ini bukan hanya pergantian nama, melainkan pernyataan artistik bahwa ia siap mengeksplorasi spektrum musik baru---lebih gelap, introspektif, dan eksperimental.

Cantik dan Menarik Saat di Panggung | dok.officecharts.com
Cantik dan Menarik Saat di Panggung | dok.officecharts.com

Refleksi Musik

Caro Emerald adalah bukti bahwa musik tidak harus tunduk pada formula pop arus utama. Ia membawa kita ke masa lalu, tapi tetap menari di lantai modern. Lagu seperti "Liquid Lunch" bukan sekadar hiburan ringan, melainkan cermin gaya hidup yang bisa kita tertawakan sekaligus renungkan.

Di era serba cepat, Caro Emerald mengingatkan bahwa nostalgia, humor, dan eksperimen adalah resep jitu untuk bertahan. Dan mungkin, kadang kita semua memang butuh "liquid lunch"; bukan sebagai pelarian, tapi sebagai jeda untuk tertawa di tengah keseriusan hidup.

Jkt/05102025/Ksw163

 

Kusworo: Praktisi manajemen, penulis perjalanan, dan peziarah gagasan yang suka dengan music jazz dengan segala bentuk improvisasinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun