Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentafakuri Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cat Cat Village: Jejak Tradisi Etnik Hmong, Kabut, dan Desah Air Terjun

30 September 2025   13:43 Diperbarui: 1 Oktober 2025   11:47 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cat cat Village Jejak Tradisi Etnik Hmong | Dok. Pribadi

Di Muong Hoa Valley, Sapa : Menyusuri Lembah, Sawah Terasering, dan Kehidupan Komunitas Hmong

Kabut di Sapa selalu tahu cara menyambut tamu. Ia turun perlahan, menutup lembah dengan selimut putih, lalu membuka sedikit ruang bagi sawah bertingkat yang menghijau di kejauhan. Di balik kabut itu, terbentang lembah yang cukup dalam, tempat "Cat Cat Village" berdiam. Dari ketinggian, suara air terjun terdengar di beberapa titik, menuruni bebatuan, menyatu dengan sungai yang lebar namun dangkal. Dasar sungai dipenuhi bebatuan besar yang seakan menjadi fondasi alami, menghadirkan lanskap dramatis yang menegaskan: ini bukan sekadar desa wisata, melainkan panggung alam yang hidup untuk dinikmati.

Menuju Desa, Komunitas Hmong

Sapa Square Hotel, rumah sementara kami di Sapa. Hotel nyaman di pusat kota. Dari sana, perjalanan menuju Cat Cat Village terasa seperti sebuah transisi dari riuh kota kecil menuju kedalaman budaya.

Hanya kendaraan atau bus kecil yang layak menembus kemacetan jalan kecil menuju arah desa. Atau jalan kaki sambil menikmati dinamika kehidupan penduduknya. Pilihan untuk group kami yang terbaik adalah bus kecil yang memberi kenyamanan anggota Kirana Tour Explorer.

Jalan menuju Cat Cat Village sempit, hanya cukup untuk dua mobil berpapasan. Di kiri-kanan, deretan hotel, toko souvenir, dan rumah makan berdiri rapat. 

Parkiran motor yang menumpuk di sisi jalan membuat lalu lintas sering tersendat. Bus kecil kami pun akhirnya berhenti di titik kumpul parkir utama, sebab kendaraan besar tidak diizinkan masuk lebih jauh oleh pengelola.

Dari titik itu, ada dua pilihan. Wisatawan bisa berjalan kaki menuruni lembah, atau memilih kendaraan odong-odong - semacam mobil kecil terbuka - dengan tarif sekitar 10.000 Vietnamese dong.

Kendaraan ini hanya menempuh jarak sekitar 1 km hingga stasiun terbuka, tempat perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tangga bambu dan batu.

Dan di sinilah pengalaman sesungguhnya dimulai. Dari setiap step tangga, terbuka pemandangan yang indah. Rumah-rumah kayu di kejauhan, aliran sungai yang berkelok, hingga hamparan sawah bertingkat yang hijau. Setiap anak tangga serasa sebuah "frame alami", pas untuk mengabadikan momen, berpose, atau sekadar berhenti menikmati panorama.

Menuruni tangga ini cukup melelahkan, terutama bagi yang kurang terbiasa berjalan jauh. Namun, rasa letih itu segera terbayar lunas dengan keindahan yang hadir di sepanjang jalan: kabut tipis yang turun ke lembah, suara air terjun dari kejauhan, dan hembusan angin pegunungan yang menyegarkan.

Mendekati jembatan bambu yang membentang di atas sungai, wisatawan biasanya berhenti sejenak. Dari titik ini, panorama terbuka lebih luas: air sungai yang dangkal mengalir di atas bebatuan besar, air terjun yang jatuh di sisi tebing, dan hijaunya lembah yang memeluk Cat Cat Village.

Di dekat jembatan ini pula, tersedia penyewaan pakaian tradisional Hmong. Banyak wisatawan memilih mengenakannya sebagai kostum foto, menjadikan eksplorasi Cat Cat Village terasa semakin menyatu dengan budaya lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun